Film Niti Kaweruh, Kisah Perjuangan Masyarakat Tengger Bromo Hadapi Tantangan Pendidikan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), sebuah kemitraan pendidikan antara Australia-Indonesia baru asaja meluncurkan film dokumenter, berjudul "Niti Kaweruh – Menggapai Harapan di Lereng Bromo". Film ini menggambarkan semangat tak kenal menyerah masyarakat Tengger Bromo dalam menghadapi tantangan pendidikan di daerah yang terpencil.
Peluncuran film ini merupakan bagian dari kegiatan Kunjungan Pemantauan Bersama Implementasi Program INOVASI di Jawa Timur yang berlangsung pada 3-4 Oktober 2023 di Sidoarjo dan Probolinggo. Pemantauan ini melibatkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Agama (Kemenag), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Kedutaan Besar Australia.
Erix Hutasoit Communication Manager INOVASI mengatakan Niti Kaweruh yang menjadi judul film dokumenter ini, diambil dari bahasa Suku Tengger yang artinya mencari ilmu yang bermanfaat. “Ini adalah sebuah kisah inspiratif yang membuktikan bahwa semangat dan tekad dapat mengatasi rintangan melalui dedikasi dan kerja keras. Perjuangan Bersama para pemangku kepentingan dalam membentuk masa depan terang bagi generasi mendatang,” papar Erix.Niti Kaweruh merupakan hasil kerja sama antara INOVASI dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo. Film berdurasi 34 menit ini menceritakan upaya Desa Sariwani 2 dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam mengatasi masalah kekurangan guru dan siswa.
Terletak di daerah terpencil yang didominasi oleh Suku Tengger, Desa Sariwani 2 harus menghadapi tantangan pendidikan yang pelik. Akses yang sulit dan kurangnya guru membuat sekolah di puncak Gunung Bromo menjadi 'sekolah kecil.' Namun, melalui pendekatan pembelajaran kelas rangkap (multigrade), mereka berhasil mengatasi hambatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru memberikan pembelajaran yang lebih terfokus pada kebutuhan siswa.
Di sisi lain, jumlah anak yang bersekolah di ini semakin hari semakin sedikit. Pertumbuhan populasi yang melambat dan keenganan orangtua untuk menyekolahkan anaknya, membuat sekolah di puncak Gunung Bromo menjadi ‘sekolah kecil’. “Jika dibiarkan terus menerus, anak-anak suku Tengger di Desa Sariwani terancam hilang dari proses pembelajaran. Itu sama artinya, anak-anak ini akan kehilangan masa depan,” ujar Erix.
Masyarakat Desa Sariwani 2 dan pemerintah daerah menjawab tantangan ini dengan menerapkan pembelajaran kelas rangkap (multigrade). Melalui pendekatan ini, keterbatasan guru dan siswa bisa diatasi. Penerapan pembelajaran kelas rangkap, memungkin guru memberikan pembelajaran yang lebih terfokus pada kebutuhan siswa. “Sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi menolong siswa, daripada sekadar menuntaskan materi belajar. Seiring waktu pendekatan kelas rangkap ternyata sesuai dengan Kurikulum Merdeka,” ujar Erix.
Film "Niti Kaweruh" tidak hanya memikat dengan aspek sinematografi yang indah, tetapi juga dengan cerita humanis yang menyentuh. Rachmadi Widdiharto Direktur Guru Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud Ristek RI, sangat terkesan dengan keberhasilan pelaksanaan metode kelas rangkap di Kabupaten Probolinggo.
"Film ini menggambarkan bagaimana transformasi pembelajaran, bagaimana mengedukasi masyarakat kita untuk tetap mengedepankan pendidikan dan kearifan lokal. Saya kira luar biasa menyaksikan bagaimana transformasi ini bisa dilakukan. Kita juga telah menyaksikan bagaimana INOVASI membuat semacam terobosan dengan multigrade teaching, “papar Rachmadi.
