Studi: Gejala Omicron Ternyata Lebih Pendek Dua Hari dari Delta
Jum'at, 08 April 2022 - 11:35 WIB
JAKARTA - Studi terbaru yang menguji warga di Inggris mengungkapkan penyakit yang disebabkan oleh varian Omicron rata-rata sekitar dua hari, lebih pendek daripada varian Delta. Di mana warga yang diuji telah melakukan vaksinasi Covid-19.
“Penyajian gejala yang lebih pendek menunjukkan menunggu konfirmasi dari studi viral load bahwa periode penularan mungkin lebih pendek. Berdampak pada kebijakan kesehatan di tempat kerja dan panduan kesehatan masyarakat,” tulis para penulis penelitian dilansir Reuters, Jumat (8/4/2022).
Dalam penelitian ini melibatkan aplikasi Zoe Covid yang mengumpulkan data tentang gejala yang dilaporkan sendiri. Penelitian ini juga menemukan bahwa infeksi Omicron yang bergejala 25% lebih kecil kemungkinannya, untuk dirawat di rumah sakit daripada di kasus Delta.
Sementara tingkat keparahan Omicron, lebih rendah telah diketahui.Uniknya penelitian ini dalam analisis rincinya dan mengoreksi distorsi yang disebabkan oleh perbedaan status vaksinasi dengan melihat sukarelawan yang divaksinasi saja.
Dalam pelaksanaannya, para peneliti di King's College London menganalisis dua set data dari 1 Juni hingga 27 November 2021, ketika varian Delta menyumbang lebih dari 70% kasus, dan dari 20 Desember 2021 hingga 17 Januari 2022, ketika Omicron lebih dari 70% lazim.
Terdapat jumlah pasien hampir 5.000 di setiap kelompok, lalu dicocokkan dan dibandingkan 1:1 dengan orang dengan usia, jenis kelamin, dan dosis vaksinasi yang sama di kelompok lain. Hasilnya durasi gejala Omicron relatif lebih pendek terhadap Delta lebih jelas pada mereka yang mendapat tiga dosis vaksin.
Gejala berlangsung rata-rata 7,7 hari selama periode yang didominasi Delta, dan hanya 4,4 hari, atau 3,3 hari lebih sedikit, selama periode Omicron. Di antara mereka hanya menerima dua dosis vaksin, gejala dari Delta berlangsung selama 9,6 hari dan 8,3 hari dari Omicron, perbedaan hanya 1,3 hari.
Tambahan informasi, studi ini diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet pada hari Kamis dan akan dipresentasikan pada Kongres Eropa Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular akhir bulan April. Sedangkan, apikasi Studi Zoe Covid, sebelumnya dikenal sebagai Aplikasi Studi Gejala Covid mengumpulkan data tentang gejala yang dilaporkan sendiri (pengguna).
“Penyajian gejala yang lebih pendek menunjukkan menunggu konfirmasi dari studi viral load bahwa periode penularan mungkin lebih pendek. Berdampak pada kebijakan kesehatan di tempat kerja dan panduan kesehatan masyarakat,” tulis para penulis penelitian dilansir Reuters, Jumat (8/4/2022).
Dalam penelitian ini melibatkan aplikasi Zoe Covid yang mengumpulkan data tentang gejala yang dilaporkan sendiri. Penelitian ini juga menemukan bahwa infeksi Omicron yang bergejala 25% lebih kecil kemungkinannya, untuk dirawat di rumah sakit daripada di kasus Delta.
Sementara tingkat keparahan Omicron, lebih rendah telah diketahui.Uniknya penelitian ini dalam analisis rincinya dan mengoreksi distorsi yang disebabkan oleh perbedaan status vaksinasi dengan melihat sukarelawan yang divaksinasi saja.
Dalam pelaksanaannya, para peneliti di King's College London menganalisis dua set data dari 1 Juni hingga 27 November 2021, ketika varian Delta menyumbang lebih dari 70% kasus, dan dari 20 Desember 2021 hingga 17 Januari 2022, ketika Omicron lebih dari 70% lazim.
Terdapat jumlah pasien hampir 5.000 di setiap kelompok, lalu dicocokkan dan dibandingkan 1:1 dengan orang dengan usia, jenis kelamin, dan dosis vaksinasi yang sama di kelompok lain. Hasilnya durasi gejala Omicron relatif lebih pendek terhadap Delta lebih jelas pada mereka yang mendapat tiga dosis vaksin.
Gejala berlangsung rata-rata 7,7 hari selama periode yang didominasi Delta, dan hanya 4,4 hari, atau 3,3 hari lebih sedikit, selama periode Omicron. Di antara mereka hanya menerima dua dosis vaksin, gejala dari Delta berlangsung selama 9,6 hari dan 8,3 hari dari Omicron, perbedaan hanya 1,3 hari.
Tambahan informasi, studi ini diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet pada hari Kamis dan akan dipresentasikan pada Kongres Eropa Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular akhir bulan April. Sedangkan, apikasi Studi Zoe Covid, sebelumnya dikenal sebagai Aplikasi Studi Gejala Covid mengumpulkan data tentang gejala yang dilaporkan sendiri (pengguna).
(hri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda