Intip Monumen Kresek, Wisata Sejarah yang Jadi Pengingat Pemberontakan PKI Madiun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jika mendengar nama Madiun , Anda akan terngiang dengan kuliner khasnya yaitu pecel. Akan tetapi jangan sampai melewatkan wisata sejarahnya yaitu Monumen Kresek. Destinasi wisata sejarah ini bisa dijadikan list perjalanan wisata.
Monumen Kresek berlokasi di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Monumen ini dibangun karena untuk mengenang sejarah, yakni berkaitan dengan saksi atas peristiwa menegangkan di Madiun karena pembantaian oleh PKI.
Dilansir berbagai sumber, terdiri dari monumen dan relief peninggalan sejarah tentang keganasan PKI pada tahun 1948 di Madiun. Untuk mengenang masa kelam tersebut, maka dibangunlah monumen ini yang dimulai pada 1987 dan selesai 1991.
Monumen keganasan PKI ini berdiri di atas lahan 3,5 hektar. Monumen tersebut diresmikan pada 1991 oleh Gubernur Jawa Timur, Soelarso.
Di tempat ini terdapat patung besar atau tepatnya ketika Anda memasuki gerbang utamanya. Patung tersebut terdiri dari dua orang, di antaranya posisi sedang memenggal kepala dan satu lagi nampak sedang duduk seakan-akan pasrah akan dipenggal.
Dua orang merupakan patung Muso. Ia adalah pemimpin pemberontakan PKI sedang membawa pedang yang ingin memenggal kepala Kyai yang dikenal dengan nama Husen.
Kyai Husein adalah seorang tokoh agama yang dikenal memiliki kepribadian yang arif dan bijak. Kala itu ia juga sebagai anggota DPRD Madiun tahun 1948.
Selanjutnya, di area selatan tepatnya dekat pintu masuk terdapat prasasti batu ukiran nama-nama prajurit TNI Polri, Pamong Praja, Tokoh Masyarakat dan Guru yang gugur dalam pertempuran melawan PKI di Desa Kresek maupun karena dibantai oleh PKI.
Di Depan prasasti terdapat ukiran nama-nama korban juga terdapat sumur tempat pembuangan korban keganasan PKI yang telah ditutup dan dibuat relief korban-korban di atasnya.
Kolonel Marhadi merupakan salah seorang prajurit TNI berpangkat tertinggi yang gugur dalam pertempuran Desa Kresek, namanya lalu diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kota Madiun dan didirikan pula patungnya di Alun-Alun Kota Madiun sebagai bentuk penghormatan.
Sementara itu, pendopo yang didirikan monumen itu dulunya adalah rumah warga yang dijadikan markas PKI. Di mana tempat itu dijadikan lokasi pembantaian para korban. Parahnya lagi, rumah itu dibakar beserta penghuninya.
Kemudian di sebelah timur Patung Muso, terdapat bangunan patung anak-anak korban PKI yang menuntut bela kepada pemerintah RI agar menumpas kegiatan PKI di Madiun.
Terdapat undak-undak masuk monumen masing-masing berjumlah 17, berjumlah 8 dan berjumlah 45 menunjukkan tanggal 17-8-1945 sebagai hari kemerdekaan RI.
Monumen Kresek berlokasi di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Monumen ini dibangun karena untuk mengenang sejarah, yakni berkaitan dengan saksi atas peristiwa menegangkan di Madiun karena pembantaian oleh PKI.
Dilansir berbagai sumber, terdiri dari monumen dan relief peninggalan sejarah tentang keganasan PKI pada tahun 1948 di Madiun. Untuk mengenang masa kelam tersebut, maka dibangunlah monumen ini yang dimulai pada 1987 dan selesai 1991.
Monumen keganasan PKI ini berdiri di atas lahan 3,5 hektar. Monumen tersebut diresmikan pada 1991 oleh Gubernur Jawa Timur, Soelarso.
Di tempat ini terdapat patung besar atau tepatnya ketika Anda memasuki gerbang utamanya. Patung tersebut terdiri dari dua orang, di antaranya posisi sedang memenggal kepala dan satu lagi nampak sedang duduk seakan-akan pasrah akan dipenggal.
Dua orang merupakan patung Muso. Ia adalah pemimpin pemberontakan PKI sedang membawa pedang yang ingin memenggal kepala Kyai yang dikenal dengan nama Husen.
Kyai Husein adalah seorang tokoh agama yang dikenal memiliki kepribadian yang arif dan bijak. Kala itu ia juga sebagai anggota DPRD Madiun tahun 1948.
Selanjutnya, di area selatan tepatnya dekat pintu masuk terdapat prasasti batu ukiran nama-nama prajurit TNI Polri, Pamong Praja, Tokoh Masyarakat dan Guru yang gugur dalam pertempuran melawan PKI di Desa Kresek maupun karena dibantai oleh PKI.
Di Depan prasasti terdapat ukiran nama-nama korban juga terdapat sumur tempat pembuangan korban keganasan PKI yang telah ditutup dan dibuat relief korban-korban di atasnya.
Kolonel Marhadi merupakan salah seorang prajurit TNI berpangkat tertinggi yang gugur dalam pertempuran Desa Kresek, namanya lalu diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kota Madiun dan didirikan pula patungnya di Alun-Alun Kota Madiun sebagai bentuk penghormatan.
Sementara itu, pendopo yang didirikan monumen itu dulunya adalah rumah warga yang dijadikan markas PKI. Di mana tempat itu dijadikan lokasi pembantaian para korban. Parahnya lagi, rumah itu dibakar beserta penghuninya.
Kemudian di sebelah timur Patung Muso, terdapat bangunan patung anak-anak korban PKI yang menuntut bela kepada pemerintah RI agar menumpas kegiatan PKI di Madiun.
Terdapat undak-undak masuk monumen masing-masing berjumlah 17, berjumlah 8 dan berjumlah 45 menunjukkan tanggal 17-8-1945 sebagai hari kemerdekaan RI.
(hri)