Pandangan Bebas dengan Lasik

Senin, 02 Juli 2018 - 11:41 WIB
Pandangan Bebas dengan...
Pandangan Bebas dengan Lasik
A A A
GANGGUAN penglihatan berimbas pada terganggunya berbagai aktivitas keseharian dan penurunan kualitas hidup. Teknologi lasik dapat menjadi solusi permasalahan tersebut.

Gangguan refraksi merupakan salah satu gangguan penglihatan, yaitu gangguan pembiasan cahaya. Pembiasan itu tidak dapat difokuskan pada retina, meskipun media pembiasannya jernih. Hal ini tentu memiliki dampak negatif pada aktivitas harian yang memerlukan fungsi penglihatan, seperti mobilitas, keikutsertaan dalam kegiatan sosial, dan ranah kualitas hidup lainnya. Otomatis kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan, mengisi waktu luang, atau melakukan aktivitas harian menjadi terhambat. Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi sebesar 42%, diikuti katarak 33%, dan glukoma 2%.

Sedangkan 18% tidak dapat ditentukan dan 1% adalah gangguan penglihatan sejak kanak-kanak. Dr Zoraya Ariefia Feranthy SpM membeberkan, ada bermacam kelainan refraksi yaitu, miopia, bayangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi.Hipermetropi atau hiperopia atau rabun dekat adalah kelainan refraksi mata, di mana bayangan dari sinar yang masuk ke mata jatuh di belakang retina. Terakhir astigmatisme. “Ini adalah gangguan penglihatan yang diakibatkan kelainan pada kelengkungan lensa atau kornea yang berakibat pandangan terdistorsi atau kabur,” kata dr Zoraya.
Adapun pilihan terapi untuk kelainan refraksi yaitu kacamata, lensa kontak, dan bedah refraktif, termasuk di dalamnya lasik, Trans-PRK, PRK, clear lens extraction . Lasik adalah laser assisted keratomileusis yang menggabungkan metode pembuatan flap (lapisan tipis) pada kornea dan laser untuk mengubah kelengkungan kornea sehingga kelainan refraksi dapat terkoreksi.Adapun Trans-PRK adalah suatu inovasi metode mutakhir dalam bedah laser, dimana tidak ada sentuhan ke kornea oleh alat apapun selain laser. Sedangkan PRK atau photorefractive keratectomy adalah metode dengan cara menyingkirkan sel epithelium atau lapisan bening yang berada di permukaan mata dan memperbaiki jaringan kornea dengan laser.
“Beda lagi dengan clear lens extraction (CLE) yang merupakan metode pengeluaran lensa crystalline yang masih jernih,” beber dr Zoraya. Pada kesempatan yang sama, dr Sophia Pujiastuti SpM(K) MM, founder & Ophthalmologist SILC Lasik Center Klinik Mata Cahaya Tijar, mengatakan, kesehatan mata berperan sangat penting dalam kehidupan seseorang karena mata adalah jendela dunia, sebagai pintu masuk informasi sehingga dengan melihat jelas tanpa alat bantu akan menjadikan hidup lebih berkualitas. Dia menjelaskan, lasik yang merupakan teknologi bedah refraktif dikatakan dapat meningkatkan kualitas hidup.Sebab, setelah melakukan tindakan lasik, pasien tidak lagi tergantung pada alat bantu (kacamata dan lensa kontak).

“Hal itu memberikan semangat baru. Namun, ada beberapa syarat dan kriteria dalam melakukan lasik,” ujar dr Sophia. Di antaranya, miopia - 1.00 D sampai -13.00 D, Astigmatisma -1.00 D sampai - 5.00 D, hipermetropia +1.00 D sampai +4.00 D, serta koreksi kelainan refraksi stabil (6-12 bulan).Di samping itu, pasien harus berusia di atas 18 tahun karena ukuran koreksi refraksi atau ukuran kacamatanya belum stabil sehingga dikhawatirkan akan muncul kelainan refraksi/ukuran kacamata baru setelah lasik. Pasien juga diharuskan tidak sedang hamil atau menyusui serta tidak ada kelainan atau gangguan kesehatan, khususnya kesehatan mata seperti katarak, glaukoma, infeksi, atau masalah dengan retina.
Meski demikian, tidak dimungkiri biaya tindakan lasik sangat mahal, yang sekaligus menjadi hambatan individu melakukan tindakan ini. Hambatan lain, takut operasi dan berdasarkan hasil pemeriksaan pralasik dinyatakan tidak layak. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1268 seconds (0.1#10.140)