Jelang Pemilu 2024, Anak Muda Tidak Boleh Golput dan Asal Pilih Pemimpin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anak muda memegang peran penting dalam pemilihan umum (Pemilu) 2024 lantaran banyak partai politik yang mengincar suara kelompok ini. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat bahwa 52 persen adalah pemilih muda.
Sehingga penting bagi anak muda untuk tidak golongan putih (golput) dan asal memilih pemimpin. Sayangnya, banyak anak muda Indonesia apatis terhadap politik di Indonesia ini.
Public Affairs Lead Think Policy Lutfi Nugroho mengatakan sikap para anak muda ini merupakan salah satu bentuk ketidak sukaan dan kekecewaan mereka terhadap politik di Indonesia. Hal tersebut tentu tidak boleh dibiarkan.
Sebab, satu suara sangat berharga dalam pemilu kali ini. Seluruh masyarakat Indonesia harus berbondong-bondong memilih pemimpin negara yang memiliki kebijakan untuk memajukan Indonesia.
Perlu diketahui, jika masyarakat tidak menggunakan hak suaranya dengan bijak, maka bisa jadi kepemimpinan Indonesia jatuh di tangan orang yang salah. Sehingga membuat negara ini tidak akan maju.
“Pemilu kali ini sangat penting buat Indonesia karena lompatannya sampai 2030. Di mana tahun itu menjadi puncak dari tahun demografi. Kalau sampai kita meleset, Indonesia akan terjebak menjadi negara middle income forever,” kata Founder OMG Consulting dan Co-Founder Inspigo Yoris Sebastian di Kemenpora, Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Ada dua kesalahan yang harus dihindari oleh pemilih muda saat pemilu 2024 mendatang. Pertama, golput. Di mana seseorang tidak memilih atau memberikan hak suara untuk siapapun yang dicalonkan sebagai pemimpin.
Sementara kelompok kedua yakni pemilih muda yang memilih Presiden, Wakil Presiden, dan anggota legislatif tanpa mengenal mereka dengan benar. Baik itu dalam rekam jejaknya selama di dunia politik, maupun kebijakan-kebijakan yang mereka rencanakan untuk direalisasikan pada masa kepemimpinannya kelak.
“Jangan sampai anak muda melihat casingnya. Jangan sampai anak muda hanya melihat gimick-gimicknya,” jelasnya.
Yoris mengimbau agar anak muda memilih pemimpin hanya karena pemimpin tersebut memiliki paras rupawan dan masih muda, sehingga akan menyuarakan kebijakan anak-anak muda saat ini. Selain itu, jangan sampai anak muda terpengaruh dengan gimmick yang mendukung dan mendengarkan anak muda, namun pada kenyataanya kebijakan yang dibuat jauh dari anak muda.
“Di luar negeri banyak loh yang mungkin secara usia dia sudah tidak muda lagi tapi dia konsisten menyuarakan suara-suara anak muda," ujarnya.
Untuk itu, dalam waktu beberapa bulan ini, Yoris berharap anak muda bisa mulai mengenal dan mempelajari calon-calon pemimpin yang nantinya akan dia pilih.
Dengan begitu, para pemilih muda akan mengetahui calon Presiden, calon Wakil Presiden, serta calon legislatif yang tepat untuk menjalankan kebijakan mendorong Indonesia lebih maju pada 2030. Jika hal tersebut tercapai, maka Indonesia bisa mewujudkan cita-cita menjadi negara maju pada 2045 mendatang.
“Itu dia bagaimana kita harus kritis dengan melihat data-data agar 14 Februari nanti," pungkasnya.
Lihat Juga: Nongkrong Bareng AMANAH, Thariq Halilintar dan Aaliyah Massaid Dorong Anak Muda Aceh Terus Berkarya
Sehingga penting bagi anak muda untuk tidak golongan putih (golput) dan asal memilih pemimpin. Sayangnya, banyak anak muda Indonesia apatis terhadap politik di Indonesia ini.
Public Affairs Lead Think Policy Lutfi Nugroho mengatakan sikap para anak muda ini merupakan salah satu bentuk ketidak sukaan dan kekecewaan mereka terhadap politik di Indonesia. Hal tersebut tentu tidak boleh dibiarkan.
Sebab, satu suara sangat berharga dalam pemilu kali ini. Seluruh masyarakat Indonesia harus berbondong-bondong memilih pemimpin negara yang memiliki kebijakan untuk memajukan Indonesia.
Perlu diketahui, jika masyarakat tidak menggunakan hak suaranya dengan bijak, maka bisa jadi kepemimpinan Indonesia jatuh di tangan orang yang salah. Sehingga membuat negara ini tidak akan maju.
“Pemilu kali ini sangat penting buat Indonesia karena lompatannya sampai 2030. Di mana tahun itu menjadi puncak dari tahun demografi. Kalau sampai kita meleset, Indonesia akan terjebak menjadi negara middle income forever,” kata Founder OMG Consulting dan Co-Founder Inspigo Yoris Sebastian di Kemenpora, Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Ada dua kesalahan yang harus dihindari oleh pemilih muda saat pemilu 2024 mendatang. Pertama, golput. Di mana seseorang tidak memilih atau memberikan hak suara untuk siapapun yang dicalonkan sebagai pemimpin.
Sementara kelompok kedua yakni pemilih muda yang memilih Presiden, Wakil Presiden, dan anggota legislatif tanpa mengenal mereka dengan benar. Baik itu dalam rekam jejaknya selama di dunia politik, maupun kebijakan-kebijakan yang mereka rencanakan untuk direalisasikan pada masa kepemimpinannya kelak.
“Jangan sampai anak muda melihat casingnya. Jangan sampai anak muda hanya melihat gimick-gimicknya,” jelasnya.
Yoris mengimbau agar anak muda memilih pemimpin hanya karena pemimpin tersebut memiliki paras rupawan dan masih muda, sehingga akan menyuarakan kebijakan anak-anak muda saat ini. Selain itu, jangan sampai anak muda terpengaruh dengan gimmick yang mendukung dan mendengarkan anak muda, namun pada kenyataanya kebijakan yang dibuat jauh dari anak muda.
“Di luar negeri banyak loh yang mungkin secara usia dia sudah tidak muda lagi tapi dia konsisten menyuarakan suara-suara anak muda," ujarnya.
Untuk itu, dalam waktu beberapa bulan ini, Yoris berharap anak muda bisa mulai mengenal dan mempelajari calon-calon pemimpin yang nantinya akan dia pilih.
Dengan begitu, para pemilih muda akan mengetahui calon Presiden, calon Wakil Presiden, serta calon legislatif yang tepat untuk menjalankan kebijakan mendorong Indonesia lebih maju pada 2030. Jika hal tersebut tercapai, maka Indonesia bisa mewujudkan cita-cita menjadi negara maju pada 2045 mendatang.
“Itu dia bagaimana kita harus kritis dengan melihat data-data agar 14 Februari nanti," pungkasnya.
Lihat Juga: Nongkrong Bareng AMANAH, Thariq Halilintar dan Aaliyah Massaid Dorong Anak Muda Aceh Terus Berkarya
(dra)