Rendahnya Cakupan Vaksinasi Dorong Munculnya Varian Covid-19 yang Lebih Berbahaya
Sabtu, 19 Februari 2022 - 20:21 WIB
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan dunia untuk tidak terkecoh dengan Covid-19 varian Omicron .
Varian Covid-19 ini dari segi gejala dan kesakitan memang cenderung lebih ringan, namun WHO mengingatkan di masa depan varian virus yang berkembang bisa lebih berbahaya.
Cakupan vaksinasi di negara-negara Afrika yang masih rendah disebut WHO sebagai kondisi ideal untuk varian virus yang lebih menular dan berbahaya untuk muncul di masa mendatang.
"Faktanya, kondisinya ideal untuk varian yang lebih menular dan lebih berbahaya untuk muncul," kata Dirjen WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam gelaran Munich Security Conference pada 18 Februari 2022, dan dikutip Newsweek, Sabtu (19/2/2022).
Dia memaparkan, cakupan vaksin yang tinggi di beberapa negara terutama negara-negara maju dan kaya di dunia, serta tingkat keparahan Omicron yang lebih rendah mendorong pemahaman yang berbahaya di kalangan masyarakat global. Mereka berpikiran seolah pandemi Covid-19 sudah berakhir.
WHO menekankan jika nyatanya pandemi Covid-19 belum berakhir. Berkaca pada kondisi parah yakni ketika 70 ribu orang meninggal setiap minggunya, 83 persen populasi di Afrika belum menerima vaksinasi Covid-19, hingga sistem kesehatan masyarakat yang padat dan sibuk.
Menurut para pejabat WHO, negara-negara dengan cakupan vaksinasi tinggi akan memiliki rasa aman yang salah jika di satu sisi negara lainnya masih memiliki tingkat vaksinasi yang rendah.
Pasalnya, virus yang menyebar dengan cepat di mana saja akan menyebabkan varian baru yang mungkin lebih mematikan. Dan bahkan bisa punya kemampuan untuk menghindari perlindungan dari vaksin.
Patut menjadi perhatian, mayoritas negara-negara Afrika saat ini cakupan vaksinasinya kurang dari 20 persen populasi. Begitu juga dengan beberapa negara di Eropa Timur yang juga memiliki tingkat vaksinasi yang sangat rendah.
Tanpa kedua vaksinasi yang meningkat di negara-negara tersebut, WHO menyakini penyakit infeksi Covid-19 akan terus berkembang dengan kecepatan tinggi.
Varian Covid-19 ini dari segi gejala dan kesakitan memang cenderung lebih ringan, namun WHO mengingatkan di masa depan varian virus yang berkembang bisa lebih berbahaya.
Cakupan vaksinasi di negara-negara Afrika yang masih rendah disebut WHO sebagai kondisi ideal untuk varian virus yang lebih menular dan berbahaya untuk muncul di masa mendatang.
"Faktanya, kondisinya ideal untuk varian yang lebih menular dan lebih berbahaya untuk muncul," kata Dirjen WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam gelaran Munich Security Conference pada 18 Februari 2022, dan dikutip Newsweek, Sabtu (19/2/2022).
Dia memaparkan, cakupan vaksin yang tinggi di beberapa negara terutama negara-negara maju dan kaya di dunia, serta tingkat keparahan Omicron yang lebih rendah mendorong pemahaman yang berbahaya di kalangan masyarakat global. Mereka berpikiran seolah pandemi Covid-19 sudah berakhir.
WHO menekankan jika nyatanya pandemi Covid-19 belum berakhir. Berkaca pada kondisi parah yakni ketika 70 ribu orang meninggal setiap minggunya, 83 persen populasi di Afrika belum menerima vaksinasi Covid-19, hingga sistem kesehatan masyarakat yang padat dan sibuk.
Menurut para pejabat WHO, negara-negara dengan cakupan vaksinasi tinggi akan memiliki rasa aman yang salah jika di satu sisi negara lainnya masih memiliki tingkat vaksinasi yang rendah.
Pasalnya, virus yang menyebar dengan cepat di mana saja akan menyebabkan varian baru yang mungkin lebih mematikan. Dan bahkan bisa punya kemampuan untuk menghindari perlindungan dari vaksin.
Patut menjadi perhatian, mayoritas negara-negara Afrika saat ini cakupan vaksinasinya kurang dari 20 persen populasi. Begitu juga dengan beberapa negara di Eropa Timur yang juga memiliki tingkat vaksinasi yang sangat rendah.
Tanpa kedua vaksinasi yang meningkat di negara-negara tersebut, WHO menyakini penyakit infeksi Covid-19 akan terus berkembang dengan kecepatan tinggi.
(nug)
tulis komentar anda