Benarkah Konsumsi Kedelai Bisa Menyembuhkan Kanker Payudara? Ini Faktanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Konsumsi kedelai secara rutin dipercaya bisa menyembuhkan kanker payudara . Pada dasarnya, kedelai aman dikonsumsi baik oleh penderita atau penyintas kanker.
Ahli Gizi Klinis MD Anderson Cancer Center dr Christie Siebel mengatakan kedelai mengandung fitoestrogen yang berbahaya bagi penderita kanker payudara.
"Kedelai adalah sumber protein nabati yang aman untuk dikonsumsi penderita kanker. Jadi, tidak ada alasan menghindari makanan ini," kata Siebel dilansir dari MD Anderson, Sabtu (4/2/2023).
"Hormon estrogen dan fitoestrogen itu tidak sama. Mengonsumsi fitoestrogen yang ada di kedelai tidak akan mengganggu estrogen yang dapat meningkatkan keparahan sel kanker," tambahnya.
Namun, tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa kanker payudara sembuh dengan rutin konsumsi kedelai. Fakta mengejutkannya, kedelai punya peran penting dalam mencegah kekambuhan kanker, bahkan pada pasien dengan kanker reseptor estrogen positif.
"Kedelai tidak buruk untuk Anda, malah bermanfaat untuk mencegah kanker," jelas Siebel.
Kedelai mampu mencegah kanker terutama untuk pasien yang membawa mutasi BRCA. Gen ini bertanggung jawab untuk perbaikan DNA. Isoflavon yang ada di kedelai dapat memulihkan penekanan tumor pada gen BRCA 1 dan BRCA 2.
"Itu kenapa saya makan kedelai setiap hari," ujar Siebel yang merupakan penyintas kanker payudara.
Hal senada diungkapkan oleh Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi dr M Yadi Permana. Dia mengimbau kepada masyarakat agar memperhatikan asupan kedelai yang sehat untuk mencegah kanker payudara.
"Kedelai yang dimakan utuh itu sehat. Tapi kalau digoreng atau dibakar, itu punya risiko mengandung karsinogen yang dapat memicu terbentuknya sel kanker di dalam tubuh," ujar Yadi dalam webinar beberapa waktu lalu.
"Jadi, kedelai akan berdampak sehat kalau pengolahannya tepat. Makan kedelai yang digoreng dengan minyak goreng tiga kali pakai, tidak akan membawa dampak positif untuk mencegah kanker, malah meningkatkan risiko," tutup Yadi.
Lihat Juga: Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara, Kenali 5 Gejala Penting Tanda Awal Kemunculannya
Ahli Gizi Klinis MD Anderson Cancer Center dr Christie Siebel mengatakan kedelai mengandung fitoestrogen yang berbahaya bagi penderita kanker payudara.
"Kedelai adalah sumber protein nabati yang aman untuk dikonsumsi penderita kanker. Jadi, tidak ada alasan menghindari makanan ini," kata Siebel dilansir dari MD Anderson, Sabtu (4/2/2023).
"Hormon estrogen dan fitoestrogen itu tidak sama. Mengonsumsi fitoestrogen yang ada di kedelai tidak akan mengganggu estrogen yang dapat meningkatkan keparahan sel kanker," tambahnya.
Namun, tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa kanker payudara sembuh dengan rutin konsumsi kedelai. Fakta mengejutkannya, kedelai punya peran penting dalam mencegah kekambuhan kanker, bahkan pada pasien dengan kanker reseptor estrogen positif.
"Kedelai tidak buruk untuk Anda, malah bermanfaat untuk mencegah kanker," jelas Siebel.
Kedelai mampu mencegah kanker terutama untuk pasien yang membawa mutasi BRCA. Gen ini bertanggung jawab untuk perbaikan DNA. Isoflavon yang ada di kedelai dapat memulihkan penekanan tumor pada gen BRCA 1 dan BRCA 2.
"Itu kenapa saya makan kedelai setiap hari," ujar Siebel yang merupakan penyintas kanker payudara.
Hal senada diungkapkan oleh Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi dr M Yadi Permana. Dia mengimbau kepada masyarakat agar memperhatikan asupan kedelai yang sehat untuk mencegah kanker payudara.
"Kedelai yang dimakan utuh itu sehat. Tapi kalau digoreng atau dibakar, itu punya risiko mengandung karsinogen yang dapat memicu terbentuknya sel kanker di dalam tubuh," ujar Yadi dalam webinar beberapa waktu lalu.
"Jadi, kedelai akan berdampak sehat kalau pengolahannya tepat. Makan kedelai yang digoreng dengan minyak goreng tiga kali pakai, tidak akan membawa dampak positif untuk mencegah kanker, malah meningkatkan risiko," tutup Yadi.
Lihat Juga: Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara, Kenali 5 Gejala Penting Tanda Awal Kemunculannya
(dra)