Hadirkan 15 Band, Imex Digadang Ukir Jejak di Dunia Musik Internasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menggelar Indonesian Music Expo (IMEX) 2024 dengan mengusung tema ‘A Paradise of World Music’ di Bali pada 9-12 Mei 2024. Lewat kegiatan yang dilakukan ini sebagai bentuk memberikan ruang apresiasi bagi musisi seniman etnik dalam memamerkan karyanya.
Selama tiga dekade, genre ‘world music’ mengalami perkembangan yang begitu pesat. Bahkan, mencapai 10 persen dari peredaran uang di pasar musik dunia dengan jumlah kurang lebih 6,5 miliar dolar.
Adapun tujuan IMEX sendiri untuk memperkenalkan serta manjajakan produk world music Nusantara ke pasar dunia dengan cara mengundang para pelaku atau ‘pembeli’ produk world music dari seluruh benua datang dan menyaksikan IMEX.
Harapan IMEX adalah para buyer akan tertarik untuk mengundang grup-grup yang tampil di panggung IMEX ke negara mereka masing-masing. Para ‘pembeli’ ini merupakan kumpulan dari promotor musik, booking agent, produser, pemilik label, direktur festival, direktur pusat kesenian, media TV, radio & daring, anggota organisasi, asosiasi musik, dan termasuk para seniman musik dari negara lain.
“IMEX 2024 menjadi sebuah panggung musisi Indonesia dapat memperlihatkan kemampuan terbaik mereka dan menginspirasi audiens global. Ini adalah momen untuk musik Indonesia berbicara lebih luas dan mengukir jejak di dunia musik internasional,” kata Franki Raden, musisi, etnomusikolog, dan juga pendiri Indonesia Music Expo (IMEX) saat jumpa pers di M Bloc Space, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Franki mengungkapkan grup musik yang terpilih sangat selektif. Belum pernah membuat album rekaman seperti CD atau kaset nggak masalah yang terpenting kemasan musik etnik yang mereka hadirkan fresh dan mempunyai karakter ciri masing masing.
“Dalam era digital sekarang ini yang kami minta rekaman live-nya, bukan rekaman MV atau music video yang bisa saja tidak natural karena kami tidak mau seperti 'membeli kucing dalam karung'. Kriterianya bukan tim kurator kami sendiri yang bikin, melainkan standar internasional WOMEX,”ungkapnya.
Pulau Dewata dikenal sebagai salah satu lokasi pariwisata di Indonesia yang dikenal wisatawan mancanegara. “Kita tahu Bali itu tempat yang sudah dikenal dunia. Kita ingin memperkenalkan world music yang ada di Indonesia untuk pasar internasional,” kata Franki Raden.
Shindu Alpito salah satu kurator menjelaskan ada 124 grup Indonesia yang mendaftar dan terpilih 15 grup. Ia menilai banyak peserta yang memberikan pemaknaan baru world musik. Ketika dikurasi mereka presentasikan musik dari world music.
“Kekayaan musik tradisi Indonesia punya potensi besar dalam khazanah world music. Partisipasi dalam IMEX bukan hanya tentang memperluas panggung performa, tapi juga tentang mengasah dan mematangkan karir musikal. Melalui acara ini kita juga memikirkan setelah acara ini grup yang sudah tampil mau ke mana, bukan sekedar tampil di acara ini saja tapi ada keberlanjutan," kata Shindu Alpito.
Senada, Dzulfikri P. Malawi, anggota tim kurator lain mengungkapkan pihaknya juga punya fokus di kosmetik musiknya bukan hanya melengkapi unsur ke tradisionalan sebuah karya. Ia menyatakan beberapa grup mendaftar sebagai musisi menggunakan karya instrumen tradisional gamelan.
"Keikutsertaan memberikan kesempatan berharga untuk berinteraksi dan mendapatkan pengakuan dari stakeholder industri musik, baik dari dalam maupun luar negeri. Jadi grup atau musisi yang tampil adalah grup yang terjamin pula eksperimen musiknya untuk jangka panjang, bukan sekedar kosmetik atau tempelan. Selama ini terkadang yang diyakini musisi atau grup yang ingin tampil di acara seperti ini adalah memainkan musik populer ditambah suara gamelan. Kami jamin tidak seperti itu," kata Dzulfikri P. Malawi, anggota tim kurator.
Adapun 15 nama yang terpilih dari 124 grup dari seluruh Indonesia yang mendaftar pada ‘Open Call IMEX 2024’ di antaranya adalah Archa (Maluku), Agustian Supriatna Trio (Lampung), Bellacoustic Indonesia (Kalimantan Tengah), Damar Art (Banyuwangi), De Tradisi (Medan), Deka (Bandung), Epo D’Fenomeno (Jayapura), Gamelan Gambang (Bali), Gong Gede (Bali), Ino (Jakarta), Kroncong Sejati (Kediri), Sasando Gong (NTT), Tardigrada (Palu), Varnasvara (Jakarta), dan Walk On Water (Pulau Nias).
