Jessica Widjaja Jadi Pembicara International Leadership Forum 2022

Kamis, 04 Agustus 2022 - 15:00 WIB
Jessica Widjaja dalam International Leadership Forum 2022 di Manila. Foto/Istimewa
JAKARTA - Indonesia mendapat kehormatan besar karena kembali menempatkan perwakilanya sebagai salah satu pembicara dalam International Leadership Forum 2022 di Manila Filipina belum lama ini.

Acara tersebut menempatkan berbagai tokoh internasional sebagai pembicara antara lain Perdana Menteri Pakistan Yousaf Raza Gillani, Presiden Srilangka Sirisena, dan Chief Presidential Legalisir Counsel Attorney Salvador Panelo.

Jessica Widjaja yang merupakan Ketua Asosiasi Internasional untuk Perdamaian dan Pembangunan Ekonomi Indonesia yang hadir sebagai pembiacara pada kesempatan itu mengatakan, peran UPF (Universal Peace Federation) sangatlah penting.



"Peran kami sebagai UPF adalah konsultatif status organisasi ke Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa," ungkapnya.

Wanita yang juga menjadi Ketua The Grandeur Center Indonesia ini mengemukakan hasil studi bahwa produksi pertanian rata-rata 12,3 persen lebih rendah di negara-negara yang terkena dampak konflik daripada di negara-negara yang sama selama masa damai.

"Hal ini sangat berdampak pada hak atas pangan dan ketahanan pangan. Kerawanan pangan melemahkan kemampuan masyarakat, mempengaruhi populasi rentan secara tidak proporsional seperti perempuan dan anak-anak," papar Jessica.

Ia menambahkan, menurut UNICEF, 230 juta anak tinggal di negara-negara yang dilanda perang pada 2014 dan telah menjadi sasaran pelanggaran hak asasi manusia terkait. "Studi juga menemukan bahwa akses ke pendidikan dan layanan publik lain sangat dibatasi di negara-negara yang terkena dampak konflik," tuturnya.

Mantan model ini juga memaparkan, dalam studi UNDP terhadap 29 negara yang terkena dampak konflik, hanya 3 yang melaporkan pertumbuhan PDB selama konflik dan 9 mengalami penurunan PDB lebih dari 50 persen.

"Pengeluaran militer memiliki efek buruk pada penikmatan semua hak asasi manusia dan mencegah negara mewujudkan tujuan pembangunan yang diakui secara internasional. Seperti yang dikatakan Sekretaris Jenderal, dunia sudah dipersenjatai secara berlebihan dan perdamaian kekurangan dana,” papar Jessica

Selain itu menurutnya, biaya ekonomi dari perang dan kekerasan dapat melampaui generasi. Dewan Masa Depan Dunia telah mencatat bahwa di seluruh dunia, setiap tahun lebih dari USD1,7 triliun dihabiskan untuk senjata dan militer.
(tsa)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More