Apa Arti Resesi Seks dan Bagaimana Fenomena Ini Terjadi?

Jum'at, 03 Februari 2023 - 17:57 WIB
loading...
Apa Arti Resesi Seks dan Bagaimana Fenomena Ini Terjadi?
Apa arti resesi seks dan bagaimana fenomena ini terjadi? Resesi seks sendiri dianggap berpotensi mengancam Indonesia. / Foto: ilustrasi/Freepik
A A A
JAKARTA - Apa arti resesi seks dan bagaimana fenomena ini terjadi? Resesi seks sendiri dianggap berpotensi mengancam Indonesia.

Fenomena reseksi seks sudah terjadi di Korea Selatan dan Jepang. Masyarakat di negara itu sudah banyak yang ogah punya anak, membuat keseimbangan populasi terganggu.

Ya, jika penduduk suatu negara terlalu banyak didominasi orang tua atau lansia, menurut Ahli Kesehatan Dicky Budiman, itu malah membebani negara. Pasalnya, permasalahan kesehatan akan semakin banyak dan pada akhirnya membutuhkan dana untuk menyanggupi kesehatan kelompok lansia itu.

Baca juga: Masyarakat Diimbau Lengkapi Dosis Vaksin meski Sudah Miliki Antibodi Covid-19

"Kalau suatu negara didominasi lansia dan anak mudanya sedikit karena tidak ada kelahiran, ini membebani negara dalam menunjang kesehatan masyarakatnya," ungkap Dicky Budiman, beberapa waktu lalu.

Lantas, apa itu resesi seks?

Kate Julian diketahui menjadi orang pertama yang mempopulerkan kata 'resesi seks' berkat tulisannya di The Atlantic pada Desember 2018.

Di situ, dia secara gamblang menjelaskan beberapa kejadian yang terjadi di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa soal makin banyak anak muda yang tidak mau melakukan seks, baik untuk alasan rekreasi maupun memiliki anak.

Satu pembahasan yang menarik adalah pendapat seorang arkeolog bernama Helen Fisher yang mengatakan bahwa di era modern semakin banyak anak muda yang tidak mau memiliki hubungan serius dan bahkan itu memengaruhi keinginan mereka untuk seks.

"Semakin sedikitnya orang yang berhubungan seksual ada kaitannya dengan penurunan keinginan untuk berpasangan di kalangan anak muda," ujar Fisher kepada Kate Julian untuk The Atlantic, dikutip Jumat (3/2/2023).

Kemudian, juga diketahu idata dari Inggris. Menurut Survei Nasional Sikap Seksual dan Gaya Hidup melaporkan bahwa pada 2001 orang berusia 16 hingga 44 tahun rata-rata berhubungan seksual lebih dari 6 kali sebulan. Tapi, pada 2012 datanya menurun menjadi 3-4 kali sebulan.

Di Finlandia, kejadian serupa terjadi dan ini ada kaitannya dengan meningkatkan kejadian masturbasi. Ya, masturbasi dipilih karena dirasa lebih aman dan tidak melibatkan perasaan orang lain dalam praktiknya.



Dalam laman Institute for Family Studies, diterangkan bahwa penyebab resesi seks lain adalah menurunnya keinginan seseorang untuk menikah dan hidup bersama. Bahkan, ini tidak hanya dialami anak muda, tapi juga usia dewasa.

"Sekitar dua per tiga dari alasan resesi seks adalah semakin berkurangnya kemungkinan seseorang untuk menikah dan hidup bersama," tulis psikolog Jean Twenge.

Karena tidak ada keinginan untuk menikah, alhasil itu menciptakan suatu kondisi yang dinamakan 'kekeringan seks' yang pada akhirnya menurunkan angka kelahiran per tahunnya.

Ya, itu adalah beberapa alasan kenapa resesi seks muncul dan menjadi fenomena di suatu negara. Bagaimana di Indonesia, apakah resesi seks benar akan terjadi?

Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa kecil kemungkinan Indonesia mengalami resesi seks. Sebab, mengacu data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) soal angka Total Fertility Rate (TFR), rata-rata perempuan Indonesia melahirkan anak pada rasio 2,1.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia terjaga dan tidak ada resesi seks seperti yang dialami beberapa negara.

"Saya senang angka yang disampaikan Dokter Hasto bahwa pertumbuhan penduduk kita di angka 2,1 dan yang menikah 2 juta, yang hamil 4,8 juta per tahun. Artinya, di Indonesia tidak ada resesi," kata Presiden Jokowi, dikutip dari laman resmi BKKBN.

Meski begitu, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut Ketua BKKBN Hasto Wardoyo, berpotensi alami resesi seks jika tidak diantisipasi.

Secara umum, angka kelahiran di DIY itu ada di angka 2,2 tapi ada kabupaten atau kota di DIY yang angka kelahirannya 1,9. Artinya, setiap keluarga rata-rata memiliki 1 anak.

"Rendahnya angka kelahiran ini akan berdampak pada masa depan sekolah. Akhir-akhir ini banyak sekolah yang tutup, karena tidak punya murid," ungkap Principal SMP-SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Gunungkidul, Agus Suroyo dikutip dari laman resmi Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan.

Jadi, masalah resesi seks ini benar memengaruhi kestabilan suatu negara. Itu kenapa, banyak pemerintah negara-negara yang sudah alami resesi seks membuat kebijakan khusus untuk mendorong masyarakatnya mau melakukan hubungan seksual dan melahirkan anak.

Misalnya saja di Jepang. Pemerintah Jepang dilaporkan mulai merancang beberapa program untuk meningkatkan angka kelahiran. Bahkan, dana yang disiapkan dilipatgandakan, karena masalah tidak mau punya anak di Jepang sudah mengkhawatirkan negaranya.

Baca juga: Jumlah Wanita Hamil Meningkat, Presiden Jokowi: Tidak Ada Resesi Seks di Indonesia

Demikian pembahasan apa arti resesi seks dan bagaimana fenomena ini bisa terjadi di beberapa negara.
(nug)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2526 seconds (0.1#10.140)