5 Pahlawan Perempuan yang Memajukan Dunia Pers Indonesia
loading...
A
A
A
Pada 1987, Rohana kemudian dianugerhahi gelar Perintis Pers Indonesia dalam peringatan Hari Pers Nasional ke-3 pada 1987. Pada 2019, Presiden Joko Widodo menganugerahi Rohana dengan gelar pahlawan nasional Indonesia pada perayaan Hari Pahlawan.
2. S. K. TRIMURTI
![5 Pahlawan Perempuan yang Memajukan Dunia Pers Indonesia]()
Foto: Kedaulatan Rakyat
S. K Trimurti, yang punya nama asli Surastri Karma Trimurti, merupakan seorang aktivis, jurnalis, dan advokat kesetaraan gender di Indonesia. Sebagai seorang tokoh yang vokal dalam mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah dan isu-isu sosial di sektiarnya, aktivitas politik dan jurnalistik Trimurti jugalah yang sering membawanya keluar-masuk penjara kolonial di masa penjajahan.
Beberapa contoh perjuangannya adalah menolak setuju pada aturan feodal yang menganggap perempuan yang berpolitik merupakan hal yang tabu, mengkritisi isu-isu adat yang anti-emansipasi perempuan, serta nasib buruk buruh perempuan.
Perjuangan Trimurti bukan cuma lewat tulisannya, tapi juga melalui aktivisme dan penggalangan gerakan di dunia nyata. Dalam usia yang muda, yaitu 21 tahun, Presiden Sukarno meminta Trimurti untuk menjadi pemimpin redaksi majalah Pikiran Rakyat. Sepak terjang Trimurti membuat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menciptakan penghargaan “Trimurti Awards” untuk menghargai karya perempuan jurnalis di Indonesia.
3. RASUNA SAID
![5 Pahlawan Perempuan yang Memajukan Dunia Pers Indonesia]()
Foto: Dok. Kementerian Komunikasi RI
Rasuna Said merupakan perempuan jurnalis asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Selain di dunia jurnalisme, Rasuna juga aktif berkontribusi di organisasi islam dan gerakan perempuan. Ia pernah menjadi pemimpin redaksi majalah Raya, yang merupakan sebuah media perjuangan di Sumatera Barat, redaktur di majalah Suntiang Nagari, serta pendiri majalah mingguan Menara Poetri yang fokus membahas kesetaraan hak perempuan dan semangat anti-kolonialisme di Indonesia pada 1935.
Rasuna disebut-sebut merupakan perempuan Indonesia pertama yang dipenjara atas tuduhan ujaran kebencian dalam jeratan hukum spreekdelict karena sering berorasi untuk menentang pemerintahan dan politik praktis milik kolonial Belanda di Indonesia pada masa penjajahan.
2. S. K. TRIMURTI
.jpg)
Foto: Kedaulatan Rakyat
S. K Trimurti, yang punya nama asli Surastri Karma Trimurti, merupakan seorang aktivis, jurnalis, dan advokat kesetaraan gender di Indonesia. Sebagai seorang tokoh yang vokal dalam mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah dan isu-isu sosial di sektiarnya, aktivitas politik dan jurnalistik Trimurti jugalah yang sering membawanya keluar-masuk penjara kolonial di masa penjajahan.
Beberapa contoh perjuangannya adalah menolak setuju pada aturan feodal yang menganggap perempuan yang berpolitik merupakan hal yang tabu, mengkritisi isu-isu adat yang anti-emansipasi perempuan, serta nasib buruk buruh perempuan.
Perjuangan Trimurti bukan cuma lewat tulisannya, tapi juga melalui aktivisme dan penggalangan gerakan di dunia nyata. Dalam usia yang muda, yaitu 21 tahun, Presiden Sukarno meminta Trimurti untuk menjadi pemimpin redaksi majalah Pikiran Rakyat. Sepak terjang Trimurti membuat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menciptakan penghargaan “Trimurti Awards” untuk menghargai karya perempuan jurnalis di Indonesia.
3. RASUNA SAID

Foto: Dok. Kementerian Komunikasi RI
Rasuna Said merupakan perempuan jurnalis asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Selain di dunia jurnalisme, Rasuna juga aktif berkontribusi di organisasi islam dan gerakan perempuan. Ia pernah menjadi pemimpin redaksi majalah Raya, yang merupakan sebuah media perjuangan di Sumatera Barat, redaktur di majalah Suntiang Nagari, serta pendiri majalah mingguan Menara Poetri yang fokus membahas kesetaraan hak perempuan dan semangat anti-kolonialisme di Indonesia pada 1935.
Rasuna disebut-sebut merupakan perempuan Indonesia pertama yang dipenjara atas tuduhan ujaran kebencian dalam jeratan hukum spreekdelict karena sering berorasi untuk menentang pemerintahan dan politik praktis milik kolonial Belanda di Indonesia pada masa penjajahan.
Lihat Juga :