Kenali Gejala Penyakit Batu Ginjal dan Pengobatan Operasi Terkini

Jum'at, 07 Agustus 2020 - 12:16 WIB
loading...
Kenali Gejala Penyakit...
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Waspadalah jika mengalami nyeri pinggang, kencing darah, hingga demam dan nyeri saat berkemih. Bisa jadi itu gejala staghorn stone . Teknik operasi terkini menawarkan luka operasi minimal untuk menghancurkan staghorn stone.

Staghorn stone atau batu tanduk rusa ginjal merupakan salah satu batu ginjal yang bentuknya menyerupai tanduk, dan mempunyai cabang-cabang yang terdapat di pelvis renalis sampai mengenai dua atau lebih kaliks renalis (bagian terdalam ginjal yang berbentuk corong) sehingga membentuk gambaran seperti tanduk rusa. Besar kecilnya batu ini tergantung dari ukuran ginjal.

Hingga saat ini, masih belum ada data mengenai prevalensi batu tanduk rusa di Indonesia, tetapi menurut data RISKESDAS tahun 2013, prevalensi batu ginjal di Indonesia adalah 0,6%. Batu tanduk rusa ini amat rentan dialami pasien yang memiliki riwayat keturunan saluran kemih, asam urat, infeksi saluran kemih, ginjal tunggal, obesitas dan sindrom metabolik. (Baca: Pria Uighur Sebar Video Kehidpuan dalam Kamp Tahanan China)

Selain itu, rentan pula bagi mereka yang memiliki penyakit lain seperti; hiperparatiroidisme (kelebihan hormon yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid), penyakit ginjal polikistik, penyakit pencernaan (reseksi usus, penyakit chron, gangguan absorpsi), dan kelainan saraf tulang belakang. Masalahnya, pasien staghorn stone seringkali tidak merasakan adanya gejala ataupun keluhan. Jikapun ada seringkali tidak disadari.

“Makanya batu ginjal bisa menjadi besar. Jika batunya masih kecil ada keluhan, biasanya akan ke dokter dan langsung diterapi sebelum menjadi besar,” beber dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D dalam Virtual Media Briefing.

Terdapat beberapa gejala yang perlu diwaspadai, yaitu nyeri pinggang yang hilang timbul tanpa dipengaruhi gerakan, kencing warna merah atau kencing darah, kencing keruh berpasir atau keluar batu kecil, dan bila sudah lanjut karena infeksi penderita akan merasakan demam dan nyeri saat berkemih.

Adapun teknik operasi untuk menghancurkan batu tanduk rusa ginjal Indonesia kini dapat dilakukan tanpa radiasi. Teknik operasi yang dilakukan dengan luka operasi minimal ini yaitu Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL). Dimana teknik ini tidak lagi menggunakan x-ray melainkan dengan ultrasonografi (USG) sehingga risiko paparan radiasi nol dan meminimalisasi obat-obatan terkait sehingga relatif menghemat biaya yang dikeluarkan.

Pada Operasi PCNL bebas x-ray ini, saat membuat akses ke ginjal, biasanya menggunakan ballon dilator yang sekali pakai dan harganya cukup mahal. Sebaliknya, teknik operasi yang dikembangkan dr. Ponco ini, menggunakan Alken Telecopic Metal Dilator yang dapat digunakan berkali kali sehingga lebih ekonomis dari segi biaya. (Baca juga: Di Ambang Resesi, Misbakhun Usul Listrik hingga Cicilan Mobil Dibayar Negara)

Teknik ini sudah di laporkan dalam dua jurnal ilmiah bereputasi internasional yaitu Research and Reports in Urology tahun 2020 dan International Urology and Nephrology tahun 2020. Sejauh ini belum pernah ada yang melaporkan teknik operasi PCNL bebas X ray dengan menggunakan Alken Telescopic Metal Dilator.
Dapat dikatakan bahwa publikasi di Jurnal Research and Reports in Urology yang ditulis oleh Dr. Ponco Birowo dan kawan-kawan adalah laporan pertama yang menggunakan teknik ini di dunia.

