Punya Empati Terhadap Pelaku Kejahatan? Waspadai Gejala Stockholm Syndrome
Senin, 05 September 2022 - 17:07 WIB
Biasanya, empati ke pelaku kejahatan muncul ketika Anda sudah mengetahu latar belakang pelaku, motif di balik dia melakukan tindakan keji tersebut, atau relasinya dengan orang terdekat.
Perbedaan empati dengan Stockholm syndrome
Untuk membedakannya antara empati biasa dan Stockholm syndrome, berikut adalah ciri-ciri Syndrome Stockholm:
1. Memiliki simpati pada perbuatan dari orang yang melakukan tindakan kejahatan.
2. Perasaan positif terhadap para penculik atau pelaku kekerasan.
3. Perasaan negatif terhadap polisi atau figur otoritas lain yang menangkap si pelaku kejahatan.
Syndrome ini bahkan juga bisa dialami oleh korban kekerasan itu sendiri. Sayangnya, sejauh ini belum ada penelitian lebih lanjut mengapa orang yang menjadi korban kekerasan bisa bersimpati terhadap pelaku kejahatan.
Kondisi ini terjadi akibat naluri alami manusia untuk bertahan hidup, sehingga dia pun membangun ikatan emosional dengan musuhnya.
Kondisi emosional tertentu yang membuat korban kekerasan mengingat sedikit kebaikan yang pernah dilakukan oleh pelaku kekerasan juga bisa membuat korban memiliki empati kepada penjahat tersebut.
Stockholm syndrome biasa dialami oleh korban penculikan, korban pemerkosaan berulang, penyanderaan, tetapi orang biasa juga bisa mengembangkan kondisi psikologis ini.
Perbedaan empati dengan Stockholm syndrome
Untuk membedakannya antara empati biasa dan Stockholm syndrome, berikut adalah ciri-ciri Syndrome Stockholm:
1. Memiliki simpati pada perbuatan dari orang yang melakukan tindakan kejahatan.
2. Perasaan positif terhadap para penculik atau pelaku kekerasan.
3. Perasaan negatif terhadap polisi atau figur otoritas lain yang menangkap si pelaku kejahatan.
Syndrome ini bahkan juga bisa dialami oleh korban kekerasan itu sendiri. Sayangnya, sejauh ini belum ada penelitian lebih lanjut mengapa orang yang menjadi korban kekerasan bisa bersimpati terhadap pelaku kejahatan.
Kondisi ini terjadi akibat naluri alami manusia untuk bertahan hidup, sehingga dia pun membangun ikatan emosional dengan musuhnya.
Kondisi emosional tertentu yang membuat korban kekerasan mengingat sedikit kebaikan yang pernah dilakukan oleh pelaku kekerasan juga bisa membuat korban memiliki empati kepada penjahat tersebut.
Stockholm syndrome biasa dialami oleh korban penculikan, korban pemerkosaan berulang, penyanderaan, tetapi orang biasa juga bisa mengembangkan kondisi psikologis ini.
Lihat Juga :
tulis komentar anda