Punya Empati Terhadap Pelaku Kejahatan? Waspadai Gejala Stockholm Syndrome
Senin, 05 September 2022 - 17:07 WIB
Orang biasa yang mengalami kondisi ini besar kemungkinan pernah mengalami trauma. Jadi, saat dia melihat ada peristiwa kejahatan yang terjadi, misalnya lewat tayangan media, seketika itu juga dia mengalami kilas balik traumanya dan merasa empati dengan pelaku kejahatan tersebut.
Bukan Diagnosis Psikologis
Syndrome Stockholm ini nyatanya bukanlah diagnosis psikologis, melainkan upaya untuk menjelaskan gejala yang muncul pada beberapa individu yang menjadi korban kekerasan terutama penyanderaan.
Dalam perkembangan awalnya, seseorang yang mengalami kondisi ini menjadi terikat dengan penculiknya
Orang yang disandera atau korban kekerasan juga sering mengembangkan perasaan negatif terhadap polisi atau pihak lain yang mencoba menyelamatkannya.
Dari studi peristiwa inilah para peneliti menyimpulkan penyebab untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Seseorang yang mengembangkan Syndrome ini sering mengalami gejala stres pasca trauma, mimpi buruk, insomnia, kilas balik peristiwa, kecenderungan untuk mudah terkejut, kebingungan, dan kesulitan mempercayai orang lain.
Dari perspektif psikologis, fenomena ini dapat dipahami sebagai mekanisme bertahan hidup. Bahkan, dalam situasi penyanderaan, korban bisa bertindak seolah-olah mereka mengalami Stockholm syndrome untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
Bukan Diagnosis Psikologis
Syndrome Stockholm ini nyatanya bukanlah diagnosis psikologis, melainkan upaya untuk menjelaskan gejala yang muncul pada beberapa individu yang menjadi korban kekerasan terutama penyanderaan.
Dalam perkembangan awalnya, seseorang yang mengalami kondisi ini menjadi terikat dengan penculiknya
Orang yang disandera atau korban kekerasan juga sering mengembangkan perasaan negatif terhadap polisi atau pihak lain yang mencoba menyelamatkannya.
Dari studi peristiwa inilah para peneliti menyimpulkan penyebab untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Seseorang yang mengembangkan Syndrome ini sering mengalami gejala stres pasca trauma, mimpi buruk, insomnia, kilas balik peristiwa, kecenderungan untuk mudah terkejut, kebingungan, dan kesulitan mempercayai orang lain.
Dari perspektif psikologis, fenomena ini dapat dipahami sebagai mekanisme bertahan hidup. Bahkan, dalam situasi penyanderaan, korban bisa bertindak seolah-olah mereka mengalami Stockholm syndrome untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
(hri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda