Apakah Anak dan Remaja Boleh Pakai Retinol agar Tidak Alami Penuaan Dini? Ini Penjelasan Dermatolog
loading...
A
A
A
JAKARTA - Media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap para penggunanya. Terlebih pada anak-anak atau remaja yang sangat mudah terpengaruh tren-tren yang ada di jagat maya itu.
Begitu juga dengan tren kecantikan. Saking banyak tren perawatan antiaging yang berseliweran di media sosial membuat anak-anak berusia 10 tahun mulai menggunakan krim antiaging yang umumnya digunakan oleh orang dewasa.
Dr. Emma Wedgeworth dari British Cosmetic Dermatology Group, turut menyoroti kesalahan tren yang membuat anak berusia 10 tahun menjadi takut penuaan dini dan tanpa konsultasi dengan ahli, langsung memakai produk antiaging.
Bahkan kini anak-anak sudah mulai menerapkan rutinitas penggunaan skincare yang sangat komplek dan mahal. Padahal anak-anak berusia 10 tahun hanya perlu untuk membersihkan wajah dan menggunakan sunscreen ketika beraktivitas di luar ruangan.
“Hal ini sama sekali tidak diperlukan karena anak-anak hanya perlu mencuci muka dengan pembersih lembut bebas pewangi dan menggunakan pelembab ringan, serta tabir surya selama musim panas,” kata Dr. Emma Wedgeworth di laman Daily Mail, dikutip Rabu (17/1/2024).
Penggunaan produk-produk antiaging di kulit anak-anak dapat mengiritasi kulit, menyumbat pori-pori karena membuat kulit memproduksi minyak lebih banyak, hingga memperparah kondisi jerawat. Tak jarang juga anak-anak berusia 10 tahun ditemukan sudah menggunakan produk-produk berbahan retinol yang mengandung vitamin A.
Memang retinol terkenal dengan manfaatnya yang mampu mengatasi penuaan dini. Tetapi jika dipakai pada kulit anak-anak, produk ini dapat menyebabkan pengelupasan, ruam, dan kemerahan.
Dr. Emma Wedgeworth menjelaskan, kulit anak-anak yang masih sangat sensitif hanya perlu memfokuskan perawatan kulit dengan pembersih wajah yang lembut dan melembabkan wajah. Namun, tren di media sosial membuat anak-anak khawatir tentang penuaan diri dan kondisi kulit mereka. Anak-anak juga cenderung membandingkan dirinya dengan para influencer yang mereka lihat di media sosial. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi kesehatan mental anak.
“Tetapi media sosial membuat anak-anak menjadi sangat sadar akan penampilan dan kulit mereka karena mereka membandingkan diri mereka dengan influencer dan hal ini juga mengkhawatirkan kesehatan mental mereka,” tuturnya.
Begitu juga dengan tren kecantikan. Saking banyak tren perawatan antiaging yang berseliweran di media sosial membuat anak-anak berusia 10 tahun mulai menggunakan krim antiaging yang umumnya digunakan oleh orang dewasa.
Dr. Emma Wedgeworth dari British Cosmetic Dermatology Group, turut menyoroti kesalahan tren yang membuat anak berusia 10 tahun menjadi takut penuaan dini dan tanpa konsultasi dengan ahli, langsung memakai produk antiaging.
Bahkan kini anak-anak sudah mulai menerapkan rutinitas penggunaan skincare yang sangat komplek dan mahal. Padahal anak-anak berusia 10 tahun hanya perlu untuk membersihkan wajah dan menggunakan sunscreen ketika beraktivitas di luar ruangan.
“Hal ini sama sekali tidak diperlukan karena anak-anak hanya perlu mencuci muka dengan pembersih lembut bebas pewangi dan menggunakan pelembab ringan, serta tabir surya selama musim panas,” kata Dr. Emma Wedgeworth di laman Daily Mail, dikutip Rabu (17/1/2024).
Penggunaan produk-produk antiaging di kulit anak-anak dapat mengiritasi kulit, menyumbat pori-pori karena membuat kulit memproduksi minyak lebih banyak, hingga memperparah kondisi jerawat. Tak jarang juga anak-anak berusia 10 tahun ditemukan sudah menggunakan produk-produk berbahan retinol yang mengandung vitamin A.
Memang retinol terkenal dengan manfaatnya yang mampu mengatasi penuaan dini. Tetapi jika dipakai pada kulit anak-anak, produk ini dapat menyebabkan pengelupasan, ruam, dan kemerahan.
Dr. Emma Wedgeworth menjelaskan, kulit anak-anak yang masih sangat sensitif hanya perlu memfokuskan perawatan kulit dengan pembersih wajah yang lembut dan melembabkan wajah. Namun, tren di media sosial membuat anak-anak khawatir tentang penuaan diri dan kondisi kulit mereka. Anak-anak juga cenderung membandingkan dirinya dengan para influencer yang mereka lihat di media sosial. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi kesehatan mental anak.
“Tetapi media sosial membuat anak-anak menjadi sangat sadar akan penampilan dan kulit mereka karena mereka membandingkan diri mereka dengan influencer dan hal ini juga mengkhawatirkan kesehatan mental mereka,” tuturnya.
(tsa)