Kondisi Obesitas Laki-Laki vs Perempuan, Ini Ciri dan Perbedaannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Obesitas menjadi salah satu momok menakutkan bagi banyak orang. Bagaimana tidak? Kondisi kegemukan ini bisa menjadi sumber penyakit dan menyebabkan komplikasi.
Beberapa kasus kematian di Indonesia akibat obesitas pun kerap terjadi di Indonesia. Salah satunya yang sempat viral ialah kematian Fajri, pria yang dievakuasi karena kondisi menurun akibat kelebihan berat badan.
Sementara itu, banyak publik yang belum mengetahui bahwa kondisi obesitas antara laki-laki dan perempuan berbeda. Hal itu diungkap oleh dr. Em Yunir, Sp.PD, KEMD, Pengurus Perhimpunan Penyakit Dalam (PAPDI). Ia menjabarkan sejumlah perbedaan antara obesitas laki-laki dan perempuan.
“Ada perbedaan antara (ciri-ciri obesitas) laki-laki dan perempuan. Kalau laki-laki biasanya penumpukan lemak banyak di rongga perut. Kalau perempuan banyak di panggul,” ungkap dr. Em Yuri dalam acara virtual Serba Serbi Obesitas, Senin (10/7/2023).
Dokter Em Yuri menjelaskan, penumpukan lemak di bagian perut seperti yang dialami wanita jauh lebih berisiko. Sebab, hal itu bisa menyebabkan terjadinya komplikasi berbagai penyakit seperti hipertensi, jantung, dan stroke.
“Jumlah lemak di rongga perut itu akan menyebabkan suatu risiko lain, menghasilkan hormon-hormon yang dapat menyebabkan munculnya perjalanan ke arah komplikasi, seperti stroke, hipertensi, hingga jantung,” paparnya.
Selain itu, tanda obesitas sendiri bisa dilihat dari lingkar pinggang seseorang. Dokter Em Yuri menjelaskan, lingkar pinggang laki-laki yang menderita obesitas bisa lebih dari 90 cm. Sedangkan wanita obesitas lingkar pinggangnya mencapai lebih dari 80 cm.
“Bisa dikatakan obesitas juga dilihat dari lingkar pinggang. Kalau laki-laki bisa dikatakan obesitas dengan lingkar pinggang mencapai 90 cm ke atas. Dan perempuan batasannya 40 cm, bila memasuki lebih dr 80 itu sudah obesitas,” jelasnya.
Dokter Em Yuri menjelaskan, obesitas terjadi dikarenakan ada pemasukan asupan dan aktivitas yang tidak seimbang. Sehingga, kondisi obesitas itu bisa mengancam seseorang dengan pola hidup yang tak seimbang.
“Kalau makannya banyak, aktivitas juga harus banyak. Kalau itu seimbang, tidak akan terjadi obesitas,” katanya.
Beberapa kasus kematian di Indonesia akibat obesitas pun kerap terjadi di Indonesia. Salah satunya yang sempat viral ialah kematian Fajri, pria yang dievakuasi karena kondisi menurun akibat kelebihan berat badan.
Sementara itu, banyak publik yang belum mengetahui bahwa kondisi obesitas antara laki-laki dan perempuan berbeda. Hal itu diungkap oleh dr. Em Yunir, Sp.PD, KEMD, Pengurus Perhimpunan Penyakit Dalam (PAPDI). Ia menjabarkan sejumlah perbedaan antara obesitas laki-laki dan perempuan.
“Ada perbedaan antara (ciri-ciri obesitas) laki-laki dan perempuan. Kalau laki-laki biasanya penumpukan lemak banyak di rongga perut. Kalau perempuan banyak di panggul,” ungkap dr. Em Yuri dalam acara virtual Serba Serbi Obesitas, Senin (10/7/2023).
Dokter Em Yuri menjelaskan, penumpukan lemak di bagian perut seperti yang dialami wanita jauh lebih berisiko. Sebab, hal itu bisa menyebabkan terjadinya komplikasi berbagai penyakit seperti hipertensi, jantung, dan stroke.
“Jumlah lemak di rongga perut itu akan menyebabkan suatu risiko lain, menghasilkan hormon-hormon yang dapat menyebabkan munculnya perjalanan ke arah komplikasi, seperti stroke, hipertensi, hingga jantung,” paparnya.
Selain itu, tanda obesitas sendiri bisa dilihat dari lingkar pinggang seseorang. Dokter Em Yuri menjelaskan, lingkar pinggang laki-laki yang menderita obesitas bisa lebih dari 90 cm. Sedangkan wanita obesitas lingkar pinggangnya mencapai lebih dari 80 cm.
“Bisa dikatakan obesitas juga dilihat dari lingkar pinggang. Kalau laki-laki bisa dikatakan obesitas dengan lingkar pinggang mencapai 90 cm ke atas. Dan perempuan batasannya 40 cm, bila memasuki lebih dr 80 itu sudah obesitas,” jelasnya.
Dokter Em Yuri menjelaskan, obesitas terjadi dikarenakan ada pemasukan asupan dan aktivitas yang tidak seimbang. Sehingga, kondisi obesitas itu bisa mengancam seseorang dengan pola hidup yang tak seimbang.
“Kalau makannya banyak, aktivitas juga harus banyak. Kalau itu seimbang, tidak akan terjadi obesitas,” katanya.
(tsa)