7 Hal yang Tidak Boleh Dikatakan saat Bertengkar dengan Pasangan

Kamis, 04 Januari 2024 - 00:05 WIB
loading...
7 Hal yang Tidak Boleh Dikatakan saat Bertengkar dengan Pasangan
Ketika pertengkaran dalam hubungan, kata-kata yang diucapkan dapat membuat kondisi lebih baik atau buruk. Saat diucapkan emosi, menyebabkan masalah besar. Foto/Getty Images
A A A
JAKARTA - Ketika pertengkaran muncul dalam suatu hubungan , kata-kata yang diucapkan dapat membuat kondisi menjadi lebih baik atau lebih buruk. Saat diucapkan ketika emosi, kata-kata ini mampu meredakan ketegangan atau menyebabkan masalah besar.

Tujuh frasa sebagai penyebab masalah dalam hubungan mampu mengubah perselisihan biasa menjadi pertengkaran besar-besaran. Memahami mengapa kata-kata ini sebaiknya tidak diucapkan dapat membantu Anda menghindarinya.

Sehingga mengarah pada percakapan yang lebih damai dan saling menghormati dengan pasangan. Berikut hal yang tidak boleh dikatakan saat bertengkar dengan pasangan dilansir dari Times of India, Kamis (4/1/2024).

Hal yang Tidak Boleh Dikatakan saat Bertengkar dengan Pasangan





1. Kamu Selalu atau Kamu Tidak Pernah


Pernyataan-pernyataan absolut ini terlalu menyederhanakan situasi dan mengabaikan kompleksitas perilaku manusia. Hal ini sering kali mengarah pada sikap defensif karena tidak mewakili kenyataan secara akurat. Sebaliknya, fokuslah pada kejadian atau perilaku tertentu tanpa menggeneralisasi.

Hal ini memungkinkan terjadinya diskusi yang lebih beragam mengenai permasalahan yang ada, menumbuhkan pemahaman dan menghindari konflik yang tidak perlu yang berasal dari generalisasi yang bersifat umum.

2. Ini Salahmu


Menyalahkan di saat-saat yang memanas akan menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat, menghalangi peluang untuk saling pengertian. Menyalahkan seseorang tidak hanya menutup kemungkinan komunikasi, namun juga mengalihkan akuntabilitas.

Pendekatan yang lebih efektif adalah dengan membingkai ulang isu-isu sebagai masalah bersama yang memerlukan solusi kolaboratif. Pergeseran perspektif ini dapat mendorong kerja sama dan mencegah permainan menyalahkan agar konflik tidak semakin meningkat.

3. Sudah Ku Bilang Begitu


Ungkapan ini sering kali terkesan merendahkan dan meremehkan, meremehkan pilihan atau tindakan orang lain. Hal ini mengikis rasa pasangan Anda dan melahirkan kebencian. Penting untuk diketahui bahwa setiap orang membuat keputusan berdasarkan pemahaman mereka pada saat itu.

Menghindari kata-kata ini memungkinkan terjadinya dialog yang lebih saling menghormati yang berfokus pada pencarian solusi daripada menyoroti kesalahan masa lalu.



4. Tenang


Meski niatnya baik, mengatakan tenang sering kali membuat perasaan orang lain tidak valid. Hal ini menyiratkan bahwa emosi mereka tidak beralasan atau tidak rasional, sehingga dapat meningkatkan ketegangan. Sebaliknya, menawarkan dukungan dan memvalidasi emosi akan membantu menciptakan ruang aman untuk dialog terbuka.

Sebaliknya, mengakui perasaan mereka dan memberikan kepastian akan menumbuhkan lingkungan yang kondusif untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5. Kamu Bereaksi Berlebihan


Mengabaikan emosi seseorang sebagai sesuatu yang berlebihan berarti meremehkan perasaan dan pengalamannya. Hal ini dapat membuat mereka merasa disalahpahami atau tidak diakui, sehingga memperburuk konflik.

Daripada meredam emosi mereka, memvalidasi perasaan mereka dengan menunjukkan empati dan pengertian akan membuka jalan untuk saling menghormati dan menyelesaikan masalah.

6. Ini Seperti saat


Mengungkit keluhan di masa lalu saat berargumentasi akan mengalihkan fokus dari penyelesaian masalah saat ini ke mengulangi konflik lama. Hal ini mengganggu jalan menuju penyelesaian dan memperpanjang perdebatan dengan mengobarkan kembali ketegangan yang belum terselesaikan.

Sebaliknya, tetap fokus pada masalah saat ini akan memfasilitasi percakapan yang lebih produktif, menghindari jalan memutar yang tidak perlu yang dapat memperburuk situasi.

7. Aku Sudah Selesai Bicara


Menutup komunikasi secara tiba-tiba selama pertengkaran akan menghambat peluang penyelesaian. Ini menunjukkan ketidaktertarikan dalam menemukan titik temu atau memahami sudut pandang orang lain.

Melanjutkan dialog, meskipun terhenti sementara, memungkinkan adanya kemungkinan untuk meninjau kembali permasalahan ini dengan perspektif yang lebih tenang. Sehingga membuka jalan bagi penyelesaian konflik yang konstruktif.

(dra)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1730 seconds (0.1#10.140)