7 Penyebab Keringat Berlebih pada Penderita Diabetes dan Cara Mengatasinya

Rabu, 22 Mei 2024 - 11:35 WIB
loading...
7 Penyebab Keringat...
Keringat berlebih atau hiperhidrosis pada penderita diabetes disebabkan beberapa faktor. Termasuk fluktuasi kadar gula darah, gangguan sistem saraf otonom. Foto/Istock Photo
A A A
JAKARTA - Keringat berlebih atau hiperhidrosis pada penderita diabetes dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Termasuk fluktuasi kadar gula darah, gangguan sistem saraf otonom, dan efek samping dari obat-obatan.

Keringat malam sering kali terjadi karena rendahnya glukosa darah, yang bisa dialami pada penderita diabetes . Ketika glukosa darah turun, menghasilkan adrenalin berlebih sehingga menyebabkan keringat.

Penting untuk diingat bahwa pengobatan keringat berlebih pada penderita diabetes harus dipersonalisasi sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing individu. Konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan untuk mendapatkan saran yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

Penyebab Keringat Berlebih pada Penderita Diabetes dan Cara Mengatasinya



Berikut penyebab keringat berlebih pada penderita diabetes dilansir dari Health Shots, Rabu (22/5/2024).



1. Fluktuasi Gula Darah


Perubahan kadar gula darah yang signifikan dapat memengaruhi sistem saraf otonom, yang mengatur respons tubuh terhadap suhu dan keringat. Kadar gula darah yang tinggi atau rendah dapat menyebabkan keringat berlebih.

2. Neuropati Diabetik


Diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada saraf (neuropati), termasuk saraf yang mengatur keringat. Neuropati diabetik dapat menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu dengan benar, yang dapat menyebabkan keringat berlebih.

3. Obat-obatan


Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati diabetes atau komplikasi terkait diabetes dapat menyebabkan efek samping berupa keringat berlebih. Misalnya, obat-obatan seperti insulin, metformin, atau sulfonylurea dapat menyebabkan keringat berlebih pada beberapa orang.

4. Gangguan Sistem Saraf Otonom


Diabetes dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf otonom, yang mengatur fungsi-fungsi tubuh yang tidak disadari seperti detak jantung, pencernaan, dan keringat. Gangguan ini dapat menyebabkan keringat berlebih.



5. Infeksi


Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi, termasuk infeksi kulit seperti jamur atau bakteri. Infeksi ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan keringat berlebih di area yang terkena.

6. Obesitas


Obesitas adalah faktor risiko utama untuk perkembangan diabetes tipe 2. Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko keringat berlebih karena kulit yang tertutup lipatan lemak menjadi lebih hangat dan lembab.

7. Perubahan Hormonal


Fluktuasi hormon, terutama pada wanita dengan siklus menstruasi atau selama kehamilan, dapat memengaruhi respons tubuh terhadap suhu dan menyebabkan keringat berlebih.

Cara Mengatasi Keringat Berlebih pada Penderita Diabetes


1. Pemantauan Kadar Gula Darah


Menjaga kadar gula darah dalam rentang normal dapat membantu mengurangi gejala keringat berlebih. Konsultasikan dengan dokter untuk merencanakan pengelolaan gula darah yang sesuai.



2. Pemilihan Pakaian yang Tepat


Kenakan pakaian yang terbuat dari bahan yang ringan dan bernapas untuk mengurangi iritasi kulit dan meningkatkan sirkulasi udara di sekitar tubuh.

3. Hindari Makanan dan Minuman yang Merangsang


Hindari makanan pedas, berlemak, atau minuman berkafein yang dapat memicu keringat berlebih.

4. Penggunaan Antiperspiran


Gunakan antiperspiran yang mengandung aluminium klorida di area yang rentan berkeringat, seperti ketiak atau telapak tangan, untuk mengurangi produksi keringat.

5. Hindari Stres


Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam untuk mengurangi stres, yang dapat memperburuk keringat berlebih.

6. Perawatan Kulit


Jaga kebersihan dan keringanan kulit dengan mandi teratur dan penggunaan bedak atau talcum powder di area yang rentan berkeringat.

7. Konsultasi dengan Dokter


Jika keringat berlebih terus-menerus mengganggu kualitas hidup Anda, konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan rekomendasi pengobatan yang sesuai. Dokter dapat merekomendasikan terapi seperti iontophoresis, botulinum toxin injections, atau bahkan tindakan bedah jika diperlukan.
(dra)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1235 seconds (0.1#10.140)