Kisah Inara Bocah 2 Tahun yang Mengidap Penyakit Langka, Sempat Dinyatakan Meninggal selama 48 Menit
loading...
A
A
A
“Habisnya kami bingung. Bapaknya Inara itu ojol, pendapatan tiap harinya aja cuman cukup makan sehari-hari bahkan rumah kita ngontrak 350/bulan. Ongkos untuk tebus obat yang gak dicover BPJS,” ujar Lina.
Uang tersebut sangat dibutuhkan untuk biaya pengobatan Inara sekaligus konsumsi susu khusus yang telah disarankan oleh dokter. Maka mau tidak mau, kedua Orangtua Inara harus menjual berbagai alat elektronik yang ia miliki hingga menghutang.
“Pasca operasi dokter menyarankan Inara harus mengkonsumsi susu khusus sehingga kami rela menjual motor, tv serta lemari es untuk membeli susu inara yang harganya sangat mahal, bahkan sekarang kami banyak ngutang” ujar dia.
Sampai pada suatu hari, tubuh Inara pernah terbujur kaku di kasur dengan berlumur darah di seluruh wajahnya. Melihat kondisi tersebut, banyak orang yang mengejek dan mencaci penampilan fisik Inara.
“Sakit hati. Bullyan dan cacian sudah biasa kami terima dari tetangga dan kerabat, sampai-sampai anak saya di sebut anak monyet karena sering garuk-garuk dan dijauhi oleh semua anak, karena orang tua mereka melarang mendekati anak saya takut menular,” ucap Lina.
Luka di wajah Inara kerap kali terasa gatal hingga sakit. Ketika ia merasakan hal tersebut, Inara hanya bisa menangis sembari merintih kesakitan. Namun usapan ibu dan ayah yang jadi ‘obat’ untuk menenangkannya.
Kedua orang tua Inara berharap doanya dapat menembus langit dan muncul keajaiban, penyakit itu hilang dan sakit yang dirasakan Inara pergi. Sehingga Inara bisa tumbuh seperti anak normal pada umumnya.
Uang tersebut sangat dibutuhkan untuk biaya pengobatan Inara sekaligus konsumsi susu khusus yang telah disarankan oleh dokter. Maka mau tidak mau, kedua Orangtua Inara harus menjual berbagai alat elektronik yang ia miliki hingga menghutang.
“Pasca operasi dokter menyarankan Inara harus mengkonsumsi susu khusus sehingga kami rela menjual motor, tv serta lemari es untuk membeli susu inara yang harganya sangat mahal, bahkan sekarang kami banyak ngutang” ujar dia.
Sampai pada suatu hari, tubuh Inara pernah terbujur kaku di kasur dengan berlumur darah di seluruh wajahnya. Melihat kondisi tersebut, banyak orang yang mengejek dan mencaci penampilan fisik Inara.
“Sakit hati. Bullyan dan cacian sudah biasa kami terima dari tetangga dan kerabat, sampai-sampai anak saya di sebut anak monyet karena sering garuk-garuk dan dijauhi oleh semua anak, karena orang tua mereka melarang mendekati anak saya takut menular,” ucap Lina.
Luka di wajah Inara kerap kali terasa gatal hingga sakit. Ketika ia merasakan hal tersebut, Inara hanya bisa menangis sembari merintih kesakitan. Namun usapan ibu dan ayah yang jadi ‘obat’ untuk menenangkannya.
Kedua orang tua Inara berharap doanya dapat menembus langit dan muncul keajaiban, penyakit itu hilang dan sakit yang dirasakan Inara pergi. Sehingga Inara bisa tumbuh seperti anak normal pada umumnya.
(tdy)