Dalam kesempatan terpisah, dr. Aida Lydia, PhD., SpPD-KGH menyebutkan penyakit ginjal bisa dicegah dengan cara menjaga hidup sehat yaitu melakukan aktivitas fisik teratur, mengontrol tekanan darah dan gula darah, menjaga berat badan ideal dan makan makanan yang sehat, minum air yang cukup, tidak merokok, tidak mengonsumsi obat-obatan secara bebas tanpa resep dokter, dan memeriksa fungsi ginjal terutama apabila berisiko mendapatkan gangguan ginjal.

Tambah Umur Tambah Berisiko

Usia 55-64 tahun merupakan kelompok yang paling rentan terkena batu tanduk rusa (staghorn stone) dengan prevalensi pada laki-laki 0,8% sementara perempuan 0,4%. Beberapa faktor risiko penyakit ini diantaranya faktor keturunan dengan riwayat saluran kemih, asam urat, infeksi saluran kemih, ginjal tunggal, obesitas dan sindrom metabolik.

Penyakit lain seperti; hiperparatiroidisme, penyakit ginjal polikistik, penyakit pencernaan (reseksi usus, penyakit chron, gangguan absorpsi), kelainan saraf tulang belakang (medula spinalis) dengan gejala seperti sering mengompol (neurogenic bladder). (Baca juga: Pelajar Ditantang Adu Kreatif dengan Konsep Baru)

Dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D mengembangkan teknik operasi bedah minimal PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy) tanpa menggunakan sinar X-ray pada saat mengidentifikasi batu ginjal melainkan dengan bantuan USG. sehingga dapat mengurangi paparan radiasi bagi pasien, juga operator.

Hal ini sangat berguna bagi pasien yang memang sensitif pada kontras, cairan yang digunakan untuk membantu memvisualisasikan struktur organ yang diperiksa. Pasien yang memiliki riwayat azotemia (peningkatan produk nitrogen di darah) juga dapat memilih prosedur ini, karena kontras dapat memicu azotemia.

Pada pasien dengan penyakit ginjal polikistik, penggunaan USG juga memperkecil kemungkinan komplikasi karena penggunaan USG dapat mempermudah prosedur tindakan. “PCNL merupakan teknik pembedahan minimal invasif untuk menghancurkan batu ginjal yang menggunakan jarum (needle) dan guidewire yang ditusukkan ke punggung pasien pada kulit dekat ginjal untuk mengakses ginjal dan saluran kemih bagian atas,” jelas dr. Ponco.

Luka operasi pada teknik ini sekitar 1 cm. Pada prosedur ini diperlukan pencitraan untuk menilai apakah akses ke ginjal sudah tercapai. Bisa menggunakan x-ray dan fluoroscopy ataupun ultrasonografi. Setelah akses tercapai saluran kemih dilebarkan dengan dilator dan dimasukan kamera untuk melihat struktur ginjal. Kemudian batu dihancurkan. “Setelah semua batu dihancurkan, dilakukan pencitraan kembali apakah masih ada batu tersisa atau tidak,” lanjut dr. Ponco. (Lihat videonya: Penutupan Gedung DPRD DKI Jakarta Diperpanjang)

Untuk diketahui, batu tanduk rusa dapat muncul kembali, tetapi hal tersebut dapat dihindari dengan beberapa langkah seperti, mengonsumsi air mineral cukup, mengontrol konsumsi garam, mengontrol konsumsi protein hewani, mengurangi minuman beralkohol, dan banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat.

Dr. Ponco juga merekomendasikan untuk menjaga kebersihan diri guna mengurangi kemungkinan infeksi saluran kemih, serta menambah aktivitas fisik. Yakni dengan melakukan aktivitas intensitas sedang minimal 150 menit per minggu atau aktivitas fisik intensitas berat minimal 75 menit per minggu. “Bisa juga mengombinasi aktivitas intensitas sedang dan berat yang sesuai,“ tutupnya. (Sri Noviarni)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1357 seconds (0.1#10.140)