Lebih lanjut Rachmadi mengatakan jika dikaitkan dengan Kurikulum Merdeka , multigrade dapat memastikan keberlanjutan pembelajaran (learning continue) meskipun ada keterbatasan-keterbatasan. “Kalau kita coba kaitkan dengan Kurikulum Merdeka ini akan mengawal learning journey anak-anak kita,” ujarnya.
Peluncuran film ini merupakan bagian dari kegiatan Kunjungan Pemantauan Bersama Implementasi Program INOVASI di Jawa Timur yang berlangsung pada 3-4 Oktober 2023 di Sidoarjo dan Probolinggo. Pemantauan ini melibatkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Agama (Kemenag), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Kedutaan Besar Australia.
Erix Hutasoit Communication Manager INOVASI mengatakan Niti Kaweruh yang menjadi judul film dokumenter ini, diambil dari bahasa Suku Tengger yang artinya mencari ilmu yang bermanfaat. “Ini adalah sebuah kisah inspiratif yang membuktikan bahwa semangat dan tekad dapat mengatasi rintangan melalui dedikasi dan kerja keras. Perjuangan Bersama para pemangku kepentingan dalam membentuk masa depan terang bagi generasi mendatang,” papar Erix.Niti Kaweruh merupakan hasil kerja sama antara INOVASI dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo. Film berdurasi 34 menit ini menceritakan upaya Desa Sariwani 2 dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam mengatasi masalah kekurangan guru dan siswa.
Baca Juga
Terletak di daerah terpencil yang didominasi oleh Suku Tengger, Desa Sariwani 2 harus menghadapi tantangan pendidikan yang pelik. Akses yang sulit dan kurangnya guru membuat sekolah di puncak Gunung Bromo menjadi 'sekolah kecil.' Namun, melalui pendekatan pembelajaran kelas rangkap (multigrade), mereka berhasil mengatasi hambatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru memberikan pembelajaran yang lebih terfokus pada kebutuhan siswa.
Di sisi lain, jumlah anak yang bersekolah di ini semakin hari semakin sedikit. Pertumbuhan populasi yang melambat dan keenganan orangtua untuk menyekolahkan anaknya, membuat sekolah di puncak Gunung Bromo menjadi ‘sekolah kecil’. “Jika dibiarkan terus menerus, anak-anak suku Tengger di Desa Sariwani terancam hilang dari proses pembelajaran. Itu sama artinya, anak-anak ini akan kehilangan masa depan,” ujar Erix.
Masyarakat Desa Sariwani 2 dan pemerintah daerah menjawab tantangan ini dengan menerapkan pembelajaran kelas rangkap (multigrade). Melalui pendekatan ini, keterbatasan guru dan siswa bisa diatasi. Penerapan pembelajaran kelas rangkap, memungkin guru memberikan pembelajaran yang lebih terfokus pada kebutuhan siswa. “Sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi menolong siswa, daripada sekadar menuntaskan materi belajar. Seiring waktu pendekatan kelas rangkap ternyata sesuai dengan Kurikulum Merdeka,” ujar Erix.
Film "Niti Kaweruh" tidak hanya memikat dengan aspek sinematografi yang indah, tetapi juga dengan cerita humanis yang menyentuh. Rachmadi Widdiharto Direktur Guru Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud Ristek RI, sangat terkesan dengan keberhasilan pelaksanaan metode kelas rangkap di Kabupaten Probolinggo.
"Film ini menggambarkan bagaimana transformasi pembelajaran, bagaimana mengedukasi masyarakat kita untuk tetap mengedepankan pendidikan dan kearifan lokal. Saya kira luar biasa menyaksikan bagaimana transformasi ini bisa dilakukan. Kita juga telah menyaksikan bagaimana INOVASI membuat semacam terobosan dengan multigrade teaching, “papar Rachmadi.
Lebih lanjut Rachmadi mengatakan jika dikaitkan dengan Kurikulum Merdeka , multigrade dapat memastikan keberlanjutan pembelajaran (learning continue) meskipun ada keterbatasan-keterbatasan. “Kalau kita coba kaitkan dengan Kurikulum Merdeka ini akan mengawal learning journey anak-anak kita,” ujarnya.