Benarkah GERD Tidak Mengancam Jiwa? Ini Penjelasan Ahli
Minggu, 13 Februari 2022 - 09:06 WIB
Prof. Ari juga menjelaskan, helicobacter pylori (H. pylori) diketahui sebagai penyebab utama tukak atau luka di lambung. Bakteri tersebut terdapat di mukosa lambung dan pada permukaan epitel di antrum lambung. H. pylori dapat bertahan dalam suasana asam di lambung, kemudian terjadi penetrasi terhadap mukosa lambung, dan pada akhirnya bakteri ini berkolonisasi di lambung.
Secara global, prevalensi GERD adalah 8-33% (semua umur, semua jenis kelamin). Prevalensi GERD di masing-masing negara berbeda-beda, contohnya lebih dari 25% di Asia Selatan dan Eropa Selatan, 18-27% di Amerika Utara, serta <10% di Asia Timur, Asia Tenggara, Kanada, dan Prancis.
Sebuah penelitian di Indonesia menunjukkan prevalensi GERD pada penduduk perkotaan adalah 9,35%. Namun, sebuah survei online dengan 2.045 responden menunjukkan bahwa 57,6% dari mereka menderita GERD yang diketahui dengan mengisi GERD-Quesionnaire (GERD-Q).
“Penatalaksanaan yang paling penting dari GERD. Yaitu dengan mencegah terjadinya kekambuhan. Perlu adanya edukasi kepada penderita agar memahami betul faktor risiko dan pemicu dari terjadinya GERD, untuk sebisa mungkin dihindari," kata Prof. Ari.
"Pada umumnya, penderita GERD juga akan direkomendasikan melakukan perbaikan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan, seperti memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring segera setelah makan, makan dengan perlahan, serta tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat pada area pinggang," tambahnya.
Perlu ada pemeriksaan yang benar bagi pasien GERD. Diagnosis GERD, ujar Prof. Ari, dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis terkait gejala yang dialami serta riwayat penyakit dari pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan lain seperti endoskopi saluran cerna untuk mendeteksi adanya perlukaan pada dinding dalam esofagus bagian bawah, adanya penyempitan, lesi prakanker atau kanker, dan adanya hiatal hernia.
Secara global, prevalensi GERD adalah 8-33% (semua umur, semua jenis kelamin). Prevalensi GERD di masing-masing negara berbeda-beda, contohnya lebih dari 25% di Asia Selatan dan Eropa Selatan, 18-27% di Amerika Utara, serta <10% di Asia Timur, Asia Tenggara, Kanada, dan Prancis.
Sebuah penelitian di Indonesia menunjukkan prevalensi GERD pada penduduk perkotaan adalah 9,35%. Namun, sebuah survei online dengan 2.045 responden menunjukkan bahwa 57,6% dari mereka menderita GERD yang diketahui dengan mengisi GERD-Quesionnaire (GERD-Q).
“Penatalaksanaan yang paling penting dari GERD. Yaitu dengan mencegah terjadinya kekambuhan. Perlu adanya edukasi kepada penderita agar memahami betul faktor risiko dan pemicu dari terjadinya GERD, untuk sebisa mungkin dihindari," kata Prof. Ari.
"Pada umumnya, penderita GERD juga akan direkomendasikan melakukan perbaikan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan, seperti memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring segera setelah makan, makan dengan perlahan, serta tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat pada area pinggang," tambahnya.
Perlu ada pemeriksaan yang benar bagi pasien GERD. Diagnosis GERD, ujar Prof. Ari, dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis terkait gejala yang dialami serta riwayat penyakit dari pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan lain seperti endoskopi saluran cerna untuk mendeteksi adanya perlukaan pada dinding dalam esofagus bagian bawah, adanya penyempitan, lesi prakanker atau kanker, dan adanya hiatal hernia.
(tsa)
tulis komentar anda