HUT ke-78 RI, Ini 7 Tempat Wisata untuk Mengenang Sejarah Indonesia
loading...
A
A
A
VOC kemudian membangun kembali benteng tersebut dengan arsitektur khas kolonial Belanda dan mengubah namanya menjadi Fort Rotterdam. Sejak saat itu, Fort Rotterdam menjadi pusat kekuasaan kolonial Belanda di Sulawesi. Sepanjang sejarah Indonesia, benteng ini pernah memiliki beragam fungsi seiring keadaan.
Misalnya, pada saat jatuh ke tangan Belanda, Fort Rotterdam menjadi markas komando pertahanan, kantor pusat perdagangan, dan kediaman pejabat pemerintahan tingkat pusat. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang, tempat ini pernah menjadi kamp tawanan perang pada era Perang Dunia II.
Sejak 1970-an, benteng ini dipugar dan telah diubah fungsinya menjadi pusat budaya, pendidikan, tempat acara musik dan tari, serta tujuan wisata bersejarah.
Foto/Shutterstock Kanok Sulaiman
Lobang Jepang merupakan sebuah terowongan yang dibuat sedalam 60 meter di bawah Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Lokasinya tak terlalu jauh jika Anda berjalan kaki dari Jam Gadang, hanya 15 menit. Sesampainya di sana, Anda bisa memanfaatkan jasa pemandu dengan biaya sekitar Rp60 ribu untuk menemani sekaligus menceritakan kepada Anda tentang sejarah Lobang Jepang.
Kawasan yang pernah dianggap sebagai lubang terpanjang di Asia ini menyimpan catatan sejarah kelam pada masa penjajahan Jepang. Atas instruksi Letjen Moritake Tanabe, Panglima Divisi ke-25 Angkatan Darat Balatentara Jepang, lubang ini dibangun untuk perlindungan pasukan Jepang pada 1944 oleh para pekerja paksa yang berasal dari luar Bukittinggi, seperti Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Lubang ini memiliki 21 lorong cabang yang pernah difungsikan sebagai barak tentara, ruang sidang, kamar komando, pintu penyergapan, pintu pelarian hingga tempat pembantaian. Dari sekitar 6 kilometer, hanya 1,5 kilometer saja yang saat ini dibuka untuk kebutuhan wisata masyarakat umum dan sisanya ditutup oleh pemerintah.
Foto/Flickr Johanes Randy Prakoso
Di tempat inilah, Soekarno bersama keluarganya sempat diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Rumah pengasingan ini jugalah yang mendorong Soekarno bangkit melawan pengawasan Belanda. Selama di pengasingan, ia gemar berkunjung ke kampung-kampung di Ende dan menyapa warga.
Bung Karno juga merenungkan Pancasila yang saat ini menjadi dasar kehidupan bernegara masyarakat Indonesia. Kini, rumah tersebut menjadi salah satu situs sejarah penting negeri ini. Tak jauh dari sana, Anda bisa mampir ke Taman Perenungan Bung Karno di Kelurahan Rukun Lima.
Misalnya, pada saat jatuh ke tangan Belanda, Fort Rotterdam menjadi markas komando pertahanan, kantor pusat perdagangan, dan kediaman pejabat pemerintahan tingkat pusat. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang, tempat ini pernah menjadi kamp tawanan perang pada era Perang Dunia II.
Sejak 1970-an, benteng ini dipugar dan telah diubah fungsinya menjadi pusat budaya, pendidikan, tempat acara musik dan tari, serta tujuan wisata bersejarah.
5. Lobang Jepang, Bukittinggi
Foto/Shutterstock Kanok Sulaiman
Lobang Jepang merupakan sebuah terowongan yang dibuat sedalam 60 meter di bawah Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Lokasinya tak terlalu jauh jika Anda berjalan kaki dari Jam Gadang, hanya 15 menit. Sesampainya di sana, Anda bisa memanfaatkan jasa pemandu dengan biaya sekitar Rp60 ribu untuk menemani sekaligus menceritakan kepada Anda tentang sejarah Lobang Jepang.
Kawasan yang pernah dianggap sebagai lubang terpanjang di Asia ini menyimpan catatan sejarah kelam pada masa penjajahan Jepang. Atas instruksi Letjen Moritake Tanabe, Panglima Divisi ke-25 Angkatan Darat Balatentara Jepang, lubang ini dibangun untuk perlindungan pasukan Jepang pada 1944 oleh para pekerja paksa yang berasal dari luar Bukittinggi, seperti Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Lubang ini memiliki 21 lorong cabang yang pernah difungsikan sebagai barak tentara, ruang sidang, kamar komando, pintu penyergapan, pintu pelarian hingga tempat pembantaian. Dari sekitar 6 kilometer, hanya 1,5 kilometer saja yang saat ini dibuka untuk kebutuhan wisata masyarakat umum dan sisanya ditutup oleh pemerintah.
6. Rumah Pengasingan Bung Karno, Ende
Foto/Flickr Johanes Randy Prakoso
Di tempat inilah, Soekarno bersama keluarganya sempat diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Rumah pengasingan ini jugalah yang mendorong Soekarno bangkit melawan pengawasan Belanda. Selama di pengasingan, ia gemar berkunjung ke kampung-kampung di Ende dan menyapa warga.
Bung Karno juga merenungkan Pancasila yang saat ini menjadi dasar kehidupan bernegara masyarakat Indonesia. Kini, rumah tersebut menjadi salah satu situs sejarah penting negeri ini. Tak jauh dari sana, Anda bisa mampir ke Taman Perenungan Bung Karno di Kelurahan Rukun Lima.