Studi Mengungkap Kaitan Kolesterol Tinggi dan Penyakit Jantung, Penggunakan Statin Dipertanyakan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terdapat hubungan antara kolesterol 'jahat' (LDL-C) dan hasil kesehatan yang buruk, seperti serangan jantung dan stroke. Hal ini berdasarkan studi dari RCSI University of Medicine and Health Sciences yang dipublikasikan dalam jurnal 'JAMA Internal Medicine'.
Penelitian tersebut mempertanyakan kemanjuran statin bila diresepkan dengan tujuan menurunkan LDL-C dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular (CVD).
Pada penelitian sebelumnya, penggunaan statin (sebuah golongan obat yang bekerja menurunkan kadar kolesterol dalam darah) untuk menurunkan LDL-C berdampak positif terhadap hasil kesehatan dan hal ini tercermin dalam berbagai pedoman ahli untuk pencegahan CVD.
Statin umumnya diresepkan oleh dokter dengan sepertiga orang dewasa yang berusia di atas 50 tahun menggunakan statin.
Pada temuan baru, hal ini bertentangan dengan teori dan menemukan bahwa hubungan ini tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya. Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa penurunan LDL-C dengan menggunakan statin mempunyai dampak yang tidak konsisten dan tidak meyakinkan terhadap hasil penyakit CVD seperti infark miokard (MI), stroke dan semua penyebab kematian.
Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa manfaat keseluruhan dari penggunaan statin mungkin kecil dan bervariasi, tergantung pada faktor risiko pribadi seseorang.
Dr Paula Byrne dari HRB Center for Primary Care Research yang berbasis di Departemen Praktek Umum RCSI yang menulis makalah ini mengatakan pesan yang telah lama disampaikan adalah bahwa menurunkan kolesterol akan mengurangi risiko penyakit jantung dan statin membantu mencapai hal ini.
“Namun, penelitian kami menunjukkan bahwa, pada kenyataannya, manfaat penggunaan statin bervariasi dan mungkin tidak terlalu besar,” tutur dia dikutip dari India.com pada Jumat (1/9/2023).
Para peneliti selanjutnya disarankan agar informasi terkini ini harus dikomunikasikan kepada pasien melalui pengambilan keputusan klinis yang terinformasi dan pedoman serta kebijakan klinis yang diperbarui.
Penemuan penting ini merupakan hasil kolaborasi Profesor Susan M Smith, juga RCSI dan peneliti dari University of New Mexico, AS, (Dr Robert DuBroff), Institute for Scientific Freedom di Denmark (Dr Maryanne Demasi), Bond University di Australia (Dr Mark Jones) dan peneliti independen Dr Kirsty O'Brien.
Penelitian tersebut mempertanyakan kemanjuran statin bila diresepkan dengan tujuan menurunkan LDL-C dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular (CVD).
Pada penelitian sebelumnya, penggunaan statin (sebuah golongan obat yang bekerja menurunkan kadar kolesterol dalam darah) untuk menurunkan LDL-C berdampak positif terhadap hasil kesehatan dan hal ini tercermin dalam berbagai pedoman ahli untuk pencegahan CVD.
Statin umumnya diresepkan oleh dokter dengan sepertiga orang dewasa yang berusia di atas 50 tahun menggunakan statin.
Pada temuan baru, hal ini bertentangan dengan teori dan menemukan bahwa hubungan ini tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya. Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa penurunan LDL-C dengan menggunakan statin mempunyai dampak yang tidak konsisten dan tidak meyakinkan terhadap hasil penyakit CVD seperti infark miokard (MI), stroke dan semua penyebab kematian.
Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa manfaat keseluruhan dari penggunaan statin mungkin kecil dan bervariasi, tergantung pada faktor risiko pribadi seseorang.
Dr Paula Byrne dari HRB Center for Primary Care Research yang berbasis di Departemen Praktek Umum RCSI yang menulis makalah ini mengatakan pesan yang telah lama disampaikan adalah bahwa menurunkan kolesterol akan mengurangi risiko penyakit jantung dan statin membantu mencapai hal ini.
“Namun, penelitian kami menunjukkan bahwa, pada kenyataannya, manfaat penggunaan statin bervariasi dan mungkin tidak terlalu besar,” tutur dia dikutip dari India.com pada Jumat (1/9/2023).
Baca Juga
Para peneliti selanjutnya disarankan agar informasi terkini ini harus dikomunikasikan kepada pasien melalui pengambilan keputusan klinis yang terinformasi dan pedoman serta kebijakan klinis yang diperbarui.
Penemuan penting ini merupakan hasil kolaborasi Profesor Susan M Smith, juga RCSI dan peneliti dari University of New Mexico, AS, (Dr Robert DuBroff), Institute for Scientific Freedom di Denmark (Dr Maryanne Demasi), Bond University di Australia (Dr Mark Jones) dan peneliti independen Dr Kirsty O'Brien.
(tdy)