Amit-Amit Jabang Bayi Bukan Mantra Tangkal Bayi Lahir dengan Kelainan Genetik, Yuk Simak Penjelasan Dokter

Jum'at, 19 Mei 2023 - 04:05 WIB
loading...
Amit-Amit Jabang Bayi...
Sebagian masyarakat Indonesia, terutama ibu hamil, kerap menyebut amit-amit jabang bayi saat melihat hal yang tidak diinginkan menimpa bayi dalam kandungan. / Foto: ilustrasi/Net Doctor
A A A
JAKARTA - Sebagian masyarakat Indonesia, terutama ibu hamil , kerap menyebut 'amit-amit jabang bayi' saat melihat hal yang tidak diinginkan menimpa bayi dalam kandungan.

Seolah telah menjadi budaya, beberapa orang percaya jika tidak menyebut 'mantra' itu, janin yang dikandung akan lahir dengan kondisi yang tidak diharapkan. Benarkah demikian? Lantas, bagaimana komentar dokter mengenai budaya ini?

Dokter Iffa Mutmainah, M.Si.Med, menegaskan bahwa tidak ada kaitan antara nyebut 'amit-amit jabang bayi' dengan upaya mencegah bayi lahir tidak sesuai harapan orang tua .



Dalam kasus bayi lahir dengan kelainan genetik misalnya, itu terjadi karena berbagai faktor. Namun, tidak menyebut 'amit-amit jabang bayi' bukan bagian dari faktor tersebut.

"Banyak pasien saya percaya anaknya lahir dengan kelainan genetik karena pas hamil enggak bilang 'amit-amit jabang bayi'. Beberapa juga percaya anak 'spesial' yang dititipkan Tuhan kepadanya itu akibat dosa-dosa sebelumnya," tutur dr. Iffa saat ditemui di Genomics Hub Jakarta, Rabu (17/5/2023)

Dijelaskan dr. Iffa bahwa kelainan genetik itu tidak selalu diturunkan orang tua. Artinya, ketika anak memiliki kelainan genetik, itu bukan berarti orang tuanya punya kelainan. "Memang ada yang diturunkan, tapi proporsi kasusnya kecil sekali," kata dia.

"Artinya, kasus-kasus orang tua dengan kelainan genetik punya anak kelainan genetik itu kecil sekali kasusnya. Pun orang tua ada yang membawa sifat kromosom, anaknya juga akan mengalami hal serupa," terang dr. Iffa.

Contoh kasusnya, thalasemia yang diturunkan secara mendelian. Maksudnya, ketika kedua orang tua sama-sama pembawa sifat thalasemia, maka kemungkinan anaknya lahir dengan thalasemia itu sebesar 25 persen.

"Tapi, kalau salah satu dari orang tuanya tidak ada sifat thalasemia, anak bisa tidak membawa sifat thalasemia," ujar dr. Iffa.

Dalam kasus yang lebih jarang lagi, ada anak dengan kelainan genetik akibat autosomal dominan yang mana sebagian besar terjadi secara spontan.

"Jadi, meskipun orang tuanya normal, anaknya bisa mengalami kelainan. Jadi, memang sporadis. Ini juga membuktikan bahwa sekalipun anak mengalami kelainan genetik, itu tidak memastikan orang tua punya kelainan genetik," paparnya.

Guna mencapai diagnosa penyakit kelainan genetik, pasien biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang. Kendati demikian, skrining bisa menjadi cara untuk mempersingkat jalur diagnosa yang begitu panjang.

"Dengan dilakukan pemeriksaan genetik, maka harapannya adalah dapat memberi diagnosa yang lebih cepat," ujar drg. Adittya Kardiat, Business Director GSI Lab.



"Kalau sudah begitu, pasien bisa segera mendapat pengobatan yang tepat, dan ini diharapkan bisa memperpanjang angka harapan hidup, karena pengobatan yang dijalani tepat sesuai dengan masalah kesehatannya," sambungnya.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3469 seconds (0.1#10.140)