Benarkah Scaling Bikin Gigi Jadi Renggang? Ini Faktanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Scaling atau membersihkan karang gigi merupakan perawatan yang penting dilakukan secara berkala. Scaling dapat mengangkat karang gigi yang bersumber dari plak atau sisa-sisa makanan yang menempel di gigi dalam jangka waktu lama hingga kemudian mengeras.
Namun, sebagian orang takut untuk melakukan scaling karena dianggap bisa membuat gigi menjadi renggang. Benarkah demikian?
Dokter gigi sekaligus influencer, dr Nurina Khansa Vasthi mengatakan, hal itu tidak benar. Tidak rutin melakukan scaling justru dapat merusak gigi.
“Kalau temen-teman nggak mau scaling karena takut giginya renggang, itu mindset yang terbalik. Justru kalau karang giginya dibiarkan maka akan menyebabkan kerusakan gigi dan lebih parah,” terang dr Khansa, dikutip dari akun TikTok @kanshue, Selasa (20/2/2024).
Dokter Khansa menjelaskan, gigi memiliki jaringan penyangga yang berfungsi menyangga gigi agar tidak goyang atau lepas. Gigi penyangga ini ada beberapa elemen, yakni gusi dan tulang alveolar.
“Karang gigi ini target utamanya adalah menyerang jaringan penyangga, yaitu gusi dan tulang alveolar. Kalau karang gigi menyerang jaringan penyangga, diam-diam menggerogoti gusi dan tulang alveolar kita,” jelas dr Khansa.
“Karena gusi letaknya lebih luar, maka gusi yang terserang duluan. Itulah mengapa kalau ada karang gigi gusinya gampang berdarah, atau sikat gigi berdarah, artinya gusi sedang radang," sambungnya.
Ketika gusi sudah diserang karang gigi dan tidak langsung dibersihkan, maka karang gigi akan mulai menggerogoti tulang alveolar.
“Jadi yang awalnya tulang alveolar mengelilingi gigi, lama-lama akan turun dan semakin turun. Itu yang menyebabkan gigi jadi renggang. Hal itu terjadi karena harusnya space itu diisi oleh tulang alveolar dan gusi, sehingga setelah karang gigi lapas jadi kelihatan kalau gusi dan tulang alveolar renggang,” paparnya.
Lantas, bagaimana bila gigi sudah terlanjur renggang setelah scaling? Menurut dr Khansa, pasien bisa melakukan perawatan lanjutan.
“Kalau sudah parah harus ditangani oleh dokter gigi spesialis periodonsia yang khusus merawat kasus jaringan penyangga,” tutupnya.
Namun, sebagian orang takut untuk melakukan scaling karena dianggap bisa membuat gigi menjadi renggang. Benarkah demikian?
Dokter gigi sekaligus influencer, dr Nurina Khansa Vasthi mengatakan, hal itu tidak benar. Tidak rutin melakukan scaling justru dapat merusak gigi.
“Kalau temen-teman nggak mau scaling karena takut giginya renggang, itu mindset yang terbalik. Justru kalau karang giginya dibiarkan maka akan menyebabkan kerusakan gigi dan lebih parah,” terang dr Khansa, dikutip dari akun TikTok @kanshue, Selasa (20/2/2024).
Dokter Khansa menjelaskan, gigi memiliki jaringan penyangga yang berfungsi menyangga gigi agar tidak goyang atau lepas. Gigi penyangga ini ada beberapa elemen, yakni gusi dan tulang alveolar.
“Karang gigi ini target utamanya adalah menyerang jaringan penyangga, yaitu gusi dan tulang alveolar. Kalau karang gigi menyerang jaringan penyangga, diam-diam menggerogoti gusi dan tulang alveolar kita,” jelas dr Khansa.
“Karena gusi letaknya lebih luar, maka gusi yang terserang duluan. Itulah mengapa kalau ada karang gigi gusinya gampang berdarah, atau sikat gigi berdarah, artinya gusi sedang radang," sambungnya.
Ketika gusi sudah diserang karang gigi dan tidak langsung dibersihkan, maka karang gigi akan mulai menggerogoti tulang alveolar.
“Jadi yang awalnya tulang alveolar mengelilingi gigi, lama-lama akan turun dan semakin turun. Itu yang menyebabkan gigi jadi renggang. Hal itu terjadi karena harusnya space itu diisi oleh tulang alveolar dan gusi, sehingga setelah karang gigi lapas jadi kelihatan kalau gusi dan tulang alveolar renggang,” paparnya.
Lantas, bagaimana bila gigi sudah terlanjur renggang setelah scaling? Menurut dr Khansa, pasien bisa melakukan perawatan lanjutan.
“Kalau sudah parah harus ditangani oleh dokter gigi spesialis periodonsia yang khusus merawat kasus jaringan penyangga,” tutupnya.
(tsa)