Ingat Tragedi Tsunami yang Renggut Nyawa Rekannya, Ifan Seventeen Ingin Hidup Bermanfaat untuk Orang Lain
Sabtu, 12 November 2022 - 12:00 WIB
JAKARTA - Ifan Seventeen mengaku masih sering teringat tragedi tsunami yang merenggut nyawa rekannya, Bani, Herman dan Andi. Ketiganya meninggal dalam bencana tsunami Tanjung Lesung, Banten pada Desember 2018.
Empat tahun setelah tragedi tsunami, Ifan masih sering kepikiran dengan mendiang rekan-rekannya. Terlebih, hubungan mereka sangat dekat sudah seperti keluarga sendiri.
"Kalau dimimpiin nggak, ya sesekali pernah dimimpiin. Kalau anak-anak Seventeen jadi hal yang nggak pernah berhenti dibicarakan," kata Ifan di kawasan Kemang, Jakarta Selatan belum lama ini.
"Tapi bukan soal kesedihan aja. Obrolin karya dan masa menyenangkannya juga," sambungnya.
Meski sempat terpuruk karena bencana tsunami tersebut, Ifan kini telah bangkit. Dia ingin hidupnya lebih bermanfaat untuk orang lain dan kembali melanjutkan kiprah Seventeen meski harus bersolo karier.
"Intinya gue dikasih hidup percuma kalau tidak melakukan hal yang bermanfaat buat orang. Memang ada tragedi besar, industri musik mengingatkan gue, yang membuka hidup gue musik," jelas Ifan.
"Gue merasa banyak musisi yang susah, gue dikasih hidup, gue mau melakukan apa buat orang lain," lanjutnya.
Ifan sendiri mengaku butuh waktu selama enam bulan untuk bangkit dari keterpurukan itu. "Jadi sampai akhirnya gua balik lagi ke musik dan manggung lagi enam bulan," ungkap Ifan.
Seperti diketahui, tiga personel Seventeen yaitu M Awal Purbani (bass), Herman Sikumbang (gitar), Windu Andi Darmawan (drum), ditemukan meninggal dunia dalam bencana tsunami di pantai Tanjung Lesung, Banten, pada 23 Desember 2018.
Road manager Seventeen, Oki Wijaya ikut menjadi korban tsunami malam itu. Selain itu, istri Ifan, Dylan Sahara yang malam itu menemani suaminya manggung, juga ditemukan meninggal dunia. Satu-satunya personel Seventeen yang selamat adalah Ifan selaku vokalis.
Empat tahun setelah tragedi tsunami, Ifan masih sering kepikiran dengan mendiang rekan-rekannya. Terlebih, hubungan mereka sangat dekat sudah seperti keluarga sendiri.
"Kalau dimimpiin nggak, ya sesekali pernah dimimpiin. Kalau anak-anak Seventeen jadi hal yang nggak pernah berhenti dibicarakan," kata Ifan di kawasan Kemang, Jakarta Selatan belum lama ini.
"Tapi bukan soal kesedihan aja. Obrolin karya dan masa menyenangkannya juga," sambungnya.
Meski sempat terpuruk karena bencana tsunami tersebut, Ifan kini telah bangkit. Dia ingin hidupnya lebih bermanfaat untuk orang lain dan kembali melanjutkan kiprah Seventeen meski harus bersolo karier.
"Intinya gue dikasih hidup percuma kalau tidak melakukan hal yang bermanfaat buat orang. Memang ada tragedi besar, industri musik mengingatkan gue, yang membuka hidup gue musik," jelas Ifan.
"Gue merasa banyak musisi yang susah, gue dikasih hidup, gue mau melakukan apa buat orang lain," lanjutnya.
Ifan sendiri mengaku butuh waktu selama enam bulan untuk bangkit dari keterpurukan itu. "Jadi sampai akhirnya gua balik lagi ke musik dan manggung lagi enam bulan," ungkap Ifan.
Baca Juga
Seperti diketahui, tiga personel Seventeen yaitu M Awal Purbani (bass), Herman Sikumbang (gitar), Windu Andi Darmawan (drum), ditemukan meninggal dunia dalam bencana tsunami di pantai Tanjung Lesung, Banten, pada 23 Desember 2018.
Road manager Seventeen, Oki Wijaya ikut menjadi korban tsunami malam itu. Selain itu, istri Ifan, Dylan Sahara yang malam itu menemani suaminya manggung, juga ditemukan meninggal dunia. Satu-satunya personel Seventeen yang selamat adalah Ifan selaku vokalis.
(dra)
tulis komentar anda