10 Tradisi Unik di Berbagai Daerah saat Idul Fitri, Nomor 8 Perang Makanan Khas Lebaran

Kamis, 20 April 2023 - 11:13 WIB
loading...
10 Tradisi Unik di Berbagai Daerah saat Idul Fitri, Nomor 8 Perang Makanan Khas Lebaran
Tradisi unik di berbagai daerah saat Idul Fitri, di antaranya Grebeg Syawal dari Yoygyakarta. Foto/Dok.Sindonews
A A A
JAKARTA - Tradisi unik di berbagai daerah saat Idul Fitri menarik untuk dibahas. Sebab, tak hanya takbiran, mudik hingga bagi-bagi uang THR saja saja yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia, tapi masih banyak lagi tradisi di hari raya umat Islam ini.

Bahkan, tak sedikit beberapa tradisi dengan beragam makna mendalam dibaliknya hingga kini sudah dilakukan secara turun temurun sejak zaman dulu.

Apa saja tradisinya dan berasal dari daerah mana? Berikut 10 tradisi unik di berbagai daerah saat Idul Fitri, dirangkum dari berbagai sumber:

Tradisi Unik di Berbagai Daerah saat Idul Fitri

1. Bakar Gunung Api Tradisi (Bengkulu).

Tradisi yang juga dikenal dengan sebutan Ronjak Sayak ini dilakukan dengan membakar batok kelapa yang ditumpu menggunung lalu dibaka dan dilakukan pada malam takbiran atau malam ke 27 sebelum Idul Fitri.


2. Batobo (Riau)

Ketika para perantau kembali ke kampung halaman mereka akan diarak dengan menggunakan rebana melintasi persawahan dan menuju tempat berbuka puasa bersama.

Tradisi Batobo ini bisa dijadikan ajang silaturahmi dan melepas rindu antara para perantau dengan keluarga di kampung halamannya.

3. Meugang atau Makmeugang (Aceh).

Jika biasanya menyembelih hewan dilakukan saat Idul Adha saja, lain halnya dengan yang dilakukan di Aceh. Dalam tradisi Meugang, masyarakat akan menyembelih ratusan sapi atau kambing yang dilaksanakan tiga kali dalam setahun, yaitu Idul Fitri, Idul Adha, dan Ramadan.

Tradisi Meugang di desa biasanya berlangsung satu hari sebelum hari raya, sedangkan di kota berlangsung dua hari sebelum hari raya. Biasanya masyarakat memasak daging di rumah lalu akan membawanya ke masjid untuk makan bersama tetangga dan warga yang lain.

4. Badulang (Bangka).

Tradisi ini dilakukan setelah sholat ied, bermaafan dengan bersalaman lalu kumpul lagi untuk makan bersama di halaman masjid. Makanan dengan berbagai menu ditutup dengan tudung saji.

5. Grebeg Syawal (Yogyakarta)

Jelang 1 syawal, di Jogja akan mengumpulkan hasil bumi dengan tumpukan yang menggunung serta diiringi oleh pasukan Keraton Yogyakarta.

6. Ngejot (Bali)

Meski mayoritas masyarakatBali beragama Hindu, bukan berarti tak bisa merayakan lebaran dengan tradisi yang meriah. Dalam tradisi ngejot, masyarakat memberikan makanan kepada para tetangga sebagai rasa terim kasih. Makanan yang diberi kepada tetangga sudah dalam bentuk siap saji dan kue serta buah-buahan.

7. Tradisi Baraan (Riau)

Baraan yang dilakukan oleh masyarakat Bengkalis yang merupakan kegiatan kunjung mengunjungi jirang tetangga secara beramai-ramai pada saat memasukan bulan Syawal.

Dalam perayaan baraan, semua rumah di Dusun tersebut pasti akan mendapat giliran dikunjungi. Makanan yang dihidangkan oleh tuan rumah pun beraneka bentuk, mulai dari kue mueh, ketupat, opor ayam, dan banyak lagi.

Uniknya kegiatan baraan ini sangat sarat dengan makna islami. Karena setiap berkunjung di setiap rumah, sebelum hendak makan atau setelah makan, dilakukan pembacaan Do’a.

8. Perang Topat (Lombok)

Sesuai namanya, bak sedang perang, setelah 6 hari usai perayaan Idul Fitri, masyarakat akan saling melempar ketupat.

9. Ngadongkapkeun (Banten)

Tradisi ini dilakukan usai sholat Idul Fitri dimana akan mengucapkan doa sebagai rasa syukur yang dilanjutkan dengan sungkeman.

10. Tradisi Nyembah Belari (Bintan)

Tradisi yang dilakukan anak-anak di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan ini begitu unik. Anak-anak dari usia enam tahun sampai sekolah dasar itu melakukan tradisi mengunjungi rumah-rumah beramai-ramai dengan cara berlari atau berjalan cepat.

Aktivitas ini adalah suatu tradisi Melayu di Tambelan. Anak-anak yang melakukan “Nyembah Belari” ini tidak masuk ke rumah warga, melainkan hanya berdiri di teras rumah warga dan menadahkan tangan untuk menunggu pernak pernik yang akan diberikan oleh tuan rumah, tanpa paksaan atau tanpa syarat, sebelum rombongan beralih ke rumah yang lain.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1192 seconds (0.1#10.140)