Benarkah Amerika Serikat Danai Rekayasa Covid-19 di Wuhan?
Selasa, 14 September 2021 - 09:34 WIB
JAKARTA - Beredar kabar yang mengklaim bahwa Amerika Serikat mendanai rekayasa virus penyebab Covid-19 atau SARS-CoV-2 di lab Wuhan, China. Dipercaya dokumen tersebut bocor dan kini sedang diangkat sejumlah media nasional. Lantas bagaimana faktanya?
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i melalui akun Instagram pribadinya @dr.fajriaddai, menjelaskan bahwa dokumen tersebut adalah kerja sama penelitian antara para peneliti di Amerika Serikat dan China, untuk memantau apa penyebab SARS-CoV-2 pada 2003-2006.
Para peneliti tersebut mencari titik-titik dari virus tersebut yang berpotensi berbahaya dan bisa menyebabkan potensi outbreak kembali. Selain itu ada juga informasi mengenai program mengenai EID-Search.
Program EID-Search adalah program yang mengawasi daerah-daerah di Asia Tenggara, supaya ketika ada potensi untuk muncul virus-virus baru, maka bisa lebih diawasi dan lebih ketat lagi supaya tidak menyebar lagi seperti saat ini.
Informasi ketiga adalah kemiripan materi genetik dengan SARS-CoV yang pertama dengan SARS-CoV-2 yang saat ini menyebar ternyata tidak sama. Ada 25% perbedaannya.
Intinya, Covid-19 ini bukanlah rekayasa. Covid-19 ini benar-benar ada dan emerging, serta bisa bermutasi. Oleh sebab itu masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya dengan hoax.
Lihat Juga: Pangeran Harry dan Meghan Markle Terancam Dideportasi dari AS Jika Donald Trump Menang Pilpres
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i melalui akun Instagram pribadinya @dr.fajriaddai, menjelaskan bahwa dokumen tersebut adalah kerja sama penelitian antara para peneliti di Amerika Serikat dan China, untuk memantau apa penyebab SARS-CoV-2 pada 2003-2006.
Para peneliti tersebut mencari titik-titik dari virus tersebut yang berpotensi berbahaya dan bisa menyebabkan potensi outbreak kembali. Selain itu ada juga informasi mengenai program mengenai EID-Search.
Program EID-Search adalah program yang mengawasi daerah-daerah di Asia Tenggara, supaya ketika ada potensi untuk muncul virus-virus baru, maka bisa lebih diawasi dan lebih ketat lagi supaya tidak menyebar lagi seperti saat ini.
Informasi ketiga adalah kemiripan materi genetik dengan SARS-CoV yang pertama dengan SARS-CoV-2 yang saat ini menyebar ternyata tidak sama. Ada 25% perbedaannya.
Intinya, Covid-19 ini bukanlah rekayasa. Covid-19 ini benar-benar ada dan emerging, serta bisa bermutasi. Oleh sebab itu masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya dengan hoax.
Lihat Juga: Pangeran Harry dan Meghan Markle Terancam Dideportasi dari AS Jika Donald Trump Menang Pilpres
(nug)
tulis komentar anda