Begini Kesaksian Sineas Lokal dan Kebangkitan Industri Film RI: Negara Hadir Lewat PEN Film Kemenparekraf
Selasa, 07 Desember 2021 - 07:32 WIB
MALANG - Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) disebut hadir membangkitkan kembali industri perfilman yang mati suri dengan memberikan suntikan bantuan produksi film melalui Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Film.
Sebagai contoh, para kru Film "Jangka Kala" yang menceritakan kehidupan warga di pesisir pantai selatan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Film "Jangka Kala" besutan sutradara Nashiru Setiawan ini bercerita tentang pasangan suami istri di pesisir pantai selatan Kabupaten Malang yang lama belum dikaruniai momongan.
Saat sang istri akhirnya hamil, maka Kala mencari telur penyu.Telur penyu ini mereka percaya mampu menjaga kandungan sang istri. Namun, pasangan ini kemudian berhadapan dengan regulasi konservasi penyu dan perubahan iklim di wilayahnya.
Mengangkat tentang mitos dan lingkungan di Malang, proses produksi film pendek "Jangka Kala" mengambil lokasi syuting di beberapa destinasi wisata di Kabupaten Malang, Jawa Timur, seperti Pantai Clungup, Pantai Tiga Warna, dermaga perahu Kondang Buntung, dan pelabuhan ikan Sendang Biru.
"Bersyukur ada PEN Film, karena kita bersama teman-teman film dapat berkarya kembali," ungkap Produser Film "Jangka Kala" Arfan Adhi Perdana.
Arfan mengatakan selama pandemi ia dan teman-temannya kesulitan untuk memproduksi film.
Selain ada larangan berkegiatan, pembiayaan juga menjadi persoalan bagi mereka.
Pandemi membuat para kru yang terlibat dalam perfilman, seperti lightingman, audioman, property, dan makeup artist tidak ada pemasukan untuk menopang perekonomian.
"PEN Film ini sangat membantu sekali, apalagi di saat pandemi seperti sekarang ini. Untuk bergerak saja sulit, apalagi bekerja. Semoga PEN Film terus diperluas, karena sangat membantu industri film," ungkap Ronald Irsyad, salah satu pemuda yang terlibat dalam produksi film "Jangka Kala".
Sebagai contoh, para kru Film "Jangka Kala" yang menceritakan kehidupan warga di pesisir pantai selatan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Film "Jangka Kala" besutan sutradara Nashiru Setiawan ini bercerita tentang pasangan suami istri di pesisir pantai selatan Kabupaten Malang yang lama belum dikaruniai momongan.
Saat sang istri akhirnya hamil, maka Kala mencari telur penyu.Telur penyu ini mereka percaya mampu menjaga kandungan sang istri. Namun, pasangan ini kemudian berhadapan dengan regulasi konservasi penyu dan perubahan iklim di wilayahnya.
Baca Juga
Mengangkat tentang mitos dan lingkungan di Malang, proses produksi film pendek "Jangka Kala" mengambil lokasi syuting di beberapa destinasi wisata di Kabupaten Malang, Jawa Timur, seperti Pantai Clungup, Pantai Tiga Warna, dermaga perahu Kondang Buntung, dan pelabuhan ikan Sendang Biru.
"Bersyukur ada PEN Film, karena kita bersama teman-teman film dapat berkarya kembali," ungkap Produser Film "Jangka Kala" Arfan Adhi Perdana.
Arfan mengatakan selama pandemi ia dan teman-temannya kesulitan untuk memproduksi film.
Selain ada larangan berkegiatan, pembiayaan juga menjadi persoalan bagi mereka.
Pandemi membuat para kru yang terlibat dalam perfilman, seperti lightingman, audioman, property, dan makeup artist tidak ada pemasukan untuk menopang perekonomian.
"PEN Film ini sangat membantu sekali, apalagi di saat pandemi seperti sekarang ini. Untuk bergerak saja sulit, apalagi bekerja. Semoga PEN Film terus diperluas, karena sangat membantu industri film," ungkap Ronald Irsyad, salah satu pemuda yang terlibat dalam produksi film "Jangka Kala".
Baca Juga
(wur)
tulis komentar anda