Penting dan Dibutuhkan Bayi, ASI Makin Tersia-siakan
loading...
A
A
A
Pendiri dan Ketua Health Collaborative Center ini mengungkapkan, hal yang menyedihkan adalah, temuan dan kondisi terkait rendahnya pengetahuan ibu tentang laktasi ini masih mirip dengan temuan-temuan pada penelitian mengenai laktasi sejak lebih dari satu dekade silam. “Artinya, status pengetahuan dan kualitas perilaku laktasi ibu Indonesia, terutama ibu pekerja, tidak membaik secara signifikan," keluhnya.
Ray mengungkapkan, hasil penelitian terdahulu dari Basrowi dkk juga menemukan bahwa meskipun sudah ada peraturan pemerintah tentang perlindungan laktasi di tempat kerja, tetapi implementasinya masih belum maksimal. Padahal, sukses laktasi pada ibu pekerja terbukti tidak hanya menyehatkan tumbuh kembang bayi tapi juga membantu mempertahankan status produktivitas kerja.
Pendiri Sentra Laktasi Indonesia (Selasi) Utami Roesli, yang dikenal sebagai aktivitas ASI , juga telah mengingatkan bahwa ASI memiliki dampak jangka panjang bukan hanya terhadap kesehatan fisik anak hingga ia dewasa, namun juga berpengaruh pada mental anak. "Bayi yang disusui lebih dari empat bulan, lebih jarang mengalami gangguan perilaku," katanya. (Lihat videonya: Mengaku Bisa Gandakan Uang Triliunan, Seorang Dukung di Malang Diciduk Polisi)
Sebaliknya, pada usia lima tahun bayi yang tidak diberi ASI, atau tidak maksimal, rentan mengalami gangguan emosional (gelisah, berbohong, mencuri, emosional), dan di usia 14 tahun nantinya anak yang tidak mendapat ASI atau tidak maksimal rentan mengalami masalah internal seperti menarik diri, gangguan psikosomatik, gelisah, depresi, dan gangguan cara berpikir. "Termasuk masalah eksternal yaitu agresif dan kenakalan remaja," ungkapnya.
Ketua Satgas ASI Indonesia, Elizabeth Yohmi menegaskan, ASI eksklusif pada bayi merupakan suatu hal yang wajib bagi ibu yang mampu menjalakannya dan merupakan hak bayi untuk mendapatkan. "Karena itu, para ibu hendaknya bisa melek informasi dan mengerti pentingnya ASI bagi kehidupan bayi. Pemberian ASI juga bisa mengurangi angka kematian pada bayi karena ketidaktahuan akibat praktik yang salah dalam pemberian nutrisi bagi bayi," katanya. (Sri Noviarni/Abdul Rochim/FW Bahtiar/Faoric/M Shamil)
Ray mengungkapkan, hasil penelitian terdahulu dari Basrowi dkk juga menemukan bahwa meskipun sudah ada peraturan pemerintah tentang perlindungan laktasi di tempat kerja, tetapi implementasinya masih belum maksimal. Padahal, sukses laktasi pada ibu pekerja terbukti tidak hanya menyehatkan tumbuh kembang bayi tapi juga membantu mempertahankan status produktivitas kerja.
Pendiri Sentra Laktasi Indonesia (Selasi) Utami Roesli, yang dikenal sebagai aktivitas ASI , juga telah mengingatkan bahwa ASI memiliki dampak jangka panjang bukan hanya terhadap kesehatan fisik anak hingga ia dewasa, namun juga berpengaruh pada mental anak. "Bayi yang disusui lebih dari empat bulan, lebih jarang mengalami gangguan perilaku," katanya. (Lihat videonya: Mengaku Bisa Gandakan Uang Triliunan, Seorang Dukung di Malang Diciduk Polisi)
Sebaliknya, pada usia lima tahun bayi yang tidak diberi ASI, atau tidak maksimal, rentan mengalami gangguan emosional (gelisah, berbohong, mencuri, emosional), dan di usia 14 tahun nantinya anak yang tidak mendapat ASI atau tidak maksimal rentan mengalami masalah internal seperti menarik diri, gangguan psikosomatik, gelisah, depresi, dan gangguan cara berpikir. "Termasuk masalah eksternal yaitu agresif dan kenakalan remaja," ungkapnya.
Ketua Satgas ASI Indonesia, Elizabeth Yohmi menegaskan, ASI eksklusif pada bayi merupakan suatu hal yang wajib bagi ibu yang mampu menjalakannya dan merupakan hak bayi untuk mendapatkan. "Karena itu, para ibu hendaknya bisa melek informasi dan mengerti pentingnya ASI bagi kehidupan bayi. Pemberian ASI juga bisa mengurangi angka kematian pada bayi karena ketidaktahuan akibat praktik yang salah dalam pemberian nutrisi bagi bayi," katanya. (Sri Noviarni/Abdul Rochim/FW Bahtiar/Faoric/M Shamil)
(ysw)