Tampilkan Ludruk Perempuan-Perempuan Pilihan, Agus Noor: Gender Bukanlah Faktor Penilaian Kepemimpinan
Minggu, 18 September 2022 - 07:50 WIB
“Tema perempuan-perempuan pilihan itu adalah tema di mana kita ingin beradaptasi di era perempuan. Di inti persoalannya adalah bagaimana di era perempuan kita harus tetap menghargai pria. Jadi gimana pada zaman apapun sesungguhnya penghargaan terhadap minoritas itu sangat penting,” ujar Agus Noor, saat ditemui usai pementasan, di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu, (17/9/2022).
Sebagai sutradara dalam pementasan ini Agus Noor juga menyebut bahwa pemilihan pemain perempuan pada lakon ini adalah sosok-sosok yang cukup pantas untuk menyuarakan isu kaum minoritas seperti perempuan.
“Ketika kami menyiapkan pentas ini sebenarnya kami menghubungi banyak teman perempuan-perempuan yang sangat aktif menyuarakan suara perempuan. Semoga di pentas-pentas lain banyak lah yang tertarik ikut berpartisipasi menyuarakan isu-isu perempuan,” ungkapnya.
Selain itu, menurutnya, jalinan kisah dalam lakon ini menjadi sangat menarik dan kontekstual di tengah arus pemberitaan hangat yang beredar di media massa akan persiapan pencarian sosok pemimpin di masa depan, menjelang pesta politik 2024.
“Lewat lakon ini, kita justru ingin mengajak penonton untuk melihat bahwa gender bukanlah hal yang harus menjadi faktor dalam menilai kemampuan seseorang, apalagi dalam memimpin,” terangnya.
“Dan itu kami perlihatkan dalam bentuk seni tradisi yakni ludruk, yang sedari dulu tak pernah membatasi para seniman yang tampil dalam pengkotak-kotak gender. Justru konsep pemanggungan ludruk ini akan menantang seni peran para seniman,” lanjutnya.
Sebagai sutradara dalam pementasan ini Agus Noor juga menyebut bahwa pemilihan pemain perempuan pada lakon ini adalah sosok-sosok yang cukup pantas untuk menyuarakan isu kaum minoritas seperti perempuan.
“Ketika kami menyiapkan pentas ini sebenarnya kami menghubungi banyak teman perempuan-perempuan yang sangat aktif menyuarakan suara perempuan. Semoga di pentas-pentas lain banyak lah yang tertarik ikut berpartisipasi menyuarakan isu-isu perempuan,” ungkapnya.
Selain itu, menurutnya, jalinan kisah dalam lakon ini menjadi sangat menarik dan kontekstual di tengah arus pemberitaan hangat yang beredar di media massa akan persiapan pencarian sosok pemimpin di masa depan, menjelang pesta politik 2024.
“Lewat lakon ini, kita justru ingin mengajak penonton untuk melihat bahwa gender bukanlah hal yang harus menjadi faktor dalam menilai kemampuan seseorang, apalagi dalam memimpin,” terangnya.
“Dan itu kami perlihatkan dalam bentuk seni tradisi yakni ludruk, yang sedari dulu tak pernah membatasi para seniman yang tampil dalam pengkotak-kotak gender. Justru konsep pemanggungan ludruk ini akan menantang seni peran para seniman,” lanjutnya.
(hri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda