Kasus Langka Bangkit dari Kematian, Ahli Beberkan Teori Penyebabnya

Selasa, 18 Agustus 2020 - 19:25 WIB
loading...
Kasus Langka Bangkit dari Kematian, Ahli Beberkan Teori Penyebabnya
Kondisi bangkit dari kematian atau disebut lazarus syndrome dalam dunia medis bukan hal baru. Foto Ilustrasi/Getty Images
A A A
JAKARTA - Kematian gadis 12 tahun di Probolinggo , Jawa Timur, belum lama ini menghebohkan banyak orang. Pasalnya, saat jenazah dimandikan, gadis tersebut hidup kembali. Ia sempat mendapat perawatan selama satu jam, namun dinyatakan meninggal dunia lagi.

Dalam dunia medis, kondisi bangkit dari kematian atau disebut lazarus syndrome bukan hal baru. Lazarus syndrome didefinisikan sebagai kembalinya sirkulasi spontan yang tertunda (ROSC) setelah cardiopulmonary resuscitation (CPR) berhenti. Dengan kata lain, pasien yang dinyatakan meninggal setelah serangan jantung, mengalami kembalinya aktivitas jantung secara mendadak. ( )

Dilansir dari laman Medical News Today, sejak 1982, ketika fenomena lazarus syndrome pertama kali dijelaskan dalam literatur medis, setidaknya terdapat 38 kasus yang dilaporkan.

Menurut laporan tahun 2007 oleh Vedamurthy Adhiyaman dan rekan, pada sekitar 82% kasus lazarus syndrome hingga saat ini, ROSC terjadi dalam 10 menit setelah CPR dihentikan, dan sekitar 45% pasien mengalami pemulihan neurologis yang baik.

Sebenarnya apa yang menyebabkan lazarus syndrome masih belum jelas, namun ada beberapa teori. Sejumlah peneliti mengatakan, lazarus syndrome mungkin disebabkan oleh penumpukan tekanan di dada yang disebabkan oleh CPR. Setelah CPR dihentikan, tekanan ini secara bertahap dapat dilepaskan dan jantung kembali bekerja.

Teori lain adalah tindakan obat tertunda yang digunakan sebagai bagian dari upaya resusitasi, seperti adrenalin.

“Ada kemungkinan obat yang disuntikkan melalui vena perifer tidak diberikan secara memadai terpusat karena aliran balik vena yang terganggu, dan ketika aliran balik vena membaik setelah menghentikan hiperinflasi dinamis, pemberian obat dapat berkontribusi pada kembalinya sirkulasi,” jelas Adhiyaman dan rekan.

Hiperkalemia di mana kadar kalium dalam darah terlalu tinggi adalah penjelasan lain yang diusulkan untuk lazarus syndrome, karena telah dikaitkan dengan ROSC yang tertunda.

Karena begitu sedikit kasus lazarus syndrome yang dilaporkan, mengungkap mekanisme pasti di balik kondisi tersebut menjadi rumit. Tapi, mungkin bukan apa yang membuat pasien hidup kembali yang harus dikhawatirkan, melainkan kemungkinan mereka sebenarnya belum meninggal .

Lazarus syndrome sangat jarang terjadi. Menurut Adhiyaman dan rekan, beberapa peneliti telah menyarankan agar pasien dimonitor secara pasif selama 10 menit setelah kematian, karena itu adalah kerangka waktu di mana ROSC yang tertunda paling mungkin terjadi. ( )

"Kematian tidak boleh disertifikasi pada pasien manapun segera setelah menghentikan CPR. Seseorang harus menunggu setidaknya 10 menit atau lebih lama, untuk memverifikasi dan memastikan kematian tanpa keraguan," kata peneliti.

Namun, terkait dengan donasi organ, peneliti lain mencatat bahwa menunggu selama 10 menit untuk melihat apakah ROSC mungkin terjadi bisa merugikan. Tapi, para profesional perawatan kesehatan dan peneliti sama-sama sepakat, di zaman sekarang dokter memiliki keahlian dan peralatan medis untuk secara efektif menentukan apakah pasien sudah meninggal atau belum.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3589 seconds (0.1#10.140)