Frekuensi Berhubungan Seks, Benarkah Jadi Patokan Kebahagiaan Pasangan?
Selasa, 30 Juni 2020 - 09:40 WIB
JAKARTA - Sebuah penelitian tahun 2017 yang diterbitkan di Archives of Sexual Behavior mengungkapkan bahwa rata-rata orang dewasa berhubungan seks 54 kali dalam satu tahun atau satu kali seminggu. Studi lain yang diterbitkan pada 2015 mengaitkan frekuensi hubungan seks dengan kebahagiaan.
Para peneliti yang menulis di jurnal Social Psychological and Personality Science menemukan, pasangan yang berhubungan seks setidaknya sekali seminggu lebih bahagia dengan hubungan mereka daripada mereka yang jarang melakukannya. Penelitian kedua itu juga menemukan bahwa melakukan hubungan seks satu kali atau lebih dalam seminggu tidak memengaruhi kesehatan lebih jauh. ( )
"Pasangan sering membuat kesalahan dengan menebak beberapa angka untuk merasa baik-baik saja tentang kehidupan seks mereka," kata Raffi Bilek, Konselor Pasangan sekaligus Direktur Pusat Terapi Baltimore, seperti dilansir laman Health.
“Yang benar adalah, apapun yang nyaman bagi Anda dan pasangan adalah normal. Anda tidak perlu berhubungan seks lebih atau kurang dari yang Anda inginkan," lanjutnya.
Ketika Anda berhenti berfokus pada angka-angka, Anda menyadari bahwa banyak faktor memengaruhi seberapa sering pasangan berhubungan seks. Faktor tersebut dijelaskan oleh Profesor dan Direktur Studi Keluarga di Berry College Georgia Brian Jory, PhD, mencakup usia, nilai-nilai, gaya hidup, dorongan seksual bawaan, kesehatan, dan yang terpenting kualitas hubungan.
"Di hampir semua hubungan jangka panjang, sesuatu yang disebut kejenuhan seksual muncul sekitar dua atau tiga tahun," jelas Jory.
“Kejenuhan seksual adalah elemen yang sudah ada atau dilakukan bersamaan. Kecenderungan manusia menjadi bosan, itu bukan kesalahan, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan atau dipermalukan," sambungnya.
Sementara itu penelitian ketiga yang dilakukan di Kinsey Institute, Indiana, Amerika Serikat, memecah frekuensi seksual berdasarkan usia. Di mana orang di bawah usia 30 tahun melakukan hubungan seks rata-rata 112 kali setahun atau lebih dari dua kali dalam seminggu. Tapi, frekuensi itu menurun menjadi 86 kali setahun di antara usia 30-39 tahun, 69 kali per tahun untuk mereka yang berusia 40-49 tahun, dan sekitar 52 kali dalam satu tahun untuk pasangan berusia 50-an atau lebih.
Namun, cara Anda mengatasi kejenuhan itu penting untuk kebahagiaan jangka panjang. Sayang, Anda dan pasangan bisa tidak sepakat dalam hal frekuensi hubungan seks. Untuk mengatasinya, Bilek menyarankan untuk membicarakannya atau mungkin meminta bantuan profesional. Ini bertujuan agar mencapai kesepakatan bersama.
Hal senada dipaparkan Jory. Menurutnya, jika Anda dan pasangan tidak sinkron dalam hal seberapa sering harus berhubungan seks, langkah pertama yang mesti menjadi fokus dalam hubungan adalah perawatan. Bicaralah tentang apa yang terjadi, buka tentang kebutuhan dan fantasi Anda, dan jangan menilai satu sama lain.
"Pasangan membutuhkan keintiman verbal dan psikologis sebelum mereka dapat memiliki keintiman seksual," ujar Jory. ( )
Lebih lanjut Jory menekankan bahwa pada dasarnya, tujuan dari sebuah hubungan adalah kebahagiaan, bukan seks. Sedangkan seks akan menjadi penting sampai tingkat yang membuat pasangan bahagia.
