Review Film Coco

Jum'at, 24 November 2017 - 05:30 WIB
Review Film Coco
Review Film Coco
A A A
JAKARTA - Mencari tontonan anak bermutu saat ini memang sulit. Tak jarang, anak pun terpaksa menonton tontonan yang tidak sesuai usia mereka saat ini sehingga efeknya pun tak terlalu baik bagi perkembangan mereka.

Meski begitu, jika Anda teliti, maka masih ada tontonan yang sesuai usia anak Anda tersedia di bioskop kesayangan Anda. Salah satunya adalah film terbaru produksi Disney—Pixar ini.

Berjudul Coco, film animasi terbaru Disney—Pixar ini adalah salah satu tontonan yang layak Anda nikmati bersama keluarga Anda pada akhir pekan ini. Film yang disutradarai Lee Unkrich ini mulai tayang di bioskop hari ini, Jumat (24/11/2017).

Coco berkisah tentang keluarga Rivera di Meksiko. Mereka sehari-hari hidup sebagai tukang sepatu yang cukup terkenal di negara itu. Meski begitu, salah satu anggota keluarga tersebut, Miguel (Anthony Gonzalez), tidak ingin menjadi tukang sepatu dan ingin mewujudkan impiannya menjadi penyanyi terkenal.

Sayang, keinginan Miguel yang berusia 12 tahun itu ditentang keluarga besarnya. Sudah lama keluarga Rivera melarang musik di tengah keluarga tersebut setelah kakek buyutnya meninggalkan keluarga demi musik. Tapi, Miguel bertekad mewujudkan impiannya tersebut agar bisa menjadi seperti idolanya, Ernesto de la Cruz (Benjamin Bratt).

Saat perayaan Día de los Muertos, Miguel pergi ke pemakaman dan berusaha mencuri gitar Ernesto untuk membuktikan bakat musiknya. Tak disangka, dia seperti terkena kutukan dan bertemu sejumlah keluarganya yang sudah meninggal, termasuk nenek buyutnya, Imelda (Alanna Ubach).

Bersama Imelda dan sejumlah anggota keluarga Rivera yang sudah meninggal, Miguel diajak ke Dunia Orang Mati (Land of the Dead). Di sana, dia bertemu seorang penipu bernama Hector (Gael García Bernal as Hector) yang tidak bisa menyeberang ke Dunia Orang Hidup karena tidak seorang pun mampu mengingatnya.

Imelda berusaha mengembalilkan Miguel ke Dunia Orang Hidup (Land of the Living) dengan syarat dia tidak boleh bermusik lagi. Syarat itu ditolak Miguel dan dia pun kabur. Miguel kemudian mendapatkan bantuan dari Hector untuk berusaha menemui Ernesto yang dia sangka adalah kakek buyutnya alias suami Imelda.

Bersama Hector, petualangan Miguel pun dimulai. Tak disangka, di tengah perjalanan itu, Miguel akhirnya mampu menyibak misteri masa lalu keluarganya.

Judul film ini, Coco, adalah nama anak Imelda dan suaminya atau kakek buyut Miguel. Tokoh ini sudah tua dan renta tapi dia menjadi salah satu tokoh utama di film ini.

Selama 109 menit, penonton akan dimanjakan dengan gambar yang bagus dan cerita yang bakal membuat Anda meneteskan air mata. Teknologi VR yang dipakai dalam film ini membuat gambarnya begitu hidup dengan warna yang menyejukkan meskipun di-setting di dunia orang yang sudah mati.

Coco adalah perpaduan gambar, tokoh dan cerita yang menarik serta menakjubkan. Kisahnya yang sebenarnya sederhana mampu tampil dengan begitu kuat berkat alur yang teratur dan didukung gambar yang memukau.

Coco menawarkan kisah tentang ikatan kuat sebuah keluarga dan usaha keras untuk mewujudkan mimpi. Tapi, pada akhirnya, impian itu bukan apa-apa dibandingkan kekuatan ikatan keluarga.

Coco sepertinya dibuat tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga untuk orang dewasa. Bagi anak-anak, Coco mengajarkan tentang usaha keras untuk mewujudkan impian dan bahwa orang tua pun bisa membantu sang anak untuk meraih impian itu.

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4504 seconds (0.1#10.140)