Siswa Disabilitas di Gunungkidul Ini Jadi Korban Bullying, Alami Patah Jari hingga Harus Operasi
loading...
A
A
A
JAKARTA – Ran (13) siswa penyandang disabilitas SMP Negeri di Kecamatan Wonosari Gunungkidul terpaksa harus menjalani perawatan di RSUD Wonosari setelah menjadi korban perundungan di sekolah.
Orang tua Ran, Wasido mengatakan, putranya itu harus menjalani operasi pemasangan pen di jari tangannya yang patah.
"Tadi harusnya operasi. Sudah masuk ruang operasi tapi karena batuk maka ndak jadi," kata Wasido.
Dokter kemudian memutuskan untuk kembali mengobservasi anak tersebut sehingga jadwal untuk operasi jari anaknya belum bisa dipastikan. Wasido masih menunggu keputusan dokter yang menangani anaknya tersebut.
Wasido mengatakan sejak lahir, bocah yang duduk di bangku kelas VII SMP ini memang berbeda dengan teman-temannya karena terlahir disabilitas, tangannya hanya satu. Perbedaan inilah yang membuat Ran sering kali mendapatkan perlakukan tidak pantas dari teman-temannya.
Pada Rabu lalu, Ran kembali mendapatkan perlakuan berbeda dari teman-temannya. Informasi yang dia dapat, Ran kembali mendapatkan perundungan oleh temannya.
"Anak saya kan cacat sejak lahir (tidak memiliki tangan kiri), terus diejek-ejek temennya itu. Mungkin Gak terima atau gimana hingga terjadi perlawanan dan berkelahi itu," papar Wasido.
Dalam perkelahian tersebut, Ran mengalami cidera pada salah satu jarinya. Karena mengalami kesakitan hebat, siswa ini kemudian dibawa ke rumah sakit oleh gurunya. Kemudian diminta untuk opname dan melakukan operasi untuk pemasangan pen.
Wasido menjelaskan, biasanya anaknya tersebut tidak melakukan perlawanab. Dan dirinya sudah berpesan agar anaknya tidak melakukan perlawanan ketika mendapat perlakuan perundungan dari teman yang lain.
"Namun ndak tahu apa yang terjadi kemarin hingga membuat anak saya tersebut melakukan perlawanan saat dibullying," ujarnyam
"Sudah saya welingi (berpesan) kalo diejek diam aja ndak usah gimana2 lapor ke guru aja. Mungkin dia gak tahan, kesal karena setiap hari diejek jadi kejadian seperti ini dia melawan. Katanya jarinya kepuntir," jelas dia.
Untuk saat ini, biaya ditanggung mandiri. Sebagai seorang buruh bangunan ia merasa keberatan dengan biaya di rumah sakit sebab tak menggunakan BPJS. Namun saat ini sedang diusahakan untuk Jamkesos dari Dinas Sosial.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, ia belum mengetahui secara pasti langkah kedepannya untuk menuntut tanggung jawab dari keluarga pelaku ataupun akan melaporkan ke pihak berwajib. Pagi tadi, Wasido ke Sekolah untuk membahas permasalahan yang terjadi. Namun memang belum ada titik terang.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul, Nunuk Setyowati membenarkan adanya kejadian perundungan yang terjadi di salah satu SMP Negeri di wilayah Wonosari. Adapun pihaknya telah mengumpulkan keterangan dari berbagai pihak, termasuk dari pihak sekolah.
"Pihak keluarga sudah mediasi dengan pihak sekolah. Saya belum update lebih lanjut lagi mengenai perkembangannya. Nanti saya tak telpon Kepala Sekolah lagi. Untuk proses surat, berkaitan dengan rekomendasi kelanjutannya seperti biaya dan bagaimananya sedang proses," ucap Nunuk saat dikonfirmasi via telpon.
Erfan Erfan
Orang tua Ran, Wasido mengatakan, putranya itu harus menjalani operasi pemasangan pen di jari tangannya yang patah.
"Tadi harusnya operasi. Sudah masuk ruang operasi tapi karena batuk maka ndak jadi," kata Wasido.
Dokter kemudian memutuskan untuk kembali mengobservasi anak tersebut sehingga jadwal untuk operasi jari anaknya belum bisa dipastikan. Wasido masih menunggu keputusan dokter yang menangani anaknya tersebut.
Wasido mengatakan sejak lahir, bocah yang duduk di bangku kelas VII SMP ini memang berbeda dengan teman-temannya karena terlahir disabilitas, tangannya hanya satu. Perbedaan inilah yang membuat Ran sering kali mendapatkan perlakukan tidak pantas dari teman-temannya.
Pada Rabu lalu, Ran kembali mendapatkan perlakuan berbeda dari teman-temannya. Informasi yang dia dapat, Ran kembali mendapatkan perundungan oleh temannya.
"Anak saya kan cacat sejak lahir (tidak memiliki tangan kiri), terus diejek-ejek temennya itu. Mungkin Gak terima atau gimana hingga terjadi perlawanan dan berkelahi itu," papar Wasido.
Dalam perkelahian tersebut, Ran mengalami cidera pada salah satu jarinya. Karena mengalami kesakitan hebat, siswa ini kemudian dibawa ke rumah sakit oleh gurunya. Kemudian diminta untuk opname dan melakukan operasi untuk pemasangan pen.
Wasido menjelaskan, biasanya anaknya tersebut tidak melakukan perlawanab. Dan dirinya sudah berpesan agar anaknya tidak melakukan perlawanan ketika mendapat perlakuan perundungan dari teman yang lain.
"Namun ndak tahu apa yang terjadi kemarin hingga membuat anak saya tersebut melakukan perlawanan saat dibullying," ujarnyam
"Sudah saya welingi (berpesan) kalo diejek diam aja ndak usah gimana2 lapor ke guru aja. Mungkin dia gak tahan, kesal karena setiap hari diejek jadi kejadian seperti ini dia melawan. Katanya jarinya kepuntir," jelas dia.
Untuk saat ini, biaya ditanggung mandiri. Sebagai seorang buruh bangunan ia merasa keberatan dengan biaya di rumah sakit sebab tak menggunakan BPJS. Namun saat ini sedang diusahakan untuk Jamkesos dari Dinas Sosial.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, ia belum mengetahui secara pasti langkah kedepannya untuk menuntut tanggung jawab dari keluarga pelaku ataupun akan melaporkan ke pihak berwajib. Pagi tadi, Wasido ke Sekolah untuk membahas permasalahan yang terjadi. Namun memang belum ada titik terang.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul, Nunuk Setyowati membenarkan adanya kejadian perundungan yang terjadi di salah satu SMP Negeri di wilayah Wonosari. Adapun pihaknya telah mengumpulkan keterangan dari berbagai pihak, termasuk dari pihak sekolah.
"Pihak keluarga sudah mediasi dengan pihak sekolah. Saya belum update lebih lanjut lagi mengenai perkembangannya. Nanti saya tak telpon Kepala Sekolah lagi. Untuk proses surat, berkaitan dengan rekomendasi kelanjutannya seperti biaya dan bagaimananya sedang proses," ucap Nunuk saat dikonfirmasi via telpon.
Erfan Erfan
(tdy)