Siloam Hospitals Kebon Jeruk Hadirkan Left Ventricular Assist Device untuk Penanganan Gagal Jantung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penanganan penyakit gagal jantung menggunakan alat Left Ventricular Assist Device (LVAD) telah hadir di Siloam Hospitals Kebon Jeruk. LVAD merupakan perangkat medis yang digunakan untuk membantu kinerja jantung dalam memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.
Penambahan dan peningkatan kualitas layanan LVAD ini dilakukan guna meningkatkan taraf hidup penderita gagal jantung dan menurunkan angka kematian akibat penyakit jantung.
Awalnya, LVAD berfungsi untuk menyokong fungsi pompa jantung selama pasien menunggu ketersediaan donor transplantasi jantung. Namun, dengan adanya teknologi terkini yang menunjang durabilitas jangka panjang, alat ini telah menjadi solusi akhir bagi penderita gagal jantung lanjut, terutama apabila tidak terdapat pilihan untuk transplantasi jantung.
"Pasien gagal jantung lanjut saat ini di Indonesia hanya bisa mendapatkan perawatan secara paliatif (paliatif treatment) di mana hal itu tidak membawa pasien ke mana-mana. Dengan adanya LVAD, kita dapat memberikan harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik lagi kepada pasien gagal jantung lanjut di Indonesia,” beber dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FESC dalam simposium mini terkait kardiologi dengan tema A New Hope for Advanced Heart Failure di Jakarta belum lama ini.
Pada kesempatan tersebut disampaikan pula bahwa pasien dengan usia muda memiliki faktor risiko gagal jantung.
Ketua Kelompok Staf Medik Kardiologi Indonesia Prof. Dr. dr. Bambang Budi S, Sp. JP (K), FISHR, FAsCC, FAPSC, FESC, FACC mengatakan, sebagai dokter, pihaknya bakal melakukan evaluasi dan perbaikan faktor risiko untuk mengurangi masalah pada kasus gagal jantung. Itu merupakan hal mutlak yang perlu diberdayakan.
"Pemberian terapi bertahap juga diperlukan. Pada pasien yang penyakitnya terus progresif dan tidak membaik dengan pemberian terapi, terapi LVAD dapat dipertimbangkan,” ujar Prof. Bambang.
Sementara itu, dr. Lim Choon Pin, MBBS, MMED, MRCP, FAMS, FESC, FACC selaku President of Heart Failure Society of Singapore sejak 2022 mengatakan, LVAD merupakan terapi yang termasuk dalam golongan Mechanical Circulatory Support. Terapi ini masuk ke dalam rekomendasi yang disarankan untuk pasien gagal jantung sesuai dengan Konsensus American Heart Association, American College of Cardiology, dan Heart Failure Society of America tahun 2022.
“Hasil penelitian menunjukkan perbaikan survival rate pada pasien yang menggunakan LVAD Heartmate III sejumlah 83% dibandingkan dengan survival rate transplantasi jantung 82%,” ungkap dr. Lim Choon Pin.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, dan gagal jantung terdeteksi sebanyak 15 dari 1.000 penduduk atau sekitar 4.2 juta penduduk. Selain itu, menurut Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2019, sebanyak 14.4% penyebab kematian di Indonesia terjadi karena penyakit jantung koroner yang berujung pada gagal jantung.
Penambahan dan peningkatan kualitas layanan LVAD ini dilakukan guna meningkatkan taraf hidup penderita gagal jantung dan menurunkan angka kematian akibat penyakit jantung.
Awalnya, LVAD berfungsi untuk menyokong fungsi pompa jantung selama pasien menunggu ketersediaan donor transplantasi jantung. Namun, dengan adanya teknologi terkini yang menunjang durabilitas jangka panjang, alat ini telah menjadi solusi akhir bagi penderita gagal jantung lanjut, terutama apabila tidak terdapat pilihan untuk transplantasi jantung.
"Pasien gagal jantung lanjut saat ini di Indonesia hanya bisa mendapatkan perawatan secara paliatif (paliatif treatment) di mana hal itu tidak membawa pasien ke mana-mana. Dengan adanya LVAD, kita dapat memberikan harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik lagi kepada pasien gagal jantung lanjut di Indonesia,” beber dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FESC dalam simposium mini terkait kardiologi dengan tema A New Hope for Advanced Heart Failure di Jakarta belum lama ini.
Pada kesempatan tersebut disampaikan pula bahwa pasien dengan usia muda memiliki faktor risiko gagal jantung.
Ketua Kelompok Staf Medik Kardiologi Indonesia Prof. Dr. dr. Bambang Budi S, Sp. JP (K), FISHR, FAsCC, FAPSC, FESC, FACC mengatakan, sebagai dokter, pihaknya bakal melakukan evaluasi dan perbaikan faktor risiko untuk mengurangi masalah pada kasus gagal jantung. Itu merupakan hal mutlak yang perlu diberdayakan.
"Pemberian terapi bertahap juga diperlukan. Pada pasien yang penyakitnya terus progresif dan tidak membaik dengan pemberian terapi, terapi LVAD dapat dipertimbangkan,” ujar Prof. Bambang.
Sementara itu, dr. Lim Choon Pin, MBBS, MMED, MRCP, FAMS, FESC, FACC selaku President of Heart Failure Society of Singapore sejak 2022 mengatakan, LVAD merupakan terapi yang termasuk dalam golongan Mechanical Circulatory Support. Terapi ini masuk ke dalam rekomendasi yang disarankan untuk pasien gagal jantung sesuai dengan Konsensus American Heart Association, American College of Cardiology, dan Heart Failure Society of America tahun 2022.
“Hasil penelitian menunjukkan perbaikan survival rate pada pasien yang menggunakan LVAD Heartmate III sejumlah 83% dibandingkan dengan survival rate transplantasi jantung 82%,” ungkap dr. Lim Choon Pin.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, dan gagal jantung terdeteksi sebanyak 15 dari 1.000 penduduk atau sekitar 4.2 juta penduduk. Selain itu, menurut Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2019, sebanyak 14.4% penyebab kematian di Indonesia terjadi karena penyakit jantung koroner yang berujung pada gagal jantung.