Siti Atikoh Belajar Menyulam Kain Tapis, para Perajin Malah Puji Kecantikan Istri Ganjar

Selasa, 09 Januari 2024 - 16:30 WIB
loading...
Siti Atikoh Belajar Menyulam Kain Tapis, para Perajin Malah Puji Kecantikan Istri Ganjar
Siti Atikoh belajar menyulam kain tapis saat mengunjungi Sentra Industri Tapis Pesawaran di Lampung. Foto/ MPI.
A A A
JAKARTA - Siti Atikoh disambut hangat para perajin kain tapis saat mengunjungi Sentra Industri Tapis Pesawaran di Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Selasa (9/1/2024).

Istri dari capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo itu langsung dikenakan kain tapis hasil karya para perajin di Negeri Katon.

Ya, Negeri Katon merupakan desa yang memiliki nilai adat istiadat yang sangat kental hingga saat ini. Negeri Katon memiliki sentra kerajinan kain tapis yang menjadi khas Lampung.



Siti Atikoh yang mendapat sambutan hangat itu pun menyalami para ibu-ibu sambil berbincang. Bahkan, Istri mantan Gubernur Jawa Tengah itu sempat belajar menyulam.

"Nilainya berapa?" kata Siti Atikoh kepada ibu-ibu tersebut.

"100," jawab seorang perajin bernama Rohailawati yang berusia 72 tahun.

Beberapa pengrajin juga sempat melontarkan pujian kepada Siti Atikoh. "Ibu Atikoh cantik," ucap mereka.

Setelah menyulam, Siti Atikoh melihat Galeri Tapis, yang lokasinya berada di atas bangunan tempat para pengrajin menenun. Dia kemudian berbincang dengan desainer Tapis bernama Haris.

Seusai berbincang dengan Atikoh, Haris menuturkan bahwa kain Tapis sudah terkenal hingga mancanegara.

"Tenun ini sudah mendunia. Kita waktu itu di New York Fashion Week," ungkap Haris.

Selain di Amerika Serikat, kain tapis juga sudah dijajakan ke Eropa hingga jazirah Arab, di antaranya Dubai.

"Netherland, itu di Bandara Netherland dan museum tekstil Netherland sama di Dubai yang sudah ada pasarnya," ucap Haris.



Untuk bisa mengerjakan sebuah kain tapis berkualitas, Haris mengatakan perlu waktu yang cukup lama.

"Pengerjaan tenunnya cuma satu minggu, cuma yang lamanya itu dari sisi pewarnaan benangnya karena dari pewarna alami. Produksinya itu kalau dihitung sampai hasil jadi sama disulam hampir 20 hari," jelas dia.

Namun, kerajinan tangan ini berbuah manis tatkala harga sebuah kain Tapis di pasar internasional dihargai tinggi.

"Untuk harga paling murahnya Rp3,5 juta sampe di angkat Rp7,5 juta," ungkapnya.

Haris mengatakan, Atikoh fokus terhadap pengembangan UMKM yang ada di daerah. Ia mengaku mendapat pesan dari Siti Atikoh agar tenun ini bisa terus digali dan dilestarikan ke generasi muda.

"Pesannya Bu Atikoh, ini terus digali lagi, dilestarikan lagi karena ini hasil 1905 transmigrasi Jawa ke Lampung. Inilah hasilnya," kata Haris.
(tdy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1216 seconds (0.1#10.140)