Ramadhan Momen Emas untuk Detoks, Buang Racun di Tubuh
Senin, 27 April 2020 - 16:30 WIB
JAKARTA - Tak hanya menahan lapar dan haus, menjalankan puasa Ramadhan juga baik untuk kesehatan tubuh. Salah satunya menjadi sarana detoksifikasi guna membuang racun-racun di dalam tubuh.
Selama berpuasa, racun di dalam tubuh akibat gaya hidup tidak sehat seperti kurang istirahat, mengonsumsi makan tak sehat, hingga paparan polusi akan dibuang. Namun, manfaat tersebut baru bisa didapat atau akan bekerja jika makan secara bijak alias tidak makan secara berlebihan.
"Puasa seharusnya dapat dijadikan momen emas untuk ibadah sambil detoks, mencegah dan menurunkan inflamasi (radang) serta obesitas. Bisa gagal, karena makan berlebihan selama bulan puasa," kata Ahli Gizi Prof. Hardinsyah, MS, PhD.
Tubuh membutuhkan waktu untuk membersihkan diri dari racun yang ada di dalam tubuh selama 11 bulan terakhir. Saat berpuasa inilah yang menjadi momen emas untuk membersihkan diri dari racun yang sudah menumpuk pada tubuh.
Oleh karena itu, Prof. Hardinsyah menyarankan agar masyarakat tidak berlebihan makan saat berbuka puasa dan sahur sehingga tubuh akan menjadi lebih sehat sekaligus hemat.
"Seharusnya puasa dapat menjadikan penduduk lebih sehat dan hemat atau tidak boros. Tapi, faktanya, saat puasa bahan makanan naik, melonjak. Itu tandanya masyarakat puasanya tidak benar. Kalau benar ya menjadi hemat," jelasnya.
Di sisi lain, banyak bukti telah menyatakan bahwa hanya dengan mengurangi makan dan minum selama 13 jam, tubuh bakal melakukan pembersihan. Hal ini secara otomatis akan membuat debu, polusi, dan lain-lain akan hilang dari dalam tubuh.
"Di Eropa, Australia, ada fasting diet. Ada yang melakukannya dua kali sehari, ada yang minum air saja. Puasa nggak melihat agama," tandas Prof. Hardinsyah.
Selama berpuasa, racun di dalam tubuh akibat gaya hidup tidak sehat seperti kurang istirahat, mengonsumsi makan tak sehat, hingga paparan polusi akan dibuang. Namun, manfaat tersebut baru bisa didapat atau akan bekerja jika makan secara bijak alias tidak makan secara berlebihan.
"Puasa seharusnya dapat dijadikan momen emas untuk ibadah sambil detoks, mencegah dan menurunkan inflamasi (radang) serta obesitas. Bisa gagal, karena makan berlebihan selama bulan puasa," kata Ahli Gizi Prof. Hardinsyah, MS, PhD.
Tubuh membutuhkan waktu untuk membersihkan diri dari racun yang ada di dalam tubuh selama 11 bulan terakhir. Saat berpuasa inilah yang menjadi momen emas untuk membersihkan diri dari racun yang sudah menumpuk pada tubuh.
Oleh karena itu, Prof. Hardinsyah menyarankan agar masyarakat tidak berlebihan makan saat berbuka puasa dan sahur sehingga tubuh akan menjadi lebih sehat sekaligus hemat.
"Seharusnya puasa dapat menjadikan penduduk lebih sehat dan hemat atau tidak boros. Tapi, faktanya, saat puasa bahan makanan naik, melonjak. Itu tandanya masyarakat puasanya tidak benar. Kalau benar ya menjadi hemat," jelasnya.
Di sisi lain, banyak bukti telah menyatakan bahwa hanya dengan mengurangi makan dan minum selama 13 jam, tubuh bakal melakukan pembersihan. Hal ini secara otomatis akan membuat debu, polusi, dan lain-lain akan hilang dari dalam tubuh.
"Di Eropa, Australia, ada fasting diet. Ada yang melakukannya dua kali sehari, ada yang minum air saja. Puasa nggak melihat agama," tandas Prof. Hardinsyah.
(tsa)
tulis komentar anda