MSG Picu Penyakit dan Bikin Orang Jadi Bodoh? Hoax, Ini Faktanya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Monosodium Glutamat (MSG) atau biasa dikenal dengan micin adalah salah satu penyedap rasa masakan yang terbuat dari garam natrium dan asam glutamat.
Anda tentu sudah tahu apa itu micin dan pernah merasakan masakan yang dibuat menggunakan micin. Asam glutamat pada micin dapat memberikan rasa gurih yang berbeda dari penyedap makanan lain.
Berdasarkan sejarahnya, MSG pertama kali ditemukan di Jepang pada 1908 oleh professor bernama Kikunae Ikeda. Kikunae Ikeda mengekstrak dan mengkristalkan glutamat dari kaldu rumput laut untuk dijadikan butiran MSG.
Banyak yang mengatakan bahwa micin dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti pemicu terjadinya kelebihan berat badan (obesitas), kanker, hingga disebut sebagai penyebab kebodohan. Namun, apakah benar pernyataan tersebut?
Bertujuan untuk memberikan informasi yang benar mengenai MSG, Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) menggelar workshop di Jakarta bertajuk Cinta Pakai Micin, Why Not?.
“Masih banyak tanggapan miring beredar di masyarakat mengenai micin ini. Concern dengan hal tersebut, hari ini kami, P2MI yang beranggotakan PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, dan PT Daesang Ingredients Indonesia, berinisiatif memberikan informasi yang benar mengenai amannya mengonsumsi MSG lewat workshop yang menghadirkan pembicara Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah yang merupakan Dosen Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor,” beber Satria Gentur Pinandita, Ketua Bidang Komunikasi P2MI, Senin (17/4/2023).
MSG aman dikonsumsi oleh semua tahapan usia. Kadar keamanan MSG dijelaskan pada Permenkes dan BPOM. Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan menjelaskan bahwa MSG dikategorikan sebagai bahan tambahan pangan. Sifatnya tidak menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan dengan batasan pemakaian secukupnya. Bahkan lembaga internasional seperti Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organisation (WHO) juga telah memverifikasi keamanan MSG.
“MSG mempunyai rasa, yaitu rasa umami yang merupakan rasa dasar kelima, selain asin, asam, manis, dan pahit, karena MSG memiliki reseptor sendiri pada permukaan lidah dan aman dikonsumsi," kata Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah.
"Hoax yang beredar di masyarakat mengenai micin adalah tidak benar. MSG atau micin memiliki acuan nilai asupan harian (ADI) sebagai not specified atau tidak dinyatakan. Ini berarti MSG adalah bahan yang aman. Bahkan kenyataannya, kadar natrium (Na) pada MSG lebih sedikit ketimbang garam dapur," tambahnya.
Prof. Dede menambahkan, MSG mengandung 12% Na, sedangkan garam dapur 39%. Artinya, kandungan Na dalam MSG lebih sedikit dibandingkan garam dapur sehingga risiko hipertensi akibat konsumsi natrium berlebih lebih tinggi pada garam dapur.
“Saat ini juga ada beberapa produk makanan yang mengklaim tanpa ada penambahan MSG dan hanya mengandung jamur, yeast, dan sebagainya. Namun secara ilmiah, produk makanan ini sebenarnya juga mengandung asam glutamat yang juga terkandung dalam MSG. Bahkan produk makanan ini dijual dengan harga yang lebih mahal dari MSG," timpal Doddy S. Widodo, Ketua P2MI, dalam sambutannya.
“Melalui workshop ini, terungkap bahwa stigma negatif yang selama ini melekat pada micin adalah tidak benar. Bahkan nyatanya micin merupakan material yang juga bermanfaat. P2MI berharap, melalui edukasi ini masyarakat terinformasikan mengenai amannya mengonsumsi MSG dan tidak lagi khawatir dalam menambahkan micin pada masakan,” pungkas Satria Gentur Pinandita.
