Voice of Baceprot, Band Metal asal Garut yang Lahir dari Siswi Bermasalah hingga Masuk Forbes 2024
loading...
A
A
A
Bahkan, sejak awal muncul, Voice of Baceprot telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama para wanita muda. VOB bukan sekadar band, juga simbol keberanian dan kebebasan berekspresi.
Voice of Baceprot telah berhasil menembus batasan-batasan budaya dan menunjukkan bahwa musik adalah bahasa universal yang dapat menginspirasi dan menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang.
Alami Pelecehan hingga Di-bully
VoB terbentuk karena sekolah menganggap ketiganya siswa bermasalah yang butuh bimbingan khusus. Mereka sering dipanggil guru BK hingga sekolah pun meminta mereka aktif di teater. Tapi, nyatanya mereka tidak berbakat.
Guru BK bernama Ersa Eka Susila Satia atau dipanggil Abah inilah yang kemudian yang membimbing ketiganya dalam bermusik hingga melahirkan VOB pada 2014.
Tiga wanita ini kemudian membuat lirik lagu yang menjadi keresahan yang mereka alami. Baik soal posisi perempuan di masyarakat, stigma negatif ketubuhan perempuan hingga pandangan negatif pada perempuan berhijab yang menggandrungi musik metal.
Salah satu keresahan yang dialami Marsya dan Sitti misalnya. Mereka terancam menikah di bawah umur hingga VoB, bisa dibilang jadi penyelamat Marsya yang sudah diminta menikah oleh keluarganya sejak masih MTs (setingkat SMP).
Sementara, Sitti berani mengatakan kepada keluarganya jika menikah muda bukan satu-satunya pilihan hidup anak perempuan.
Suara mereka pun semakin menarik lewat lirik. Bahkan, VoB berbagi kisah tentang pengalaman pelecehan seksual. Ini dialami Marsya yang pernah jadi korban pelecehan seksual saat dirawat di sebuah rumah sakit.
Cerita pelecehan ini tersebar di sekolah. Tapi yang menyusul kemudian bukannya simpati, melainkan perundungan jika Marsya tak ‘suci’ lagi. Kasus ini sampai bikin Marsya bolos sekolah. Peristiwa itu yang melahirkan lagu “PMS (Perempuan Merdeka Seutuhnya)”.
Dari musiknya itu, VOB mulai dikenal luas. Tidak saja di Indonesia, juga banyak negara di dunia. Bukti nyatanya, mereka mengikuti sejumlah festival dunia.
Voice of Baceprot telah berhasil menembus batasan-batasan budaya dan menunjukkan bahwa musik adalah bahasa universal yang dapat menginspirasi dan menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang.
Alami Pelecehan hingga Di-bully
VoB terbentuk karena sekolah menganggap ketiganya siswa bermasalah yang butuh bimbingan khusus. Mereka sering dipanggil guru BK hingga sekolah pun meminta mereka aktif di teater. Tapi, nyatanya mereka tidak berbakat.
Guru BK bernama Ersa Eka Susila Satia atau dipanggil Abah inilah yang kemudian yang membimbing ketiganya dalam bermusik hingga melahirkan VOB pada 2014.
Tiga wanita ini kemudian membuat lirik lagu yang menjadi keresahan yang mereka alami. Baik soal posisi perempuan di masyarakat, stigma negatif ketubuhan perempuan hingga pandangan negatif pada perempuan berhijab yang menggandrungi musik metal.
Salah satu keresahan yang dialami Marsya dan Sitti misalnya. Mereka terancam menikah di bawah umur hingga VoB, bisa dibilang jadi penyelamat Marsya yang sudah diminta menikah oleh keluarganya sejak masih MTs (setingkat SMP).
Sementara, Sitti berani mengatakan kepada keluarganya jika menikah muda bukan satu-satunya pilihan hidup anak perempuan.
Suara mereka pun semakin menarik lewat lirik. Bahkan, VoB berbagi kisah tentang pengalaman pelecehan seksual. Ini dialami Marsya yang pernah jadi korban pelecehan seksual saat dirawat di sebuah rumah sakit.
Cerita pelecehan ini tersebar di sekolah. Tapi yang menyusul kemudian bukannya simpati, melainkan perundungan jika Marsya tak ‘suci’ lagi. Kasus ini sampai bikin Marsya bolos sekolah. Peristiwa itu yang melahirkan lagu “PMS (Perempuan Merdeka Seutuhnya)”.
Dari musiknya itu, VOB mulai dikenal luas. Tidak saja di Indonesia, juga banyak negara di dunia. Bukti nyatanya, mereka mengikuti sejumlah festival dunia.