Waspada! 3 Gejala Ini Bisa Pengaruhi Darah Tinggi hingga Stroke
Rabu, 17 Juni 2020 - 10:11 WIB
JAKARTA - Pastikan Anda menjalani pola hidup sehat. Jika tidak memulainya dari sekarang, berbagai macam risiko penyakit tidak penular akan mengintai Anda, seperti stroke, diabetes, jantung hingga darah tinggi. Bahkan, penyakit mematikan ini bisa diidap seseorang, meski hanya memiliki tiga gejala saja.
Adapun gejala yang disebut sebagai sindrom metabolik ini berupa high blood triglycerides, high normal or high blood presurre, big waist, borderline or high blood glucose atau gula darah dan low blood high density lipoprotein. Sindrom metabolik sendiri bukan penyakit, melainkan sebuah serangkaian gejala atau serangkaian penanda menuju penyakit degeneratif.
"Banyak yang enggak tau sebetulnya sebelum penyakit kronis sebetulnya ada ibaratnya jembatan dulu atau kondisi perantara disebut sindrom metabolik. Minimal kita punya tiga penanda tersebut berati kita sudah termasuk kategori gangguan sindrom metabolik," kata Certified Nutrition and Wellness Consultant Nutrifood, Moch Aldis Ruslialdi SKM CNWC saat Nutriclass, Selasa (16/6/2020).
"Di mana kalau kita udah masuk gangguan sindrom metabolik dalam hitungan tahun, sangat bisa peluangnya kena penyakit kronis atau degeneratif, diabetes, jantung, stroke, darah tinggi. Jadi ini kondisi perantaranya. Semakin banyak penandanya, semakin cepet kita sampai ke penyakit kronis tadi. Sindrom metabolik itu lampu kuningnya," sambungnya. (Baca juga: Kontrol Penyakit Degeneratif dengan Membatasi GGL ).
Gejala-gejala tersebut dijelaskan Aldis dapat menyerang siapa saja, termasuk mereka yang memasuki usia produktif. Biasanya, kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan secara perlahan. Seperti halnya, lingkar perut yang menandakan obesitas central atau buncit bukanlah hal positif. Perut buncit sendiri menunjukkan adanya gangguan metabolisme pada tubuh.
"Kondisi tadi itu real. Apalagi orang-orang usia produktif sangat mungkin kena. Kaya triglesida tinggi itu enggak tiba-tiba tinggi. Itu pasti akan ada prosesnya, tekanan darah juga, lingkar perut juga. Enggak mungkin bangun tidur tiba-tiba perut buncit, kecuali kembung. Kalo lingkar perutnya membesar itu pasti ada prosesnya," jelasnya.
Sementara itu, di antara semua gangguan sindrom metabolik ini disebabkan oleh obesitas atau kegemukan yang menjadi benang merah. "Jadi ibaratnya dengan obesitas punya peluang yang besar untuk semua gangguan sindrom metabolik. Gula darah, tekanan darah, trigliserida yang tinggi hubungannya sangat erat dengan obesitas," imbuh dia. (Baca juga: Buat Lagu Baru, Park Bo Gum Ungkap Perasaan lewat All My Love ).
Beruntungnya, gaya hidup sehat diungkapkan Aldis dapat membantu mencegah kondisi ini. Di sisi lain, mengingat gejala ini terjadi secara berproses, maka penting untuk melakukan pencegahan sedini mungkin. Selain itu, penting juga untuk mengontrol berat badan yang sudah terbukti manfaatnya dapat menurunkan risiko berbagai macam penyakit.
"Penelitian terbaru menunjukkan dengan kita mengontrol berat badan, istilahnya nurunin nih berat badannya dari lebih ke semakin normal, turun 5% aja bisa memperbaiki seluruh profil gangguan sindrom metabolik," tandasnya.
Adapun gejala yang disebut sebagai sindrom metabolik ini berupa high blood triglycerides, high normal or high blood presurre, big waist, borderline or high blood glucose atau gula darah dan low blood high density lipoprotein. Sindrom metabolik sendiri bukan penyakit, melainkan sebuah serangkaian gejala atau serangkaian penanda menuju penyakit degeneratif.
"Banyak yang enggak tau sebetulnya sebelum penyakit kronis sebetulnya ada ibaratnya jembatan dulu atau kondisi perantara disebut sindrom metabolik. Minimal kita punya tiga penanda tersebut berati kita sudah termasuk kategori gangguan sindrom metabolik," kata Certified Nutrition and Wellness Consultant Nutrifood, Moch Aldis Ruslialdi SKM CNWC saat Nutriclass, Selasa (16/6/2020).
"Di mana kalau kita udah masuk gangguan sindrom metabolik dalam hitungan tahun, sangat bisa peluangnya kena penyakit kronis atau degeneratif, diabetes, jantung, stroke, darah tinggi. Jadi ini kondisi perantaranya. Semakin banyak penandanya, semakin cepet kita sampai ke penyakit kronis tadi. Sindrom metabolik itu lampu kuningnya," sambungnya. (Baca juga: Kontrol Penyakit Degeneratif dengan Membatasi GGL ).
Gejala-gejala tersebut dijelaskan Aldis dapat menyerang siapa saja, termasuk mereka yang memasuki usia produktif. Biasanya, kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan secara perlahan. Seperti halnya, lingkar perut yang menandakan obesitas central atau buncit bukanlah hal positif. Perut buncit sendiri menunjukkan adanya gangguan metabolisme pada tubuh.
"Kondisi tadi itu real. Apalagi orang-orang usia produktif sangat mungkin kena. Kaya triglesida tinggi itu enggak tiba-tiba tinggi. Itu pasti akan ada prosesnya, tekanan darah juga, lingkar perut juga. Enggak mungkin bangun tidur tiba-tiba perut buncit, kecuali kembung. Kalo lingkar perutnya membesar itu pasti ada prosesnya," jelasnya.
Sementara itu, di antara semua gangguan sindrom metabolik ini disebabkan oleh obesitas atau kegemukan yang menjadi benang merah. "Jadi ibaratnya dengan obesitas punya peluang yang besar untuk semua gangguan sindrom metabolik. Gula darah, tekanan darah, trigliserida yang tinggi hubungannya sangat erat dengan obesitas," imbuh dia. (Baca juga: Buat Lagu Baru, Park Bo Gum Ungkap Perasaan lewat All My Love ).
Beruntungnya, gaya hidup sehat diungkapkan Aldis dapat membantu mencegah kondisi ini. Di sisi lain, mengingat gejala ini terjadi secara berproses, maka penting untuk melakukan pencegahan sedini mungkin. Selain itu, penting juga untuk mengontrol berat badan yang sudah terbukti manfaatnya dapat menurunkan risiko berbagai macam penyakit.
"Penelitian terbaru menunjukkan dengan kita mengontrol berat badan, istilahnya nurunin nih berat badannya dari lebih ke semakin normal, turun 5% aja bisa memperbaiki seluruh profil gangguan sindrom metabolik," tandasnya.
(tdy)
tulis komentar anda