7 Dampak Anak Dibesarkan Tanpa Ayah, Rentan Alami Eksploitasi Seksual
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tujuh dampak psikologis ini diprediksi akan memengaruhi tumbuh kembang anak jika dibesarkan tanpa sosok ayah . Dalam kehidupan rumah tangga modern munculnya persoalan perceraian saat ini sangat besar. Salah satu imbasnya jika perceraian terjadi dalam sebuah ikatan perkawinan adalah anak menjadi korban.
Biasannya hak asuh anak diberikan kepada istri. Dampaknya, sang istri harus berperan sebagai single parent dan membesarkan anak tanpa kehadiran figure ayah bagi anaknya. Bagaimana hal ini berdampak terhadap perkembangan anak? Berikut 6 dampak psikologis anak yang dibesarkan tanpa ayah.
1.Merasa tidak aman
Foto/hellosehat
Dilansir dari situs Children’s Bureau, seorang anak yang dibesarkan tanpa ayah berpotensi merasa ditinggal, tidak diharapkan, merasa khawatir dengan dirinya, dan perasaan-perasan sejenis lainnya.
Tak jarang, si kecil merasa bahwa dirinyalah alasan mengapa sang ayah meninggalkannya. Anak yang dibesarkan tanpa ayah sering kali menyalahkan diri sendiri dari kondisi yang dialaminya.
2.Sulit menyesuaikan diri
Foto/ist
Selain itu, anak yang dibesarkan tanpa ayah sering kali memiliki masalah dalam sikap dan perilaku. Ia kerap sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3.Kemungkinan gangguan kesehatan fisik dan mental
Foto/pexels
Bukan hanya memengaruhi psikologi, tanpa sosok seorang ayah dalam tumbuh kembangnya, anak juga berpotensi terkena penyakit.
Melansir CDC, anak yang dibesarkan oleh orangtua yang tidak lengkap seperti single-parent atau yatim piatu lebih berpeluang terkena penyakit asma, sakit kepala, hingga sakit pada bagian perut.
4.Berpotensi alami masalah kesehatan seksual
Foto/pexels
Seorang remaja, khususnya perempuan, yang dibesarkan tanpa sosok ayah memiliki potensi untuk mengalami masalah kesehatan seksual. Bahkan, anak perempuan berisiko melakukan hubungan seksual sebelum berusia 16 tahun.
5.Gangguan kemampuan akademis
Foto/pexels
Rupanya, dampak psikologis dari seorang anak yang dibesarkan tanpa sosok ayah juga bisa memengaruhi kemampuan akademisnya. Ia cenderung putus sekolah saat usia 16 tahun.
6.Bermasalah dengan tanggung jawab
Foto/pexels
Saat dewasa, mereka yang dibesarkan tanpa ayah cenderung menjadi pengangguran, memiliki pendapatan rendah, bahkan tidak memiliki tempat tinggal atau homeless. Bahkan, 90% anak yang lari dari rumah dan tinggal di jalan atau penampungan biasanya tidak memiliki ayah.
7.Rentan eksploitasi dan pelecehan
Foto/pexels
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, anak yang dibesarkan tanpa ayah memang memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami pelecehan. Tidak hanya pelecehan fisik, anak mungkin mengalami pelecehan emosional maupun seksual.
Biasannya hak asuh anak diberikan kepada istri. Dampaknya, sang istri harus berperan sebagai single parent dan membesarkan anak tanpa kehadiran figure ayah bagi anaknya. Bagaimana hal ini berdampak terhadap perkembangan anak? Berikut 6 dampak psikologis anak yang dibesarkan tanpa ayah.
1.Merasa tidak aman
Foto/hellosehat
Dilansir dari situs Children’s Bureau, seorang anak yang dibesarkan tanpa ayah berpotensi merasa ditinggal, tidak diharapkan, merasa khawatir dengan dirinya, dan perasaan-perasan sejenis lainnya.
Tak jarang, si kecil merasa bahwa dirinyalah alasan mengapa sang ayah meninggalkannya. Anak yang dibesarkan tanpa ayah sering kali menyalahkan diri sendiri dari kondisi yang dialaminya.
2.Sulit menyesuaikan diri
Foto/ist
Selain itu, anak yang dibesarkan tanpa ayah sering kali memiliki masalah dalam sikap dan perilaku. Ia kerap sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3.Kemungkinan gangguan kesehatan fisik dan mental
Foto/pexels
Bukan hanya memengaruhi psikologi, tanpa sosok seorang ayah dalam tumbuh kembangnya, anak juga berpotensi terkena penyakit.
Melansir CDC, anak yang dibesarkan oleh orangtua yang tidak lengkap seperti single-parent atau yatim piatu lebih berpeluang terkena penyakit asma, sakit kepala, hingga sakit pada bagian perut.
4.Berpotensi alami masalah kesehatan seksual
Foto/pexels
Seorang remaja, khususnya perempuan, yang dibesarkan tanpa sosok ayah memiliki potensi untuk mengalami masalah kesehatan seksual. Bahkan, anak perempuan berisiko melakukan hubungan seksual sebelum berusia 16 tahun.
5.Gangguan kemampuan akademis
Foto/pexels
Rupanya, dampak psikologis dari seorang anak yang dibesarkan tanpa sosok ayah juga bisa memengaruhi kemampuan akademisnya. Ia cenderung putus sekolah saat usia 16 tahun.
6.Bermasalah dengan tanggung jawab
Foto/pexels
Saat dewasa, mereka yang dibesarkan tanpa ayah cenderung menjadi pengangguran, memiliki pendapatan rendah, bahkan tidak memiliki tempat tinggal atau homeless. Bahkan, 90% anak yang lari dari rumah dan tinggal di jalan atau penampungan biasanya tidak memiliki ayah.
7.Rentan eksploitasi dan pelecehan
Foto/pexels
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, anak yang dibesarkan tanpa ayah memang memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami pelecehan. Tidak hanya pelecehan fisik, anak mungkin mengalami pelecehan emosional maupun seksual.
(wyn)