Omicron Bergejala Ringan, tapi Kelompok Ini Berisiko Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Varian Omicron disebut menyebabkan gejala ringan daripada varian Delta yang dominan secara global. Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan untuk tidak mengkategorikan varian baru Covid-19 ini sebagai ringan.
Sementara itu, aplikasi ZOE COVID Study diluncurkan oleh perusahaan ilmu kesehatan ZOE dengan analisis ilmiah yang disediakan oleh King's College London dan menyediakan data terkini mengenai infeksi.
"Kasus baru bergejala harian terus meningkat di semua wilayah," kata aplikasi tersebut dilansir dari Express, Sabtu (19/2/2022).
Berdasarkan data yang ada, kasus positif Omicron sekarang melambat di semua kelompok umur, selain dari kelompok 18-34 tahun di mana kasus terus meningkat, dan kelompok 75 tahun ke atas yang sedikit meningkat. Pasalnya, usia tersebut lebih rentan.
“Kasus melambat pada kelompok usia 0-18 dan 35-74 tahun," jelasnya.
Professor Tim Spector, ilmuwan utama di aplikasi ZOE COVID Study menyatakan bahwa kasus perlu menurun lebih banyak di antara kelompok usia yang lebih tua dan lebih rentan sebelum dapat mulai bersantai. Masih terlalu dini untuk mengatakan efek Long Covid sebagai akibat dari infeksi Omicron atau efek dari varian BA.2 yang sangat menular.
"Kita semua harus berusaha menjadi warga negara yang baik dengan terus mengasingkan diri ketika sakit dan melindungi diri kita sendiri dan orang lain dari apa yang bisa menjadi infeksi yang sangat buruk," ujar Spector.
Omicron menyebabkan gejala yang meliputi pilek, sakit kepala, kelelahan, bersin dan sakit tenggorokan. David Nabarro, utusan khusus WHO untuk virus corona mengungkapkan akan ada lebih banyak varian setelah Omicron dan jika lebih menular, mereka akan mendominasi.
"Selain itu, mereka dapat menyebabkan pola penyakit yang berbeda, dengan kata lain, mereka mungkin menjadi lebih mematikan atau memiliki konsekuensi jangka panjang," ungkap Nabarro.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
Sementara itu, aplikasi ZOE COVID Study diluncurkan oleh perusahaan ilmu kesehatan ZOE dengan analisis ilmiah yang disediakan oleh King's College London dan menyediakan data terkini mengenai infeksi.
"Kasus baru bergejala harian terus meningkat di semua wilayah," kata aplikasi tersebut dilansir dari Express, Sabtu (19/2/2022).
Berdasarkan data yang ada, kasus positif Omicron sekarang melambat di semua kelompok umur, selain dari kelompok 18-34 tahun di mana kasus terus meningkat, dan kelompok 75 tahun ke atas yang sedikit meningkat. Pasalnya, usia tersebut lebih rentan.
“Kasus melambat pada kelompok usia 0-18 dan 35-74 tahun," jelasnya.
Professor Tim Spector, ilmuwan utama di aplikasi ZOE COVID Study menyatakan bahwa kasus perlu menurun lebih banyak di antara kelompok usia yang lebih tua dan lebih rentan sebelum dapat mulai bersantai. Masih terlalu dini untuk mengatakan efek Long Covid sebagai akibat dari infeksi Omicron atau efek dari varian BA.2 yang sangat menular.
"Kita semua harus berusaha menjadi warga negara yang baik dengan terus mengasingkan diri ketika sakit dan melindungi diri kita sendiri dan orang lain dari apa yang bisa menjadi infeksi yang sangat buruk," ujar Spector.
Omicron menyebabkan gejala yang meliputi pilek, sakit kepala, kelelahan, bersin dan sakit tenggorokan. David Nabarro, utusan khusus WHO untuk virus corona mengungkapkan akan ada lebih banyak varian setelah Omicron dan jika lebih menular, mereka akan mendominasi.
"Selain itu, mereka dapat menyebabkan pola penyakit yang berbeda, dengan kata lain, mereka mungkin menjadi lebih mematikan atau memiliki konsekuensi jangka panjang," ungkap Nabarro.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(dra)