Profil Cucu DI Pandjaitan, Sifra dan Samuel Panggabean yang Sama-Sama Terjun ke Dunia Hukum
loading...
A
A
A
JAKARTA - DI Pandjaitan menjadi salah satu Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa pembunuhan Gerakan 30 September PKI (G3OS/PKI). Kisah memilukan yang terjadi 58 tahun lalu itu tentu masih membekas di benak keturunan DI Pandjaitan, di antaranya Sifra dan Samuel Panggabean.
Sifra yang kini berusia 33 tahun dan Samuel 27 tahun, tentu saja belum lahir ketika G30S/PKI terjadi. Mereka hanya tahu kisah tersebut dari penuturan keluarga yang melihat langsung kejadian berdarah di pagi-pagi buta tersebut.
Diketahui, dalam peristiwa G30S/PKI, DI Pandjaitan ditembak di halaman rumahnya oleh tentara yang mendukung gerakan tersebut, dan tewas di tempat. Kejadian itu disaksikan langsung oleh keluarga sang Pahlawan Revolusi.
Meski kakek mereka dibunuh secara keji, Sifra dan Samuel mengaku, tidak menaruh dendam pada anggota PKI maupun keturunannya. Keduanya ingin melanjutkan hidup tanpa konflik, meski kekejaman PKI telah merenggut nyawa kakek yang tak pernah mereka kenal.
Sifra mendapat gelar Sarjana Hukum dari jurusan Damai dan Resolusi Konflik Universitas Pelita Harapan Jakarta. Ia lulus pada 2013.
Sifra dan Samuel Panggabean. Foto/Instagram Sifra Panggabean
Tak berhenti di situ, Sifra pun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan jurusan yang sama. Wanita yang hobi diving ini menjalani kuliah S-2 dengan bekal beasiswa hingga menerima gelar Magister Pertahanan dari Universitas Pertahanan tahun 2015.
Samuel Panggabean juga menggeluti bidang yang sama. Pria 27 itu merupakan Sarjana Hukum dari Universitas Pelita Harapan Jakarta angkatan 2015 dan lulus pada 2020.
Sama seperti sang kakak, Samuel pun sudah disumpah dan resmi menjadi advokat sejak 2022.
Sadar dirinya merupakan cucu DI Pandjaitan yang gugur demi mempertahankan ideologi Pancasila, Samuel bertekad untuk ikut mendukung kesaktian Pancasila agar terus menjadi dasar negera.
"Bangga dan teguh dalam diri saya, karena saya sebagai keturunan yang menjaga Pancasila," ujar Samuel dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.
Lihat Juga: Tak Lagi Pikirkan Jodoh, Desy Ratnasari Lebih Antusias Nunggu Dapat Cucu: Momong Lebih Seru
Sifra yang kini berusia 33 tahun dan Samuel 27 tahun, tentu saja belum lahir ketika G30S/PKI terjadi. Mereka hanya tahu kisah tersebut dari penuturan keluarga yang melihat langsung kejadian berdarah di pagi-pagi buta tersebut.
Diketahui, dalam peristiwa G30S/PKI, DI Pandjaitan ditembak di halaman rumahnya oleh tentara yang mendukung gerakan tersebut, dan tewas di tempat. Kejadian itu disaksikan langsung oleh keluarga sang Pahlawan Revolusi.
Meski kakek mereka dibunuh secara keji, Sifra dan Samuel mengaku, tidak menaruh dendam pada anggota PKI maupun keturunannya. Keduanya ingin melanjutkan hidup tanpa konflik, meski kekejaman PKI telah merenggut nyawa kakek yang tak pernah mereka kenal.
Profil Sifra dan Samuel Panggabean
Sifra dan Samuel merupakan anak dari Riri Pandjaitan, putri bungsu mendiang DI Pandjaitan. Ayahnya bernama Parlin Panggabean. Sifra diketahui lahir di Jakarta pada 5 April 1990. Ia merupakan praktisi hukum yang telah memiliki lisensi advokat dan membuka biro hukum sendiri.Sifra mendapat gelar Sarjana Hukum dari jurusan Damai dan Resolusi Konflik Universitas Pelita Harapan Jakarta. Ia lulus pada 2013.
Sifra dan Samuel Panggabean. Foto/Instagram Sifra Panggabean
Baca Juga
Tak berhenti di situ, Sifra pun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan jurusan yang sama. Wanita yang hobi diving ini menjalani kuliah S-2 dengan bekal beasiswa hingga menerima gelar Magister Pertahanan dari Universitas Pertahanan tahun 2015.
Samuel Panggabean juga menggeluti bidang yang sama. Pria 27 itu merupakan Sarjana Hukum dari Universitas Pelita Harapan Jakarta angkatan 2015 dan lulus pada 2020.
Sama seperti sang kakak, Samuel pun sudah disumpah dan resmi menjadi advokat sejak 2022.
Sadar dirinya merupakan cucu DI Pandjaitan yang gugur demi mempertahankan ideologi Pancasila, Samuel bertekad untuk ikut mendukung kesaktian Pancasila agar terus menjadi dasar negera.
"Bangga dan teguh dalam diri saya, karena saya sebagai keturunan yang menjaga Pancasila," ujar Samuel dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.
Lihat Juga: Tak Lagi Pikirkan Jodoh, Desy Ratnasari Lebih Antusias Nunggu Dapat Cucu: Momong Lebih Seru
(tsa)