Lihat Juga: Ribuan Seniman Internasional Kumpul di Tabanan Bali, Kolaborasi Festival Seni dan Budaya
Selama tiga dekade, genre ‘world music’ mengalami perkembangan yang begitu pesat. Bahkan, mencapai 10 persen dari peredaran uang di pasar musik dunia dengan jumlah kurang lebih 6,5 miliar dolar.
Adapun tujuan IMEX sendiri untuk memperkenalkan serta manjajakan produk world music Nusantara ke pasar dunia dengan cara mengundang para pelaku atau ‘pembeli’ produk world music dari seluruh benua datang dan menyaksikan IMEX.
Harapan IMEX adalah para buyer akan tertarik untuk mengundang grup-grup yang tampil di panggung IMEX ke negara mereka masing-masing. Para ‘pembeli’ ini merupakan kumpulan dari promotor musik, booking agent, produser, pemilik label, direktur festival, direktur pusat kesenian, media TV, radio & daring, anggota organisasi, asosiasi musik, dan termasuk para seniman musik dari negara lain.
“IMEX 2024 menjadi sebuah panggung musisi Indonesia dapat memperlihatkan kemampuan terbaik mereka dan menginspirasi audiens global. Ini adalah momen untuk musik Indonesia berbicara lebih luas dan mengukir jejak di dunia musik internasional,” kata Franki Raden, musisi, etnomusikolog, dan juga pendiri Indonesia Music Expo (IMEX) saat jumpa pers di M Bloc Space, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Franki mengungkapkan grup musik yang terpilih sangat selektif. Belum pernah membuat album rekaman seperti CD atau kaset nggak masalah yang terpenting kemasan musik etnik yang mereka hadirkan fresh dan mempunyai karakter ciri masing masing.
“Dalam era digital sekarang ini yang kami minta rekaman live-nya, bukan rekaman MV atau music video yang bisa saja tidak natural karena kami tidak mau seperti 'membeli kucing dalam karung'. Kriterianya bukan tim kurator kami sendiri yang bikin, melainkan standar internasional WOMEX,”ungkapnya.
Pulau Dewata dikenal sebagai salah satu lokasi pariwisata di Indonesia yang dikenal wisatawan mancanegara. “Kita tahu Bali itu tempat yang sudah dikenal dunia. Kita ingin memperkenalkan world music yang ada di Indonesia untuk pasar internasional,” kata Franki Raden.
Shindu Alpito salah satu kurator menjelaskan ada 124 grup Indonesia yang mendaftar dan terpilih 15 grup. Ia menilai banyak peserta yang memberikan pemaknaan baru world musik. Ketika dikurasi mereka presentasikan musik dari world music.
“Kekayaan musik tradisi Indonesia punya potensi besar dalam khazanah world music. Partisipasi dalam IMEX bukan hanya tentang memperluas panggung performa, tapi juga tentang mengasah dan mematangkan karir musikal. Melalui acara ini kita juga memikirkan setelah acara ini grup yang sudah tampil mau ke mana, bukan sekedar tampil di acara ini saja tapi ada keberlanjutan," kata Shindu Alpito.
Senada, Dzulfikri P. Malawi, anggota tim kurator lain mengungkapkan pihaknya juga punya fokus di kosmetik musiknya bukan hanya melengkapi unsur ke tradisionalan sebuah karya. Ia menyatakan beberapa grup mendaftar sebagai musisi menggunakan karya instrumen tradisional gamelan.
"Keikutsertaan memberikan kesempatan berharga untuk berinteraksi dan mendapatkan pengakuan dari stakeholder industri musik, baik dari dalam maupun luar negeri. Jadi grup atau musisi yang tampil adalah grup yang terjamin pula eksperimen musiknya untuk jangka panjang, bukan sekedar kosmetik atau tempelan. Selama ini terkadang yang diyakini musisi atau grup yang ingin tampil di acara seperti ini adalah memainkan musik populer ditambah suara gamelan. Kami jamin tidak seperti itu," kata Dzulfikri P. Malawi, anggota tim kurator.
Adapun 15 nama yang terpilih dari 124 grup dari seluruh Indonesia yang mendaftar pada ‘Open Call IMEX 2024’ di antaranya adalah Archa (Maluku), Agustian Supriatna Trio (Lampung), Bellacoustic Indonesia (Kalimantan Tengah), Damar Art (Banyuwangi), De Tradisi (Medan), Deka (Bandung), Epo D’Fenomeno (Jayapura), Gamelan Gambang (Bali), Gong Gede (Bali), Ino (Jakarta), Kroncong Sejati (Kediri), Sasando Gong (NTT), Tardigrada (Palu), Varnasvara (Jakarta), dan Walk On Water (Pulau Nias).
Lihat Juga: Ribuan Seniman Internasional Kumpul di Tabanan Bali, Kolaborasi Festival Seni dan Budaya
(atk)