"Dan, para peneliti akan setuju bahwa kebahagiaan hubungan mengarah pada seks yang lebih baik, bukan sebaliknya," tutup Jory.
Para peneliti yang menulis di jurnal Social Psychological and Personality Science menemukan, pasangan yang berhubungan seks setidaknya sekali seminggu lebih bahagia dengan hubungan mereka daripada mereka yang jarang melakukannya. Penelitian kedua itu juga menemukan bahwa melakukan hubungan seks satu kali atau lebih dalam seminggu tidak memengaruhi kesehatan lebih jauh. ( )
"Pasangan sering membuat kesalahan dengan menebak beberapa angka untuk merasa baik-baik saja tentang kehidupan seks mereka," kata Raffi Bilek, Konselor Pasangan sekaligus Direktur Pusat Terapi Baltimore, seperti dilansir laman Health.
“Yang benar adalah, apapun yang nyaman bagi Anda dan pasangan adalah normal. Anda tidak perlu berhubungan seks lebih atau kurang dari yang Anda inginkan," lanjutnya.
Ketika Anda berhenti berfokus pada angka-angka, Anda menyadari bahwa banyak faktor memengaruhi seberapa sering pasangan berhubungan seks. Faktor tersebut dijelaskan oleh Profesor dan Direktur Studi Keluarga di Berry College Georgia Brian Jory, PhD, mencakup usia, nilai-nilai, gaya hidup, dorongan seksual bawaan, kesehatan, dan yang terpenting kualitas hubungan.
"Di hampir semua hubungan jangka panjang, sesuatu yang disebut kejenuhan seksual muncul sekitar dua atau tiga tahun," jelas Jory.
“Kejenuhan seksual adalah elemen yang sudah ada atau dilakukan bersamaan. Kecenderungan manusia menjadi bosan, itu bukan kesalahan, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan atau dipermalukan," sambungnya.
Sementara itu penelitian ketiga yang dilakukan di Kinsey Institute, Indiana, Amerika Serikat, memecah frekuensi seksual berdasarkan usia. Di mana orang di bawah usia 30 tahun melakukan hubungan seks rata-rata 112 kali setahun atau lebih dari dua kali dalam seminggu. Tapi, frekuensi itu menurun menjadi 86 kali setahun di antara usia 30-39 tahun, 69 kali per tahun untuk mereka yang berusia 40-49 tahun, dan sekitar 52 kali dalam satu tahun untuk pasangan berusia 50-an atau lebih.
Namun, cara Anda mengatasi kejenuhan itu penting untuk kebahagiaan jangka panjang. Sayang, Anda dan pasangan bisa tidak sepakat dalam hal frekuensi hubungan seks. Untuk mengatasinya, Bilek menyarankan untuk membicarakannya atau mungkin meminta bantuan profesional. Ini bertujuan agar mencapai kesepakatan bersama.
Hal senada dipaparkan Jory. Menurutnya, jika Anda dan pasangan tidak sinkron dalam hal seberapa sering harus berhubungan seks, langkah pertama yang mesti menjadi fokus dalam hubungan adalah perawatan. Bicaralah tentang apa yang terjadi, buka tentang kebutuhan dan fantasi Anda, dan jangan menilai satu sama lain.
"Pasangan membutuhkan keintiman verbal dan psikologis sebelum mereka dapat memiliki keintiman seksual," ujar Jory. ( )
Lebih lanjut Jory menekankan bahwa pada dasarnya, tujuan dari sebuah hubungan adalah kebahagiaan, bukan seks. Sedangkan seks akan menjadi penting sampai tingkat yang membuat pasangan bahagia.
"Dan, para peneliti akan setuju bahwa kebahagiaan hubungan mengarah pada seks yang lebih baik, bukan sebaliknya," tutup Jory.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda