Atasi Rasa Bosan, Anak-Anak Bisa Konsumsi Kalori Lebih Banyak

Minggu, 29 Oktober 2023 - 15:47 WIB
loading...
Atasi Rasa Bosan, Anak-Anak Bisa Konsumsi Kalori Lebih Banyak
Penelitian menunjukkan bahwa rasa bosan mempengaruhi anak untuk mengonsumsi lebih banyak kalori. Hal ini berdasarkan studi di Aston University. Foto/ Unsplash.
A A A
JAKARTA - Penelitian menunjukkan bahwa rasa bosan mempengaruhi anak untuk mengonsumsi lebih banyak kalori .

Para peneliti dari Aston University menemukan bahwa anak-anak dengan usia empat tahun mengonsumsi 79% lebih banyak kalori saat bosan dibandingkan saat mereka tidak bosan.

Meskipun kebosanan merupakan emosi umum yang dialami oleh banyak anak-anak, hingga saat ini belum ada penelitian yang meneliti secara eksperimental seberapa banyak anak makan saat bosan.

Rata-rata penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang merasa bosan mengonsumsi 95 kkal padahal sudah kenyang, dibandingkan dengan anak-anak dalam kondisi suasana hati netral yang hanya mengonsumsi 59 kkal.



Dilansir hindustan times pada Minggu (29/10/2023), perilaku makan anak-anak dibentuk oleh genetika, temperamen, dan berbagai faktor lainnya, termasuk praktik pemberian makan yang mereka alami.

Dalam penelitian sebelumnya, penulis telah mengeksplorasi perilaku yang membuat anak lebih cenderung makan ketika mereka mengalami emosi negatif.

Sering kali ketika anak-anak mengalami emosi negatif seperti bosan atau sedih, orang dewasa akan menggunakan makanan untuk menenangkan mereka. Namun, perilaku ini, yang dikenal sebagai pemberian makan secara emosional, nampaknya meningkatkan kemungkinan anak-anak makan lebih banyak ketika mereka sedang kesal, dan berpotensi mengajarkan anak-anak untuk mencari makanan ketika suasana hati mereka sedang buruk.

Sebagai bagian dari penelitian, para peneliti bertanya kepada orangtua tentang praktik pemberian makan yang mereka lakukan terhadap anak mereka dan tentang temperamen anak mereka. Anak-anak dan orangtua diberi makanan standar yang mereka makan sampai kenyang.

Anak-anak kemudian mengikuti serangkaian kondisi sehari-hari di mana suasana hati mereka dinilai dan salah satu kondisi tersebut membosankan bagi anak-anak. Para peneliti menemukan bahwa jika orang tua sering melaporkan menggunakan makanan untuk menenangkan emosi anak mereka dan anak mereka sangat emosional, maka anak-anak tersebut mengonsumsi kalori lima kali lebih banyak ketika merasa bosan (104 kkal) dibandingkan dengan suasana hati netral (21 kkal).

“Jika anak-anak mengonsumsi lebih banyak kalori dalam satu kali kebosanan yang terjadi di laboratorium (dalam waktu empat menit), mengingat kebosanan adalah emosi yang umum dialami anak-anak, maka potensi kelebihan asupan kalori sebagai respons terhadap rasa bosan dalam satu kali kejadian tersebut akan sangat besar satu hari, satu minggu, atau satu tahun, berpotensi sangat signifikan dalam lingkungan yang berlimpah makanan,” kata penelitian perintis yang dipimpin Dr Rebecca Stone sebagai bagian dari program PhD-nya.

"Studi sebelumnya tentang apa yang dapat mempengaruhi perilaku makan pada anak-anak cenderung didasarkan pada kuesioner, dengan semua suasana hati negatif, termasuk kesedihan, kemarahan dan kecemasan, dikelompokkan bersama. Kebosanan mudah dikenali, dan umumnya mudah diperbaiki, jadi membantu orang tua mengatasi kebosanan anak tanpa menggunakan makanan akan menjadi cara yang berpotensi membantu mengurangi ngemil yang kurang sehat,” ujar dia lagi.

Dr Stone menekankan bahwa pengalaman mengalami kebosanan penting dalam pengembangan rasa percaya diri dan kreativitas anak, sehingga tidak menyarankan agar anak dapat atau sebaiknya menghindari rasa bosan.

Sebaliknya, dia menyarankan bahwa anak-anak perlu belajar untuk mengalami kebosanan tanpa beralih ke makanan dan bahwa orangtua dapat mencoba mengalihkan perhatian anak mereka dari makanan ketika merasa bosan atau menata ulang lingkungan makanan di rumah untuk memperkecil kemungkinan anak-anak beralih ke makanan ketika mereka merasa bosan.



Profesor Farrow menambahkan, biasanya anak-anak cenderung beralih ke makanan ketika bosan dan beberapa anak lebih cenderung melakukan hal ini dibandingkan yang lain. Ini adalah penelitian pertama yang menguji hal ini secara eksperimental di laboratorium.

“Meskipun tampaknya ada perbedaan individu antara anak-anak dalam hal makan ketika bosan, akan sangat membantu jika kita mengetahui bahwa praktik pemberian makan yang dilakukan orang dewasa di sekitar makanan mungkin menentukan kemungkinan terjadinya hal ini,” ujarnya.
(tdy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1277 seconds (0.1#10.140)