Hidup di Negara Tropis, Banyak Anak Indonesia Kurang Vitamin D
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah pandemi COVID-19 pertumbuhan anak tetap harus dipantau oleh orangtua. Asupan nutrisi seimbang berikut pemberian imunisasi dan aturan protokol kesehatan juga harus selalu dijaga. Termasuk melakukan aktivitas outdoor agar anak bisa sekalian berjemur di bawah sinar matahari.
Yang disebut terakhir itu cukup penting. Sebab, kita tahu sinar matahari kaya akan vitamin D. Nah, vitamin ini merupakan salah satu vitamin larut lemak yang berperan dalam sejumlah fungsi penting untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. ( )
Vitamin D yang selama ini dikenal untuk kesehatan tulang ternyata mempunyai banyak manfaat, di antaranya menjaga fungsi saraf dan otot, kardiovaskuler, pernapasan, hingga sistem imun tubuh. Masalahnya, walau tinggal di garis khatulistiwa, anak Indonesia malah rentan defisiensi vitamin D.
Hal itu merujuk pada data Seanuts 2011-2012 yang menunjukkan anak Indonesia berusia 2-12 tahun mengalami defisiensi vitamin D sebanyak 38,76%. Ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti kadar paparan ultraviolet yang rendah, paparan sinar matahari yang tidak mencukupi karena aktivitas dominan di dalam ruangan, pakaian yang sangat tertutup, dan menghindari sinar matahari.
Adapun faktor individu yang memengaruhi misalnya warna kulit gelap, lanjut usia, bayi baru lahir, kehamilan, obesitas, dan sindroma malabsorpsi. Padahal defisiensi vitamin D berakibat serius.
“Bisa terjadi penyakit infeksi, keganasan, alergi, autoimun, hingga gangguan pertumbuhan dan perkembangan,” sebut Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr., Sp.A(K), M.Kes, Ahli Alergi Imunologi Anak Indonesia dalam "Webinar Kalbe Vitamin D3 Series: Lindungi Anak Indonesia dengan Daya Tahan Tubuh yang Optimal".
Penelitian juga menunjukkan kadar vitamin D berkaitan dengan tingkat keparahan COVID-19.
Webinar yang diadakan Kalbe tersebut merupakan bagian dari edukasi dalam rangka Hari Anak Nasional (HAN) 2020 yang mengangkat tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dengan tagline #AnakIndonesiaGembiradiRumah.
“Kalbe secara rutin memberikan edukasi seputar isu kesehatan kepada masyarakat. Sejalan dengan Hari Anak Nasional , kami mengangkat tema daya tahan tubuh pada anak-anak,” ujar Ridwan Ong, Pharma Marketing Director PT Kalbe Farma Tbk.
Ridwan melanjutkan, daya tahan tubuh anak di tengah kondisi saat ini sangat penting untuk diperhatikan. Maka itu, vitamin D perlu dikonsumsi untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. ( )
Product Manager PT Kalbe Farma Tbk Tekla Rosa Oktivia menambahkan, Kalbe memiliki produk vitamin D3 yang dapat membantu mempertahankan kesehatan yaitu vitamin Prove D3-1000 IU dan Prove D3 Drops (sediaan tetes).
Lebih jauh Prof. Budi mengatakan, sumber utama vitamin D (90%) adalah sinar matahari, sedangkan makanan hanya sebesar 10%. Sinar matahari yang mengandung vitamin D ada pada paparan UVB. Sinar UVB di Indonesia baru akan muncul di atas pukul 10.00 sampai 15.00.
"Jadi, sebaiknya mengajak anak berjemur atau beraktivitas di luar untuk mendapatkan sinar Vitamin D pada jam tersebut. Untuk lamanya, cukup dengan durasi 10-15 menit saja," pungkas Prof. Budi.
Yang disebut terakhir itu cukup penting. Sebab, kita tahu sinar matahari kaya akan vitamin D. Nah, vitamin ini merupakan salah satu vitamin larut lemak yang berperan dalam sejumlah fungsi penting untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. ( )
Vitamin D yang selama ini dikenal untuk kesehatan tulang ternyata mempunyai banyak manfaat, di antaranya menjaga fungsi saraf dan otot, kardiovaskuler, pernapasan, hingga sistem imun tubuh. Masalahnya, walau tinggal di garis khatulistiwa, anak Indonesia malah rentan defisiensi vitamin D.
Hal itu merujuk pada data Seanuts 2011-2012 yang menunjukkan anak Indonesia berusia 2-12 tahun mengalami defisiensi vitamin D sebanyak 38,76%. Ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti kadar paparan ultraviolet yang rendah, paparan sinar matahari yang tidak mencukupi karena aktivitas dominan di dalam ruangan, pakaian yang sangat tertutup, dan menghindari sinar matahari.
Adapun faktor individu yang memengaruhi misalnya warna kulit gelap, lanjut usia, bayi baru lahir, kehamilan, obesitas, dan sindroma malabsorpsi. Padahal defisiensi vitamin D berakibat serius.
“Bisa terjadi penyakit infeksi, keganasan, alergi, autoimun, hingga gangguan pertumbuhan dan perkembangan,” sebut Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr., Sp.A(K), M.Kes, Ahli Alergi Imunologi Anak Indonesia dalam "Webinar Kalbe Vitamin D3 Series: Lindungi Anak Indonesia dengan Daya Tahan Tubuh yang Optimal".
Penelitian juga menunjukkan kadar vitamin D berkaitan dengan tingkat keparahan COVID-19.
Webinar yang diadakan Kalbe tersebut merupakan bagian dari edukasi dalam rangka Hari Anak Nasional (HAN) 2020 yang mengangkat tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dengan tagline #AnakIndonesiaGembiradiRumah.
“Kalbe secara rutin memberikan edukasi seputar isu kesehatan kepada masyarakat. Sejalan dengan Hari Anak Nasional , kami mengangkat tema daya tahan tubuh pada anak-anak,” ujar Ridwan Ong, Pharma Marketing Director PT Kalbe Farma Tbk.
Ridwan melanjutkan, daya tahan tubuh anak di tengah kondisi saat ini sangat penting untuk diperhatikan. Maka itu, vitamin D perlu dikonsumsi untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. ( )
Product Manager PT Kalbe Farma Tbk Tekla Rosa Oktivia menambahkan, Kalbe memiliki produk vitamin D3 yang dapat membantu mempertahankan kesehatan yaitu vitamin Prove D3-1000 IU dan Prove D3 Drops (sediaan tetes).
Lebih jauh Prof. Budi mengatakan, sumber utama vitamin D (90%) adalah sinar matahari, sedangkan makanan hanya sebesar 10%. Sinar matahari yang mengandung vitamin D ada pada paparan UVB. Sinar UVB di Indonesia baru akan muncul di atas pukul 10.00 sampai 15.00.
"Jadi, sebaiknya mengajak anak berjemur atau beraktivitas di luar untuk mendapatkan sinar Vitamin D pada jam tersebut. Untuk lamanya, cukup dengan durasi 10-15 menit saja," pungkas Prof. Budi.
(tsa)