Jaga Imunitas Balita, Lawan Infeksi dengan Bakteri Baik

Jum'at, 24 Juli 2020 - 12:14 WIB
loading...
Jaga Imunitas Balita, Lawan Infeksi dengan Bakteri Baik
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Balita rawan terkena infeksi seperti diare dan ISPA. Sel usus yang masih belum sempurna dan mikrobioma pada saluran cerna yang tidak berkembang baik menjadi penyebabnya.

Di Indonesia, anak balita (0-5 tahun) merupakan golongan yang paling rawan terhadap bermacam-macam infeksi. Hal ini terlihat dari data Riskesdas 2018 yang menunjukkan bahwa infeksi dan malanutrisi masih umum ditemui. Infeksi yang lazim dialami anak,banak adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan gastroenteritis akut (diare).

Prevalensi anak usia 1–4 tahun yang mengalami ISPA adalah 13,7% dan diare sebesar 12,8%. Jangan anggap sepele kedua infeksi ini, pasalnya ISPA dan diare menjadi penyebab utama morbiditas, bahkan mortalitas pada anak balita.

Dokter spesialis anak konsultan gastroenterologi Dr dr Ariani Dewi Widodo SpA(K) menjelaskan, penyebab anak rentan terkena gangguan penyakit infeksi seperti ISPA dan diare, salah satunya karena sel-sel usus pada anak masih renggang. Akibatnya apabila ada kuman atau alergen (pemicu alergi), maka akan mudah masuk melalui sel-sel tersebut. Faktor lain karena mikrobioma pada saluran cerna tidak berkembang dengan baik. (Baca: Di Masa Pandemi, Yuk Jaga Kebugaran dan Gizi Seimbang dengan Olahraga)

“Bakteri pada mikrobioma memiliki peran terhadap imunitas, nutrisi, dan perlindungan terhadap bakteri patogen. Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 10-100 triliun mikrobioma dengan jumlah paling banyak terdapat di usus,” ungkap dr Ariani dalam "Virtual Gathering: Nutrisi untuk Imunitas, Kunci Tumbuh Kembang Optimal Bersama Nutriclub", Senin 20 uli 2020.

Ia melanjutkan, kedua infeksi tersebut sebetulnya dapat dicegah dengan mendukung si Kecil memiliki daya tahan yang baik agar tubuhnya kuat melawan infeksi virus dan kuman di sekitarnya. Sistem imunitas sendiri dibentuk sejak awal kehidupan dan akan berkembang menjadi lebih kuat dan kompleks seiring dengan pertambahan usia anak. Di sinilah peran orang tua untuk memastikan agar perkembangan imunitas optimal.

Sistem imun yang terjaga menjadi bekal tubuh anak untuk tumbuh dan berkembang. Ternyata, mikrobioma gastrointestinal (keseimbangan mikrobioma di dalam usus) yang sehat berperan sangat penting untuk mengembangkan sistem imunitas anak sejak dini. Hal ini dipaparkan oleh Head of Departement of Pediatrics Vrije Universiteit Brussel Prof Yvan Vandenplas MD PhD. (Baca juga: Kutip Hadis Nabi Muhammad, Biden Ingin Sekolah AS Ajarkan Islam)

Ia menerangkan, mikrobioma merupakan seluruh ekosistem mikroba yang ada di dalam sebuah organ. Nah, mikrobiota usus, bakteri baik bifidobacteria, berperan penting untuk mendukung sistem imun dengan memproduksi antibodi, mengontrol peradangan, mengencangkan sambungan usus dan mendorong toleransi terhadap makanan.

“Untuk itu, keseimbangan komposisi bakteri baik bifidobacteria harus dipelihara agar dapat terus memberikan manfaat dengan pemberian prebiotik,” papar Prof Yvan mengenai penelitiannya.

Penelitian menunjukkan nutrisi mengambil peran besar dalam menentukan keseimbangan mikrobioma yang ada di dalam usus. Lebih spesifik, prebiotik yang merupakan karbohidrat atau serat yang tidak dapat dicerna dan difermentasikan oleh bakteri dalam usus mampu merangsang perkembangan bakteri baik bifidobacteria. (Lihat videonya: Untuk Kedua Kalinya Seorang Ibu Muda Tega Menjual Bayinya)

Kombinasi prebiotik FOS dan GOS dengan rasio 1:9 dapat meningkatkan jumlah bifidobacteria, menstimulasi pertumbuhan spesies bifidobacteria dan lactobacillus tertentu, mengurangi bakteri patogen, serta membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan. “FOS dan GOS juga mampu membantu mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi risiko infeksi,” imbuh Prof Yvan.

Ia menjabarkan GIANT study yang dilakukan pada 767 anak sehat berusia di atas 1 tahun di 5 negara yang mengonsumsi susu pertumbuhan dengan prebotik lcFOS/scGOS dan n-3 LC PUFA ditambahkan ke dalam susu. Hasilnya, risiko infeksi yang lebih rendah dibanding dengan mereka yang mengonsumsi susu sapi. (Sri Noviarni)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1601 seconds (0.1#10.140)