Gandeng Iwan Tirta, Amartya NFT Angkat Elemen Batik ke Ekosistem Seni Digital
Selasa, 13 Desember 2022 - 15:05 WIB
JAKARTA - Ilustrator Antonio Wisesa bersama perusahaan peluncuran NFT Gaspack, dan exchange cryptocurrency Indonesia Vonix menggarap terobosan baru bagi seni batik Indonesia bertajuk Amartya NFT.
Amartya NFT siap mengangkat elemen batik ke dalam ekosistem seni baru yakni ranah digital art NFT (Non-Fungible Token), serta memperluas peluang mendunianya keindahan seni batik yang dituangkan melalui berbagai media. Proyek kolaborasi ini diluncurkan ke pasar seni digital per 15 Desember 2022 dan melibatkan rumah batik Iwan Tirta selaku advisor dalam proses kreatifnya.
Berkeinginan menduniakan batik dalam bentuk seni digital NFT dan mencakup Market Web3, Antonio Wisesa bekerja sama dengan Gaspack dan Vonix mengembangkan Amartya NFT. Proyek karya seni kripto yang terinspirasi oleh pola sakral batik asli Indonesia ini diperkenalkan dalam wujud seni digital dan terdiri atas 999 NFT sebagai satu kesatuan koleksi.
Nama Amartya sendiri berarti immortal atau abadi, yang menggambarkan sembilan tokoh dewa dengan sifat dan elemen istimewa masing-masing. Penuangan sembilan karakter tersebut ke dalam media visual menggunakan pola batik dan tema yang jarang ditemui, sehingga semakin memperkuat keunikan koleksi ini.
Filosofi pola dan pemilihan kesembilan karakter dewa itu juga merepresentasikan kalender tradisional Jawa, menunjukkan betapa kental kultur Jawa yang diusung dalam koleksi seni visual ini.
Dalam proses penggarapan Amartya, seluruh tim berkonsultasi dengan batik house kebanggaan Indonesia, Iwan Tirta Private Collection untuk mengembangkan karakter dan memilih nama untuk setiap Amartya, berdasarkan nama-nama dalam bahasa Sansekerta.
“Batik adalah salah satu warisan luhur budaya bangsa yang harus kita jaga kelestariannya. Menyadari hal ini, kami ingin mengusung batik ke dalam ranah seni baru, yakni seni digital NFT. Dengan terobosan masuknya batik ke ranah seni dunia meta ini, kami berharap batik lebih mendunia dan dikenal lebih banyak kalangan,” tutur Antonio Wisesa atau Toni melalui keterangan tertulis, Selasa (13/12/2022).
Gagasan seputar muatan budaya Jawa, unsur batik, serta elemen alam semesta merupakan alasan keseriusan Toni menggarap koleksi seni digital ini, selain konsep Amartya secara keseluruhan sebagai seni digital dan tim yang terlibat.
Secara khusus, Toni juga menyampaikan apresiasi atas dukungan rumah batik kebanggaan Indonesia, Iwan Tirta Private Collection, yang bertindak selaku advisor Amartya NFT.
“Dengan dukungan dari berbagai pihak, semoga kehadiran Amartya NFT dapat menjadi salah satu upaya agar batik menyentuh lebih banyak penikmat seni. Kami berharap langkah ini juga menularkan inspirasi dan membuka peluang baru dimunculkannya batik dalam berbagai bentuk media seni, tidak hanya tertuang dalam wujud kain,” ujar Toni.
Tak hanya dalam hal penggambaran karakter, keseluruhan visualisasi Amartya juga dikembangkan berdasarkan budaya Indonesia, seperti pendhapa Jawa untuk latar belakangnya. Penggunaan citra Thangka (lukisan di atas kain melambangkan sosok suci atau mandala) dan pengalaman Toni berkreasi dalam kebudayaan Asia Tenggara juga menjadi salah satu hal yang membantu proses penciptaannya.
Lihat Juga: Kesuksesan National Cybersecurity Connect 2024: Memperkuat Keamanan Siber di Era Digital
Amartya NFT siap mengangkat elemen batik ke dalam ekosistem seni baru yakni ranah digital art NFT (Non-Fungible Token), serta memperluas peluang mendunianya keindahan seni batik yang dituangkan melalui berbagai media. Proyek kolaborasi ini diluncurkan ke pasar seni digital per 15 Desember 2022 dan melibatkan rumah batik Iwan Tirta selaku advisor dalam proses kreatifnya.
Berkeinginan menduniakan batik dalam bentuk seni digital NFT dan mencakup Market Web3, Antonio Wisesa bekerja sama dengan Gaspack dan Vonix mengembangkan Amartya NFT. Proyek karya seni kripto yang terinspirasi oleh pola sakral batik asli Indonesia ini diperkenalkan dalam wujud seni digital dan terdiri atas 999 NFT sebagai satu kesatuan koleksi.
Nama Amartya sendiri berarti immortal atau abadi, yang menggambarkan sembilan tokoh dewa dengan sifat dan elemen istimewa masing-masing. Penuangan sembilan karakter tersebut ke dalam media visual menggunakan pola batik dan tema yang jarang ditemui, sehingga semakin memperkuat keunikan koleksi ini.
Filosofi pola dan pemilihan kesembilan karakter dewa itu juga merepresentasikan kalender tradisional Jawa, menunjukkan betapa kental kultur Jawa yang diusung dalam koleksi seni visual ini.
Dalam proses penggarapan Amartya, seluruh tim berkonsultasi dengan batik house kebanggaan Indonesia, Iwan Tirta Private Collection untuk mengembangkan karakter dan memilih nama untuk setiap Amartya, berdasarkan nama-nama dalam bahasa Sansekerta.
“Batik adalah salah satu warisan luhur budaya bangsa yang harus kita jaga kelestariannya. Menyadari hal ini, kami ingin mengusung batik ke dalam ranah seni baru, yakni seni digital NFT. Dengan terobosan masuknya batik ke ranah seni dunia meta ini, kami berharap batik lebih mendunia dan dikenal lebih banyak kalangan,” tutur Antonio Wisesa atau Toni melalui keterangan tertulis, Selasa (13/12/2022).
Gagasan seputar muatan budaya Jawa, unsur batik, serta elemen alam semesta merupakan alasan keseriusan Toni menggarap koleksi seni digital ini, selain konsep Amartya secara keseluruhan sebagai seni digital dan tim yang terlibat.
Secara khusus, Toni juga menyampaikan apresiasi atas dukungan rumah batik kebanggaan Indonesia, Iwan Tirta Private Collection, yang bertindak selaku advisor Amartya NFT.
“Dengan dukungan dari berbagai pihak, semoga kehadiran Amartya NFT dapat menjadi salah satu upaya agar batik menyentuh lebih banyak penikmat seni. Kami berharap langkah ini juga menularkan inspirasi dan membuka peluang baru dimunculkannya batik dalam berbagai bentuk media seni, tidak hanya tertuang dalam wujud kain,” ujar Toni.
Tak hanya dalam hal penggambaran karakter, keseluruhan visualisasi Amartya juga dikembangkan berdasarkan budaya Indonesia, seperti pendhapa Jawa untuk latar belakangnya. Penggunaan citra Thangka (lukisan di atas kain melambangkan sosok suci atau mandala) dan pengalaman Toni berkreasi dalam kebudayaan Asia Tenggara juga menjadi salah satu hal yang membantu proses penciptaannya.
Lihat Juga: Kesuksesan National Cybersecurity Connect 2024: Memperkuat Keamanan Siber di Era Digital
(tsa)
tulis komentar anda