FOMO Tidak Selalu Berkonotasi Negatif buat Gen Z, Begini Penjelasan Psikolog
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gen Z diidentikan dengan istilah fear of missing out (FOMO), yakni sifat takut ketinggalan tren dan berjiwa kompetitif. Benarkah demikian? Lalu, bagaimana cara mengendalikannya agar dapat berdampak baik buat Gen Z?
Menurut psikolog Endang Retno Wardani, sifat FOMO dan jiwa kompetitif memang benar dimiliki Gen Z. Namun, itu bukan berarti selalu berkonotasi negatif.
"Generasi muda atau Gen Z itu generasi yang sangat punya keinginan untuk lebih individual, FOMO, dan kompetitif dalam mengejar apa yang menurut mereka menghasilkan benefit bagi diri mereka sendiri," jelas Endang Retno Wardani ketika dijumpai di kawasan Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Dengan sifat FOMO, Gen Z sering dihinggapi kekhawatiran lebih besar jika tertinggal dari kelompoknya. Namun, di sisi lain sifat FOMO ini mendorong Gen Z lebih mau bersama-sama mencapai tujuan yang benefisial.
"Jadi, ketika kelompoknya lagi gemar untuk belajar di digital platform, mereka cenderung mau coba dan ikutan juga. Jadi, enggak semua FOMO juga negatif," tutur psikolog yang akrab disapa Dani.
"Apalagi dia tahu nih aktivitas yang dijalani memberi manfaat buat dirinya sendiri, ya, bakal dilakoni walau berdasarkan 'ikut-ikutan," lanjut dia.
Dari situ pula akhirnya sifat kompetitif pun muncul. Tidak mengherankan jika banyak Gen Z yang berusaha menguasai banyak hal, apalagi mereka diuntungkan dengan akses informasi yang mudah.
"Sebab, Gen Z bukan tipikal masyarakat zaman dulu yang mendapatkan informasi itu cuma duduk diam, satu arah. Mereka lebih suka mendapatkan informasi dari mana-mana yang bagi mereka menarik dan dapat meng-encourage motivasinya untuk lebih berkembang," tutur Dani.
Dalam kesempatan ini, Dani mengingatkan kepada Gen Z untuk tidak salah pilih platform belajar. Pastikan platform yang dipilih itu kredibel, dan dari sana kekuatan mereka akan lebih besar.
Menurut psikolog Endang Retno Wardani, sifat FOMO dan jiwa kompetitif memang benar dimiliki Gen Z. Namun, itu bukan berarti selalu berkonotasi negatif.
"Generasi muda atau Gen Z itu generasi yang sangat punya keinginan untuk lebih individual, FOMO, dan kompetitif dalam mengejar apa yang menurut mereka menghasilkan benefit bagi diri mereka sendiri," jelas Endang Retno Wardani ketika dijumpai di kawasan Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Dengan sifat FOMO, Gen Z sering dihinggapi kekhawatiran lebih besar jika tertinggal dari kelompoknya. Namun, di sisi lain sifat FOMO ini mendorong Gen Z lebih mau bersama-sama mencapai tujuan yang benefisial.
"Jadi, ketika kelompoknya lagi gemar untuk belajar di digital platform, mereka cenderung mau coba dan ikutan juga. Jadi, enggak semua FOMO juga negatif," tutur psikolog yang akrab disapa Dani.
"Apalagi dia tahu nih aktivitas yang dijalani memberi manfaat buat dirinya sendiri, ya, bakal dilakoni walau berdasarkan 'ikut-ikutan," lanjut dia.
Dari situ pula akhirnya sifat kompetitif pun muncul. Tidak mengherankan jika banyak Gen Z yang berusaha menguasai banyak hal, apalagi mereka diuntungkan dengan akses informasi yang mudah.
"Sebab, Gen Z bukan tipikal masyarakat zaman dulu yang mendapatkan informasi itu cuma duduk diam, satu arah. Mereka lebih suka mendapatkan informasi dari mana-mana yang bagi mereka menarik dan dapat meng-encourage motivasinya untuk lebih berkembang," tutur Dani.
Dalam kesempatan ini, Dani mengingatkan kepada Gen Z untuk tidak salah pilih platform belajar. Pastikan platform yang dipilih itu kredibel, dan dari sana kekuatan mereka akan lebih besar.
(nug)