ChildFund Luncurkan Kampanye #WebSafeAndWise untuk Ciptakan Ruang Daring Lebih Aman bagi Anak-Anak di Asia Pasifik
loading...
A
A
A
JAKARTA - ChildFund meluncurkan kampanye keselamatan anak online #WebSafeAndWise - creating a better digital world with children di Asia Pasifik pada Selasa (7/2/2023). Inisiatif ini berfokus pada penanganan risiko yang muncul di lingkungan digital sambil memberdayakan anak-anak dan remaja untuk menjadi warga digital yang efektif.
Anak-anak di Asia termasuk yang paling online di dunia. Penelitian di Asia Tenggara tentang pelecehan seksual anak secara online yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa sebanyak 92% anak Indonesia berusia antara 12-17 tahun melaporkan penggunaan internet secara rutin.
Di Indonesia, ChildFund melakukan survei tentang perundungan serta eksploitasi dan pelecehan seksual online terhadap 1.610 siswa SMA dan mahasiswa di empat provinsi. Hasilnya ditemukan 6 dari 10 anak muda pernah mengalami perundungan online hanya dalam tiga bulan terakhir.
Baik anak laki-laki maupun perempuan berisiko menjadi korban, tetapi anak perempuan lebih terpengaruh.
“Jumlah anak dan remaja yang menjadi korban perundungan online di Indonesia sangat mencengangkan. Eksploitasi dan pelecehan seksual anak online dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik serta mental anak-anak. Dengan peluncuran kampanye #WebSafeAndWise di Indonesia, kami menyasar isu perundungan dan viktimisasi online serta melatih anak-anak dan remaja untuk menavigasi kehidupan online mereka dengan aman,” papar Hanneke Oudkerk, Country Director ChildFund Indonesia.
Kampanye #WebSafeAndWise ChildFund sejalan dengan Deklarasi ASEAN untuk Perlindungan Anak dari segala bentuk eksploitasi dan penyalahgunaan online, yang secara khusus ditujukan untuk mempromosikan pendidikan tingkat nasional tentang keamanan anak online.
“Ekspansi yang cepat dalam teknologi digital membuat anak-anak semakin rentan akan ancaman terhadap keselamatan dan keamanan online mereka,” kata Wanchai Roujanavong, Perwakilan Thailand untuk Hak Anak pada Komisi untuk Perempuan dan Anak ASEAN.
“Kami membutuhkan pendekatan kolaboratif multisektoral untuk memerangi eksploitasi dan pelecehan seksual online terhadap anak. Saya mengimbau negara-negara anggota ASEAN berkomitmen pada rencana aksi regional untuk melindungi generasi muda kita dari segala bentuk kekerasan online," tambahnya.
“Dilindungi dari segala bentuk kekerasan merupakan hak dasar anak,” timpal Roland Angerer, Direktur Regional ChildFund Asia.
ChildFund, menurut Roland, telah menjadi yang terdepan dalam melindungi anak-anak di seluruh Asia Pasifik selama lebih dari 70 tahun.
"Peluncuran kampanye #WebSafeAndWise memperluas pekerjaan kami ke area baru, membuat ruang online lebih aman untuk anak-anak,” ujarnya.
ChildFund memiliki portofolio aktivitas penting yang berkaitan dengan keamanan online anak-anak di seluruh kawasan Asia Pasifik. Misalnya, pelatihan keamanan online program Swipe Safe telah menjangkau lebih dari 33.000 anak muda di Vietnam dan Kepulauan Solomon. Pada 2023, program ini digulirkan di tiga negara lagi, termasuk Indonesia.
Lihat Juga: Dorong Terwujudnya Keamanan Berinternet Anak, ChildFund Indonesia Gaungkan Swipe Safe di Momen CFD Jakarta
Anak-anak di Asia termasuk yang paling online di dunia. Penelitian di Asia Tenggara tentang pelecehan seksual anak secara online yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa sebanyak 92% anak Indonesia berusia antara 12-17 tahun melaporkan penggunaan internet secara rutin.
Di Indonesia, ChildFund melakukan survei tentang perundungan serta eksploitasi dan pelecehan seksual online terhadap 1.610 siswa SMA dan mahasiswa di empat provinsi. Hasilnya ditemukan 6 dari 10 anak muda pernah mengalami perundungan online hanya dalam tiga bulan terakhir.
Baik anak laki-laki maupun perempuan berisiko menjadi korban, tetapi anak perempuan lebih terpengaruh.
“Jumlah anak dan remaja yang menjadi korban perundungan online di Indonesia sangat mencengangkan. Eksploitasi dan pelecehan seksual anak online dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik serta mental anak-anak. Dengan peluncuran kampanye #WebSafeAndWise di Indonesia, kami menyasar isu perundungan dan viktimisasi online serta melatih anak-anak dan remaja untuk menavigasi kehidupan online mereka dengan aman,” papar Hanneke Oudkerk, Country Director ChildFund Indonesia.
Kampanye #WebSafeAndWise ChildFund sejalan dengan Deklarasi ASEAN untuk Perlindungan Anak dari segala bentuk eksploitasi dan penyalahgunaan online, yang secara khusus ditujukan untuk mempromosikan pendidikan tingkat nasional tentang keamanan anak online.
“Ekspansi yang cepat dalam teknologi digital membuat anak-anak semakin rentan akan ancaman terhadap keselamatan dan keamanan online mereka,” kata Wanchai Roujanavong, Perwakilan Thailand untuk Hak Anak pada Komisi untuk Perempuan dan Anak ASEAN.
“Kami membutuhkan pendekatan kolaboratif multisektoral untuk memerangi eksploitasi dan pelecehan seksual online terhadap anak. Saya mengimbau negara-negara anggota ASEAN berkomitmen pada rencana aksi regional untuk melindungi generasi muda kita dari segala bentuk kekerasan online," tambahnya.
“Dilindungi dari segala bentuk kekerasan merupakan hak dasar anak,” timpal Roland Angerer, Direktur Regional ChildFund Asia.
ChildFund, menurut Roland, telah menjadi yang terdepan dalam melindungi anak-anak di seluruh Asia Pasifik selama lebih dari 70 tahun.
"Peluncuran kampanye #WebSafeAndWise memperluas pekerjaan kami ke area baru, membuat ruang online lebih aman untuk anak-anak,” ujarnya.
ChildFund memiliki portofolio aktivitas penting yang berkaitan dengan keamanan online anak-anak di seluruh kawasan Asia Pasifik. Misalnya, pelatihan keamanan online program Swipe Safe telah menjangkau lebih dari 33.000 anak muda di Vietnam dan Kepulauan Solomon. Pada 2023, program ini digulirkan di tiga negara lagi, termasuk Indonesia.
Lihat Juga: Dorong Terwujudnya Keamanan Berinternet Anak, ChildFund Indonesia Gaungkan Swipe Safe di Momen CFD Jakarta
(tsa)