Apa Itu Makanan Ultra Olahan? Picu Serangan Jantung dan Stroke

Rabu, 25 Oktober 2023 - 09:36 WIB
loading...
Apa Itu Makanan Ultra Olahan? Picu Serangan Jantung dan Stroke
Banyak orang yang secara teratur mengonsumsi makanan ultra-olahan dan ini lebih memungkinkan terkena serangan jantung atau stroke. Foto/diabetes.co.uk
A A A
JAKARTA - Banyak orang yang secara teratur mengonsumsi makanan ultra-olahan dan ini lebih memungkinkan terkena serangan jantung atau stroke.

Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat permintaan yang sangat besar terhadap produk ultra-olahan , seperti minuman bersoda, sereal, protein batangan dan makanan siap saji.

Dilansir diabetes.co.uk pada Selasa (23/10/2023), para peneliti mengatakan bahwa makanan ultra-olahan merupakan separuh dari pola makan seseorang di AS dan Inggris, terutama mereka yang berasal dari lingkungan miskin.



Dalam sebuah penelitian, tim akademisi meneliti asupan makanan dan minuman 10 ribu wanita serta menganalisis kesehatan mereka.

Para peneliti menemukan bahwa wanita yang sering mengonsumsi makanan ultra-olahan memiliki risiko 39% lebih besar terkena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan mereka yang pola makannya lebih sehat.

Dikenal juga sebagai hipertensi, tekanan darah tinggi dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, demensia vaskular, dan aneurisma aorta, demikian laporan penelitian tersebut.

Sebagai bagian dari penyelidikan lain, para peneliti mengamati pola makan dan kesehatan 325 ribu orang.

Dari penelitian tersebut, mereka menemukan bahwa partisipan yang rutin mengonsumsi makanan ultra-olahan berisiko 24% lebih besar mengalami komplikasi kardiovaskular, seperti serangan jantung, angina, dan stroke.

Biasanya, makanan ultra-olahan memiliki lima bahan atau lebih. Bahan-bahan tersebut cenderung mengandung banyak bahan aditif dan bahan-bahan yang biasanya tidak digunakan dalam masakan rumahan, seperti bahan pengawet, pengemulsi, pemanis, serta pewarna dan perasa buatan.

Makanan ultra-olahan mengandung sedikit serat dan nutrisi yang terdapat dalam makanan segar, termasuk yoghurt tawar, roti buatan sendiri, serta buah dan sayuran.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa orang yang rutin mengonsumsi makanan ultra-olahan lebih berisiko terkena diabetes tipe 2, kanker, dan obesitas.

Kepala penulis studi pertama, Anushriya Pant mengatakan banyak orang tidak menyadari bahwa makanan yang mereka anggap sehat, seperti sandwich, wraps, sup, dan yoghurt rendah lemak yang dibeli di toko, sebenarnya adalah makanan ultra-olahan.

“Bisa jadi makanan yang Anda anggap sehat justru berkontribusi terhadap terjadinya tekanan darah tinggi. Wanita biasanya makan lebih banyak makanan ultra-olahan dibandingkan pria,” ucap Anushriya.

Sementara, pakar makanan ultra-olahan, Dr Chris van Tulleken mengatakan temuan dari makalah baru ini sepenuhnya konsisten dengan penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi makanan ultra-olahan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.



“Sebagian besar makanan tersebut dikenal sebagai 'makanan cepat saji', tetapi ada banyak UPF organik, yang dijual bebas, dan 'etis' yang mungkin dijual sebagai makanan sehat, bergizi, ramah lingkungan, atau berguna untuk menurunkan berat badan. Hampir setiap makanan yang disertai klaim kesehatan pada kemasannya adalah makanan ultra-olahan,” tuturnya.

“Sekarang ada bukti signifikan bahwa produk-produk ini mengobarkan usus, mengganggu regulasi nafsu makan, mengubah kadar hormon dan menyebabkan banyak sekali efek lain yang mungkin meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit lain seperti halnya merokok,”kata dia lagi.

Mantan penasihat pemerintah di bidang pangan, Henry Dimbleby mengatakan penelitian yang disajikan merupakan penelitian pertama yang menunjukkan bahwa dampak buruk yang disebabkan oleh makanan ultra-olahan mungkin lebih dari sekadar tingginya kandungan lemak, gula, dan garam dalam produk tersebut.

“Ini menunjukkan ada hal lain yang sedang terjadi. Mengingat makanan ultra-olahan menyumbang 55% dari pola makan kita, hal ini harus menjadi peringatan,” ujar dia.

“Jika ada sesuatu yang berbahaya dalam pengolahan makanan, maka itu adalah bencana. Inggris sangat buruk dalam hal makanan ultra-olahan. Hal ini menyimpan masalah untuk masa depan. Jika kita tidak melakukan apa pun, gelombang besar kerugian akan menimpa NHS,” ucapnya lagi.

Dr Sonya Babu-Narayan, Associate Medical Director di British Heart Foundation mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami hubungan antara makanan ultra-olahan dan penyakit kardiovaskular.

“Misalnya, kita tidak tahu sejauh mana hal ini disebabkan oleh bahan tambahan buatan atau tingginya kadar garam, gula, dan lemak yang cenderung dikandung makanan ini,” tutur Sonya.

“Kita tahu bahwa dunia di sekitar kita tidak selalu memudahkan pilihan yang sehat untuk menjadi pilihan yang mudah diakses dan terjangkau. Sebaliknya, makanan yang kurang sehat sering kali menjadi pusat perhatian. Untuk mengatasi hal ini, kita memerlukan strategi komprehensif yang menciptakan lingkungan yang dapat mendukung masyarakat untuk berumur panjang dan sehat,” ucapnya lagi.
(tdy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1948 seconds (0.1#10.140)