Lihat Juga: Luruskan Hoax tentang MSG, P2MI Adakan Media Workshop Bertajuk Cinta Pakai Micin, Why Not?
Anda tentu sudah tahu apa itu micin dan pernah merasakan masakan yang dibuat menggunakan micin. Asam glutamat pada micin dapat memberikan rasa gurih yang berbeda dari penyedap makanan lain.
Berdasarkan sejarahnya, MSG pertama kali ditemukan di Jepang pada 1908 oleh professor bernama Kikunae Ikeda. Kikunae Ikeda mengekstrak dan mengkristalkan glutamat dari kaldu rumput laut untuk dijadikan butiran MSG.
Banyak yang mengatakan bahwa micin dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti pemicu terjadinya kelebihan berat badan (obesitas), kanker, hingga disebut sebagai penyebab kebodohan. Namun, apakah benar pernyataan tersebut?
Bertujuan untuk memberikan informasi yang benar mengenai MSG, Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) menggelar workshop di Jakarta bertajuk Cinta Pakai Micin, Why Not?.
“Masih banyak tanggapan miring beredar di masyarakat mengenai micin ini. Concern dengan hal tersebut, hari ini kami, P2MI yang beranggotakan PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, dan PT Daesang Ingredients Indonesia, berinisiatif memberikan informasi yang benar mengenai amannya mengonsumsi MSG lewat workshop yang menghadirkan pembicara Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah yang merupakan Dosen Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor,” beber Satria Gentur Pinandita, Ketua Bidang Komunikasi P2MI, Senin (17/4/2023).
MSG aman dikonsumsi oleh semua tahapan usia. Kadar keamanan MSG dijelaskan pada Permenkes dan BPOM. Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan menjelaskan bahwa MSG dikategorikan sebagai bahan tambahan pangan. Sifatnya tidak menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan dengan batasan pemakaian secukupnya. Bahkan lembaga internasional seperti Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organisation (WHO) juga telah memverifikasi keamanan MSG.
“MSG mempunyai rasa, yaitu rasa umami yang merupakan rasa dasar kelima, selain asin, asam, manis, dan pahit, karena MSG memiliki reseptor sendiri pada permukaan lidah dan aman dikonsumsi," kata Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah.
"Hoax yang beredar di masyarakat mengenai micin adalah tidak benar. MSG atau micin memiliki acuan nilai asupan harian (ADI) sebagai not specified atau tidak dinyatakan. Ini berarti MSG adalah bahan yang aman. Bahkan kenyataannya, kadar natrium (Na) pada MSG lebih sedikit ketimbang garam dapur," tambahnya.
Prof. Dede menambahkan, MSG mengandung 12% Na, sedangkan garam dapur 39%. Artinya, kandungan Na dalam MSG lebih sedikit dibandingkan garam dapur sehingga risiko hipertensi akibat konsumsi natrium berlebih lebih tinggi pada garam dapur.
“Saat ini juga ada beberapa produk makanan yang mengklaim tanpa ada penambahan MSG dan hanya mengandung jamur, yeast, dan sebagainya. Namun secara ilmiah, produk makanan ini sebenarnya juga mengandung asam glutamat yang juga terkandung dalam MSG. Bahkan produk makanan ini dijual dengan harga yang lebih mahal dari MSG," timpal Doddy S. Widodo, Ketua P2MI, dalam sambutannya.
“Melalui workshop ini, terungkap bahwa stigma negatif yang selama ini melekat pada micin adalah tidak benar. Bahkan nyatanya micin merupakan material yang juga bermanfaat. P2MI berharap, melalui edukasi ini masyarakat terinformasikan mengenai amannya mengonsumsi MSG dan tidak lagi khawatir dalam menambahkan micin pada masakan,” pungkas Satria Gentur Pinandita.
Lihat Juga: Luruskan Hoax tentang MSG, P2MI Adakan Media Workshop Bertajuk Cinta Pakai Micin, Why Not?
(tsa)